Cinta, kata yang terdiri dari 5 huruf ini telah memiliki banyak sejarah di dalam kehidupan manusia. Baik itu kebahagiaan maupun kejahatan selalu terjadi karena alasan cinta.
“Apa itu cinta? Mengapa saya mencintai seseorang? Apakah cinta itu penting untuk diperjuangkan?”
Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah pertanyaan filosofis dari cinta. Mungkin dari kalian yang sedang jatuh cinta, ada baiknya kalian mengerti dulu apa yang dimaksud cinta dan mengapa cinta itu sangat penting.
Ada satu orang filsuf yang telah merenungi apa arti cinta di dalam kehidupan, filsuf tersebut adalah Gabriel Marcel (1889-1973) yaitu seorang filsuf terkenal dari Prancis. Jika kita baca buku asli karangan Gabriel Marcel, mungkin sangatlah abstrak dan rumit terutama ada beberapa kosakata yang hanya dapat dimengerti dalam bahasa Prancis dan jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia akan terdapat banyak penyimpangan makna. Sementara itu, penulis di sini akan berusaha menuangkan pemikiran Gabriel Marcel dalam bahasa Indonesia dikarenakan tulisan ini digunakan untuk khalayak umum di Indonesia.
Konsep Kehadiran
Sebelum membahas tentang cinta ada baiknya kita memahami dulu mengenai arti kata “presence” yaitu kehadiran. Gabriel Marcel mengatakan bahwa kehadiran bukanlah berada di dalam kategori ruang dan waktu. Keberadaan di dalam kategori ruang dan waktu tidak menyiratkan saya mengalami kehadiran. Sebagai contoh, saya duduk di dalam kereta yang penuh dengan penumpang tidak menyiratkan kehadiran saya, yang artinya belum berarti saya hadir bagi mereka atau mereka bagi saya. Bisa jadi seseorang yang berkomunikasi sebenarnya tidak mencapai tahap kehadiran karena tidak ada kontak sungguh-sungguh atau tidak ada ketertarikan.
Seseorang dikatakan mengalami kehadiran bagi saya jika saya mengarahkan diri terhadap dia begitupun sebaliknya dia mengarahkan diri kepada saya. Komunikasi yang terjadi antara saya dan dia jika mencapai tahap kehadiran berbeda dengan objek-objek lainnya. Saya dan dia merasa sebagai persona sehingga saya tidak melihat dia sebagai objek dan dia tidak melihat saya sebagai objek juga, kami saling tertuju pada persona masing-masing.
Bahkan kehadiran pun dapat diwujudkan ketika antara saya dan dia tidak pada kategori ruang yang sama yang artinya berjauhan. Kehadiran inilah yang terjadi di dalam cinta.
Di dalam cinta selalu ada kehadiran dan kehadiran tersebut terwujud dalam kesatuan “kita”
Menurut Gabriel Marcel kesatuan “kita” di dalam cinta tidak mungkin dipisahkan, bahkan seandainya ruang dan waktu pun memisahkan. Di dalam kesatuan “kita” yang saling mencintai akan selalu merasakan kehadiran masing-masing. Mencintai selalu mengandung imbauan kepada masing-masing.
Di dalam cinta harus ada kesediaan untuk mendengarkan sehingga masing-masing bersedia untuk meninggalkan tahap egoismenya. Kebersamaan di dalam cinta akan berlangsung terus dan Marcel menyebutnya dengan kesetiaan kreatif.
BACA JUGA: Tuhan Memang Satu, Kita Saja Yang Tak Sama
Di dalam cinta yang ada hanyalah harapan dan bukan keinginan
Penting sekali untuk membedakan antara harapan dan keinginan. Keinginan selalu menyiratkan egoisme yaitu ingin memiliki orang lain karena menguntungkan. Sementara itu harapan tidaklah menyiratkan egoisme melainkan kesediaan untuk terbuka dan tertuju pada yang dicintai.
Misalnya saya mencintai Anis bukan karena Anis cantik, pintar, menyenangkan, soleh, dan lain-lain melainkan saya mencintai Anis karena dia adalah Anis yang artinya tertuju pada engkau. Itulah yang namanya cinta, bukan keinginan melainkan harapan.
Cinta itu adala upaya untuk mewujudkan eksistensi manusia didalam kerangka “Kita”, itu sebabnya manusia selalu tertarik dengan cinta, bukan karena sekedar memenuhi kebutuhan seksual melainkan karena cinta adalah upaya kita untuk berada sebagai persona.
Jika kita membaca pemikiran Gabriel Marcel mengenai cinta sebenarnya sangatlah panjang dan penulis dalam hal ini hanya berusaha menyingkat pemikiran Gabriel Marcel mengenai cinta pada intinya saja. Silakan para pembaca merenungi sendiri arti cinta bagi diri masing-masing. Cinta terkadang tidak dapat dimengerti di dalam kerangka teori melainkan hanya dapat di mengerti dengan menghayatinya dan mengalaminya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada para pembaca yang mau menyempatkan merenungi arti cinta bersama penulis dan penulis berharap pembaca bukanlah jomblo :v.
BACA JUGA: Buku Pesta dan Cinta ala-ala Universitas Indonesia
Daftar Referensi
Van der Weij, P.A.2018. Filsuf-Filsuf Besar Tentang Manusia.( Cetakan ke-4). Terjemahan oleh Dr.K.Bertens. Jakarta:PT.Gramedia Pustaka Utama.
Bertens.K.2019. Filsafat Barat Kontemporer.( Cetakan ke-6). Jakarta:PT.Gramedia Pustaka Utama