Saya membuat tulisan ini dalam rangka bisa mendefinisikan apakah suatu kegiatan atau produk materi merupakan hasil kebudayaan manusia. Kebanyakan kita tidak bisa membedakan antara kebudayaan, peradaban dan kebutuhan. Bahkan seorang Dosen pun terkadang keliru dalam mendefinisikan suatu kebudayaan.
Pernah dalam kuliah umum yang berlokasi di teater daun, seorang Dosen menerangkan bahwa handphone dan mobil merupakan hasil kebudayaan masyarakat. Menurut saya Dosen ini benar-benar keliru dan tidak bisa mendefinisikan kebudayaan. Handphone dan mobil bukanlah hasil kebudayaan masyarakat melainkan hasil peradaban. Kebudayaan merupakan hasil manifestasi konkrit, ciptaan pikiran masyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhan rohaninya sedangkan peradaban adalah segala hal ciptaan masyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhan alamnya.
Terkadang saya juga dibuat jengkel oleh orang yang mengatakan bahwa mandi adalah suatu kebudayaan padahal mandi itu suatu kebutuhan. Karena banyak orang ,bahkan seorang Dosen pun keliru dalam mendefinisikan kebudayaan maka dari itu saya menciptakan tulisan mengenai definisi budaya supaya kita bisa membedakan antara kebudayaan , peradaban, dan kebutuhan. Dalam mendefinisikan kebudayaan saya tidak akan mengambil referensi manapun karena referensi yang tersedia tidak mencukupi dan masih banyak yang keliru maka dari itu saya akan membuat definisi sendiri.
Kritik Terhadap Definisi Kebudayaan Yang Rancu
Sebelum saya mendefinisikan kebudayaan, saya akan mendefinisikan definisi terlebih dahulu. Apa itu definisi? Definisi dari segi etimologis berasal dari bahasa latin yaitu definere yang mempunyai arti membatasi atau mengurung dalam batas-batas tertentu (Hayon, 2000). Dalam kegiatan akademis, definisi selalu berhubungan dengan istilah yang hendak dijelaskan. Artinya, definisi bisa dimengerti sebagai penentuan batas konseptual bagi suatu istilah. Oleh karena itu, definisi mempunyai dua tujuan, yaitu memberikan rumusan yang lengkap terkait dengan istilah yang didefinisikan dan mampu memperlihatkan perbedaan antara satu istilah dan istilah lainnya.
Dari definisi di atas, sebuah definisi haruslah bisa membedakan antara satu istilah dengan istilah lainnya dan karena definisi yang dicetuskan dalam berbagai referensi tidak bisa membedakan definisi kebudayaan dengan definisi peradaban dan kebutuhan maka dari itu saya akan memberikan definisi baru mengenai budaya.
Definisi Kebudayaan
Saya mendefinisikan kebudayaan sebagai hasil manifestasi konkrit, ciptaan pikiran masyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhan rohani. Jadi kebudayaan diciptakan suatu masyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhan rohani yang bersifat metafisik. Contoh dari kebudayaan adalah animisme dan dinamisme, tari reog ponorogo, tari saman dll. Contoh-contoh itu semua merupakan kebudayaan karena diciptakan dalam rangka memenuhi kebutuhan rohani.
Definisi Peradaban
Sementara itu peradaban adalah berbagai ciptaan manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan alam dan tidak ada unsur rohani sama sekali. Contoh dari peradaban adalah handphone, mobil, motor dll. Contoh-contoh itu semua merupakan hasil peradaban suatu masyarakat dan bukan kebudayaan karena tidak ada unsur rohani sama sekali.
Kebudayaan, Peradaban, dan Kebutuhan
Jadi jika ada seseorang yang mengatakan handphone dan mobil merupakan suatu kebudayaan maka dari itu saya menyangkal keras orang tersebut, handphone dan mobil bukanlah kebudayaan melainkan peradaban. Sementara itu kebutuhan adalah segala sesuatu yang harus dipenuhi manusia dalam rangka kelangsungan kehidupannya. Apakah makan, minum, dan mandi merupakan kebudayaan? Tentu saja tidak. Karena makan, minum dan mandi tidak sama sekali dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan rohaninya melainkan fisik.
Definisi ini saya ajukan ke dalam dunia akademis supaya kita bisa membedakan antara kebudayaan, peradaban dan kebutuhan. Zaman sekarang definisi dari kebudayaan sangat rancu dan tidak jelas, terutama definisi yang tidak bisa membedakan antara kebudayaan, peradaban, dan kebutuhan.
Saya menyarankan kepada para dosen di UI yang mendengungkan definisi kebudayaan yang rancu itu supaya tidak menyebarkannya lagi, karena bisa menyebabkan kehancuran dunia akademis dan pemahaman masyarakat juga bisa keliru, jadi dosen itu tidak sekedar meniru apa yang ditulis di buku tetapi akalnya harus dipakai apakah definisi tersebut rancu atau tidak. Saya terkadang sedikit kesal dengan Dosen yang hanya  mengikuti apa yang ada di buku tanpa mampu mengkritisinya.
BACA JUGA: Yuk, Simak Apa Kata Dosen Tentang Mahasiswa-mahasiswanya?
Sumber gambar header nyepi di Bali: asialink-holidays.com
Daftar Isi