Mahasiswa Universitas Indonesia pasti tahu tentang keberadaan Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI). Tapi, bagi mahasiswa Rumpun Ilmu Kesehatan UI seperti mahasiswa keperawatan, kedokteran kedokteran gigi, farmasi, hingga kesehatan masyarakat, RSUI bukan hanya sekadar rumah sakit biasa melainkan merupakan tempat mereka untuk belajar dan memperoleh ilmu untuk profesi nanti.
Namun, di tengah-tengah pandemi seperti ini, bagaimana RSUI sebagai rumah sakit pendidikan dapat memberikan yang dibutuhkan sivitas akademika dan juga masyarakat luas? Maka dari itu, dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ke-2 Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI), RSUI menyelenggarakan seminar nasional spesial bertajuk “Tantangan Rumah Sakit Pendidikan pada Era Pandemi COVID-19”, Sabtu (20/02/2021) pukul 09.00-13.00 WIB di Youtube Channel RSUI, yang salah satunya dihadiri oleh dekan Fakultas Ilmu Keperawatan: Agus Setiawan, S.Kp, M.N., D.N.
Sumber: sehatnegeriku.kemkes.go.id
Ilmu Keperawatan, salah satu pemegang peran penting
Agus Setiawan, S.Kp, M.N., D.N., dekan dari Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia turut menjadi pembicara dalam seminar RSUI tersebut dengan topik bahasan “Sinergitas Program Pendidikan Keperawatan di Rumah Sakit dalam Tata Kelola Kasus COVID-19”. Menurut Agus, sinergitas dalam pendidikan keperawatan sudah dimulai jauh sebelum pandemi dan bahkan sebelum RSUI didirikan, karena sebelum didirikan RSUI, lokasi tersebut merupakan lokasi tempat FIK UI berdiri.
Biarpun masih berumur dua tahun, menurut Agus Ners dan tenaga kesehatan RSUI telah menjadi komponen penting dalam penanganan COVID-19. Selain dari praktiknya yang baik, hal ini juga ditunjukkan melalui RSUI yang mewakili indonesia untuk menampilkan pengalaman perawat dalam menangani pasien COVID-19 di International Nursing Conference Texas Woman’s University, USA.
“Saya ingin mengajak kita untuk selalu optimis dalam menghadapi krisis. Kita telah dapat beradaptasi dengan pandemi. Kita juga punya keyakinan bahwa Indonesia akan segera sembuh dari pandemi dengan angka kesembuhan yang meningkat.”
Menurut Agus, pandemi COVID-19 ini seperti menjadi “wake up call” terkait pentingnya peran keperawatan dalam pelayanan kesehatan dalam menangani penyakit menular. Perawat semakin dibutuhkan namun pada kenyataanya semakin berkurang, ditambah pandemi yang menyebabkan banyak perawat berguguran. Baik perawat maupun tenaga kesehatan lainnya telah menjadi tenaga yang paling memiliki risiko tinggi tertular di ruang publik. Untuk itu, penting bagi pemerintah untuk menginvestasi tenaga keperawatan di Indonesia.
FIK UI dalam penanganan COVID-19 bersama RSUI
Sebagai salah satu fakultas dalam rumpun ilmu kesehatan Universitas Indonesia, FIK UI juga turut berkontribusi dan bersinergi dengan RSUI dalam penanganan COVID-19. Kontribusi ini dapat dilihat dalam empat aspek: pendidikan, pengabdian masyarakat dan penelitian, knowledge development dan rekrutmen lulusan terbaik di RSUI.
Namun, pandemi juga mengharuskan FIK UI untuk mengubah pola pendidikannya dalam menyesuaikan terhadap pandemi COVID-19. Beberapa hal yang mendasari ini adalah adanya kebijakan-kebijakan baru, baik secara nasional maupun tingkat universitas.
“Semenjak maret, seluruh pembelajaran dilakukan secara daring menggunakan platform online dan E-Learning management system. Sementara itu untuk laboratorium, digunakan pembelajaran blended: menggunakan simulasi dan juga secara langsung dengan menggunakan protokol kesehatan.”
BACA JUGA: Relawan Covid di RSUI, “Corona Bukan untuk Ditakuti, Tapi Dilawan!“
Penyesuaian pembelajaran FIK UI di tengah pandemi
Untuk menyesuaikan dengan adanya pandemi dan pembatasan sosial, FIK UI mengambil jalan melakukan full online learning serta blended learning. Selain itu, saat ini FIK UI juga sedang mengembangkan virtual reality untuk pembelajaran yang didanai oleh Universitas Indonesia.
Sementara itu, pembelajaran klinik FIK UI dilakukan dengan pembelajaran online berupa simulasi virtual yang synchronous. Namun, beberapa mata ajar seperti keperawatan maternitas, komunitas dan jiwa dilakukan dengan blended learning. Dilakukan juga bentuk praktik klinik berupa menjadi relawan di rumah sakit, nursing homes, puskesmas dan sebagainya.
Selain melakukan perubahan di bidang pendidikan, dilakukan juga penyesuaian dan perubahan oleh FIK UI dalam bidang penelitian, yaitu dengan membentuk Pusat Krisis FIK UI.
Kegiatan ini merupakan kegiatan pegabdian masyarakat oleh FIK UI sebagai Fakultas Keperawatan pertama di Indonesia yang memiliki jaringan perawat dan alumni keperawatan. Kegiatan yang berjalan untuk memantau fisik psikososial SIVA FIK dan masyarakat ini dilakukan FIK UI dengan bersinergi dengan stakeholder lainnya untuk memulihkan masalah kesehatan akibat pandemi.
Dalam melaksanakan fungsinya, Pusat Krisis FIK UI telah merekrut relawan, melakukan konseling dan pemantauan secara fisik dan psikososial, serta membuka donasi yang dikelola oleh ILUNI FIK UI. Tidak hanya itu, Pusat Krisis FIK UI juga mengembangkan kanal edukasi berupa media informasi yang juga dibantu dengan tulisan dosen-dosen FIK UI. Program KIE ini turut melibatkan edukasi digital, webinar, serta pelatihan adaptasi perilaku.
Meski telah berhasil dalam menjalankan perubahan, namun FIK UI tetap tidak luput dari tantangan yang berupa semakin sedikitnya lahan praktik, tidak bisa dilakukannya metode konvensional, masalah evaluasi hingga biaya tes serta screening untuk mahasiswa dan civitas academica. Namun, kita harus tetap berpikir positif serta saling membantu satu sama lain untuk menyukseskan program-program baru yang digunakan untuk menyelesaikan pandemi ini dengan segera.
BACA JUGA: Ketahui Mitos dan Fakta COVID-19 Lewat Buku Buatan Dekan FK UI, Yuk!