Euforia BOPB, bukan kebutuhan ?

banyak orang mengeluh kesahkan tentang bopb. antara BOPB yang tidak terima, ataupun yang hanya turun sedikit saja. banyak pula orang yang bergembira karena adanya bopb, antara bergembira dengan keringanan atas orang tuanya, atau bergembira dengan biayanya yang ringan disaat teman-temannya memiliki biaya yang reguler.

di dalam tulisan ini, saya ingin berbicara mengenai euforia BOPB. hendaknya ketika menerima BOPB disikapi denganlah bijaksana. salah satunya ialah tidak banyak membicarakan hal itu, terutama di depan anak yang gagal atau tidak mengambil BOPB. karena, hal itu akan memancing banyaknya orang yang mengambil BOPB di periode berikutnya yang berakhir dengan kegagalan, walaupun pada dasarnya mereka itu tidak begitu membutuhkan BOPB. 1 hal lagi, hendaknya masalah bayaran ataupun masalah BOPB bukanlah suatu hal yang patut dibanggakan. terlebih dijadikan bahan ledekan. hal itu adalah hal yang tidak etis. seperti hal “lu bayar berapa? yah mahal amat, masa kita bayar beda tapi fasilitas sama” atau “Kuliah di jurusan ini aja bayar full, kalo gue jadi lu sih mending kuliah di jurusan ternama tapi di swasta, lebih jelas. terlihat sekali bagaimana penyimpangan dalam BOPB, antara euforia atau kebutuhan.

parameter  mampu dikalangan kita nampaknya masih samar untuk dimengerti. mungkin handphone tidak bisa menjadikan parameter  mampu apa tidak, tetapi apakah orang yang sehari-harinya membawa mobil boleh dikatakan  kurang mampu? mungkin terdapat alasan di balik itu, saya tidak bisa menyalahkan. saya juga sering mendengar “per semester tuh orang surplus, enak banget yah”. loh loh- ini apa ? apakah beasiswa dikatakan bisnis ? saya pikir, dalam menyelesaikan masalah ini dibutuhkan hati nurani.

semua mahasiswa jika seperti itu ingin mengambil BOPB. kalo ada orang yang ngmong “salah sendiri gamau susah gamau ngambil bopb.” hal itu salah. siapa yang tidak ingin melihat biaya murah dan orangtua tersenyum? banyak orang yang gagal mengambil BOPB terbentur oleh ideologi orangtuanya. banyak orang yang mengambil BOPB karena situasinya. “kasih aja satpam atau hansip ceban-20 ribu, tar juga beres. surat2nya jadi”. walaupun saya mengakui rusaknya di bidang administrasi indonesia, bukan berarti kita boleh menyalahgunakan kerusakan itu bukan? karena hal itu akan makin parah. ketika anda dibohongi oleh seseorang, dan anda membalasnya dengan kebohongan, bukankah itu membuat anda menjadi seorang pembohong?

mohon maaf bila tulisan saya amburadul, ini kesempatan saya pertama kali dalam penulisan

 

 

 

Leave a Comment