Eksotisme yang Ternoda: Kekecewaan dengan Crystal of Knowledge

The Crystal Knowledge
The Crystal Knowledge a.k.a Perpustakaan UI

Sekarang saya tau kenapa bentuk perpustakaan UI dibuat seperti itu; banyak yang bilang seperti rumah teletubbies; rumah power ranger; atau rumah2an lainnya. Rupanya UI mereplikasi gambar potongan kristal seperti di Fortress of Solitude-nya Superman. Mungkin UI berharap setelah keluar dari situ muncul para mahasiswa-mahasiswi yang luar biasa cerdas dan kuat ala alien dari negeri krypton. Hehehe.

Meskipun demikian, jujur dari hati saya menyatakan bahwa Perpustakaan Ini Luar Biasa. Didukung dengan ratusan MacPro, dan ribuan buku yang ‘tertanam’ sampai 4 lantai, serta fasilitas belanja modern; mulai dari toko buku, restauran, bank, kafe, kantin, serta view yang luar biasa cantik; Danau UI dan rerimbun pepohonan hijau di kanan kiri, adalah sebuah karya arsitektur seni yang sempurna.

Pengunjungnya pun beragam; mulai dari mahasiswa; anak-anak, dosen, lokal dan mancanegara semua tumplek di tempat megah yang bersahabat bernama The Crystal Knowledge ini.

Namun sayang fasilitas yang sedemikian megah tidak ditunjang dengan penyiapan terhadap sumber daya manusia-nya. Bagaimana memperlakukan pengunjung, bagaimana tata cara pelayanan publik, bagaimana ‘mendapingi’ fasilitas canggih dengan infrastruktur yang seharusnya lebih canggih. Buat saya hal tersebut adalah  bentuk dari Eksotisme yang Ternoda.

Bagaimana tidak; saya akan mengulas satu demi satu kekecewaan yang saya rasakan semenjak saya pertama kali menginjakkan kaki di Fortress eh, di Crystal Knowledge ini.

Koneksi Internet yang luar biasa Payah!!!

Pengalaman ini terjadi beberapa minggu yang lalu saat saya memutuskan untuk melakukan work meeting di lantai 4 Perpustakaan UI; seperti yang sudah saya sampaikan sebelumnya; fasilitas ruang diskusi, ruang belajar, sungguh luar biasa menyenangkan, sangat kondusif, akan tetapi ketika kami (pada saat itu kami ber4) masing-masing melakukan koneksi internet via wi-fi… wow… luar biasa payah, hanya satu dari 4 laptop yang berhasil dan itupun kecepatannya “sungguh luas biasa cepat” hanya 4Kb/s. Bayangkan, gedung yang luar biasa megah; Crystal Knowledge bak Fortress of Solitude, tidak bisa dipergunakan untuk mengakses data?? Yah bagaimana bisa cerdasr luar biasa bak alien dari krypton kalau begini… sebuah cela yang sangat mengena di mata saya;

Meskipun paham positifisme tetap terbangun “Mungkin kuotanya sudah habis… dipakai mahasiswa donlot film semua :P” tapi tetap saja muncul kuote baru dalam diri saya bahwa “Kalau Kerja di perpus UI, itu bener2 kerja, bukan browsing”.

Jika demikian, mana yang akan lebih menjadi image dari brand Crystal Knowledge a.k.a. Perpustakaan UI??? Gedungnya yang luar biasa Megah: Atau Infrastrukturnya (koneksi internet) yang luar biasa Minim???

 

Jam Operasional dan Pelayanan Publik

Yang satu ini baru terjadi kemarin, Selasa 17 Januari 2012, Pukul 18.35 menit.

Saya sangat aware bahwa jam operasional Perpus Ini hanya sampai pukul 19.00 WIB. Oleh karena itu, pukul 18.25 (selepas mahgrib) saya dan teman-teman masih meneruskan pekerjaan kami di area diskusi lantai 2. Berdasarkan pengalaman saya di perpustakaan lain, petugas perpustakaan akan menghimbau bahwa pelayanan perpustakaan akan tutup 15 menit sebelumnya, sehingga pengunjung dapat bersiap-siap untuk pergi. Namun alangkah tercengangnya saya dengan pengalaman saya kemarin.

Pukul 18.35 menit, berlari-lari lah dua orang cleaning service; mereka berhenti di depan saklar lampu; awalnya saya hanya memperhatikan sepintas lalu, namun hal yang selanjutya terjadi sangat menjengkelkan.

Awalnya mereka mematikan saklar ruang belajar –> saya fikir, “oh mungkin sudah tidak ada orang”

Lalu saklar lorong –> “Hmm kan masih ada kami”

Lalu (saya sangat kaget luar biasa untuk ini) saklar diatas meja diskusi kami dan meja disebelah kami, dimana masih ada sekitar 5 orang yang duduk ‘khusyu’ melakukan pekerjaan masing-masing.

Sontak saya bertanya “Ko dimatiin mbak???”, dengan jawaban sekenanya sang cleaning service menjawab “Udah Mau Tutup”, lalu mereka berlalu, meninggalkan saya yang sangat terpana….. HAH?????!!!

Saya menahan diri dan menghimbau semua teman-teman (yang juga kaget luar biasa dengan perlakukan ini) untuk bergegas membenahi barang2 kami yang berceceran. Dalam diskusi kami di perjalanan pulang. Cuma segini ternyata kualitas pelayanan publik di Crystal Knowledge. “MATIKAN SAJA LAMPUNYA, NANTI MEREKA JUGA PERGI”…

Tidak ada sopan santun, tidak ada himbauan, dan sama sekali tidak ada permintaan maaf. Ck… ck.. ck.. fasilitas megah yang tidak didukung dengan penguatan sumber daya manusia yang layak. Untuk kasus ini saya sangat prihatin mengapa?

  1. Bukan merupakan tanggung jawab cleaning service untuk “mengusir” pengunjung;
  2. Bukan tanggung jawab mereka juga untuk menyampaikan himbauan “pergi” atau meminta maaf atas tindakannya–> Buat mereka itu adalah pekerjaan mereka yang sudah sehari-hari harus begitu.
  3. Proses pelayanan publik dari Crystal Knowledge yang tidak “cerdas” memahami arti kepuasan pelanggan dalam praktek yang sebenarnya, melainkan hanya template yang bahkan tidak di sosialisasikan.

Belakangan saya tahu; bahwa pada pukul 18.45 semua lampu memang dimatikan, dan pada pukul 18.55, baru akan ada himbauan dari pengeras suara bahwa perpustakaan akan ditutup. Alangkah sebuah praktek pelayanan publik yang salah kaprah; AKSI DULU baru PERINGATAN!!! Proses seperti itu buat saya adalah sebuah PENGUSIRAN yang SANGAT KASAR…

Dan alangkah cerobohnya jika menganggap bahwa semua pengunjung Crystal Knowledge a.k.a. Perpustakaan UI sudah (seharusnya) faham terhadap aksi tersebut. Sayang sekali, Sungguh sangat disayangkan, sebuah keindahan, kemegahan, karya arsitektur dan penempatan fasilitas yang luar biasa sempurna; TERNODA hanya karena kurangnya penguatan akan pentingnya customer dan pelayanan publik yang BAIK.

 

Saya menulis opini ini karena saya kecewa; baru beberapa menit yang lalu saya memuji dengan tulus keindahan seni penciptaan Crystal Knowledge ini di UI, lalu beberapa menit kemudian saya dihadapkan dengan kenyataan bahwa IT’S JUST THE COVER….

Don’t judge Crystal Knowledge by its cover; Judge by its public service and infrastructure, then… You Will See The Truth 😀

Wallahu a’lam.

6 thoughts on “Eksotisme yang Ternoda: Kekecewaan dengan Crystal of Knowledge”

  1. topik yg menarik, akhirnya ada sisi lain yg bisa dibahas dari perpus pusat selain masalah pendanaan dan sentralisasi buku. masukin surat pembaca media cetak juga oke nih. valid banget argumentasinya.

    btw udah dibuka utk umum blom sih? klo blom kan brarti hrs diperbaikin bgt sblom jadi cacian org luar.

    Reply
  2. Bagi saya, yang mengecewakan bukan hanya pelayanan internet dan jam operasional, tetapi juga masalah pengaturan buku.

    Udah sering banget di Perpus Pusat UI ini saya berusaha-keras-banting-tulang-bolak-balik-dari-ujung-keujung buat nyari buku yang katanya masih ada stoknya di Lontar tapi enggak ada di raknya. Yah, positifnya sih mahasiswa yang habis baca buku itu mungkin lupa balikin bukunya ke rak ya, tapi kan jadi nyusahin yang lain yang lagi butuh banget buku itu [“-(
    Dan saya mikir juga mungkin pustakawannya juga lagi sibuk banget jadi lagi ga bisa beresin buku-buku itu, lagian juga itu semua buku yang harus diberesin kan banyak banget jadi berat sekali untuk selalu menjaga semua buku itu tetap rapi yah, jadi yah, akhirnya memendam kekecewaan ini di dalam hati aja deh…

    Reply
  3. Saya sering ke lantai 4 perpus UI, di sana banyak sinyal WIFI, mulai yang satu setrip sampai full, kita tinggal pilih saja, jika yang satu bermasalah, yang lainnya mungkin bisa…selama ini lantai 4 favorit saya (karena cukup senyap), untuk internet hampir tidak pernah bermasalah…bahkan untuk mengunduh film sekalipun…yuk jangan mudah mengeluh kawan!!!

    Reply
  4. Mengomentari masalah Wifi: Di UI, pengguna notebook sangat banyak. Dalam banyak kasus, ini melebihi batas kemampuan radio wifi. Adapun jenis radio yang dipakai bisa dilihat sangat kita konek ke wifi.

    Ada 2 jenis radio yang sering dipakai saat ini: G dan N. G memiliki batas kecepatan 54 mbps per titik akses (access point). N memiliki batas kecepatan 200+ mbps. Ini megabit loh, bukan megabyte. Ini pun belum kecepatan maksimum teoritis, belum lagi ditambah interferensi, dll…

    Jadi kalau wifi di satu titik akses lambat, yaa solusinya nambahin titik aksesnya. Sayangnya, (untuk seri G), dalam satu tempat maksimal hanya boleh ada 5 titik akses. Lebih dari itu, yang ada penurunan kecepatan karena interferensi yang terlalu tinggi..

    Coba lihat-lihat frekuensinya pake NetStumblr, terus keliling perpus pusat sambil bawa notbuk 😀

    Jadi kalo untuk download film dan materi non-kuliah-non-urgen, yaa agak bijaksana aja lihat kawan2 kita yang lebih membutuhkan. Atau lebih kasar lagi, UI membatasi akses hotspot habis-habisan

    just my 2 cents

    Salam,

    Reply
  5. Tulisan ini bukan dibuat untuk mengeluh: tapi untuk menghimbau para pengelola Perpustakaan untuk lebih paham tentang pelayanan publik. Bahwasanya perpustakaan ini dibangun untuk kenyamanan kita bersama.

    Dan ‘Kita’ disini maksudnya adalah; Mahasiswa, Dosen, Tamu, dan Para Pegawai itu sendiri. Kalau dari sekarang pelayanannya saja sudah tidak menjadi sebuah keutamaan, bagaimana nanti ketika “yang bikin” sudah tidak menjabat.

    Alangkah indah jika perpustakaan ini sama seperti perpustakaan publik di luar sana: yang menjadi tempat nongkrong paling asyik buat para mahasiswanya…

    Wallahu’alam.
    Jika bukan kita yang menyuarakan, maka siapa lagi. ^_^

    Reply

Leave a Comment