Ilustrasi: Pergerakan Mahasiswa (ditambahkan oleh admin)
Hari Kamis minggu lalu saya mendapat sebuah pesan singkat. Isinya sore itu akan diadakan kampanye BEM UI di FE. Hhmm…menarik juga mendapatkan sms seperti itu. Sehabis kuliah saya segera menuju selasar dekanat FE. Namun tampaknya keadaan kampanye PEMIRA IKM UI masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Sepi. Kurang mendapat sambutan dari publik FE. Mahasiswa yang hadirpun sebagian besar adalah pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu kandidat ketua dan wakil ketua BEM, panitia, dan tim sukses. Sungguh miris.
Pada kesempatan itu karena sudah terlanjur hadir saya mengajukan pertanyaan kepada kedua kandidat. Salah satu pertanyaan saya adalah setujukah kedua kandidat jika dikatakan BEM UI sudah memasuki tahap penurunan. Kedua kandidat sepakat dengan pernyataan saya. Masing-masing memberikan penjelasan mengapa hal itu bisa terjadi dan solusi untuk mengatasinya.
Saya cukup tertarik dengan jawaban salah satu kandidat tentang fungsi pelayanan yang harus dilakukan BEM UI. Hal ini juga terkait dengan alasan mengapa BEM UI seperti sudah berada dalam fase penurunan. Menurut saya dinamika kemahasiswaan di UI yang direpresentasikan dengan tingkat awareness terhadap BEM UI memang sudah sangat menurun. Saya pernah membaca sebuah liputan di Majalah Suara Mahasiswa terbitan tahun 90an bahwa dulu debat calon ketua BEM UI diadakan di Balairungn dan dihadiri oleh banyak orang. Sungguh merinding membacanya.
Saya berpandangan bahwa kehidupan kemahasiswaan UI tidak akan pernah kembali pada masa kejayaannya jika proporsi mahasiswa kurang mampu dan atau berasal dari luar Jakarta masih rendah seperti saat ini. BEM UI-lah yang harus memastikan hal itu. Masa kejayaan yang saya maksud di sini adalah ketika mahasiswa UI kembali menjadi agen kontrol sosial dan politik nasional di Indonesia.
Sebagai penutup silakan perhatikan fenomena berikut.
Orang-orang yang terlibat aktif di organisasi kemahasiswaan khususnya BEM UI sebagian besar pasti masuk dalam kategori:
1. Bukan berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi kaya.
2. Berasal dari luar Jakarta.
3. Aktivis gerakan tarbiyah.
Apakah kategori yang saya sebutkan di atas benar? Sekali lagi ini hanya opini pribadi berdasarkan pengamatan selama lebih dari empat tahun kuliah di UI.
Rekomendasi:
Hati-hati Penipuan Berkedok Dapet Bonus di Mall *Wanted! Dibawah ini adalah kronologi deskripsi aksi modus penipuan. Tulisan sangat mendetail, dilengkapi 16 keanehan (keganjilan).* Kasus kejadian: 09/07/2012 ; sekitar 15:00-17:30 WIB. Seusai melakukan ritual ibadah, Rahma (nama…
Jalan Berliku Menuju Keadilan: Kisah Nyata Seorang Maba UI… Siang itu saya pulang ke rumah dengan perasaan yang tidak karuan. Saya buka ransel sekolah saya sesekali, masih saya pandangi 1 bendel formulir pemberian Bu Arthena, guru BP saya. Saya…
Review PS5, Masa Depan Game Konsol Saat Ini anakui.com - PS5 adalah lompatan generasi yang sangat besar dari PS4. PS5 juga merupakan lompatan generasi sejati, menawarkan waktu pemuatan yang sangat cepat dan pengontrol baru yang revolusioner yang dapat…
Kebebasan Mempelajari Ilmu (Kisah Kuliah di Biologi FMIPA… Awal semester baru, 15 Februari 2011 KEBEBASAN MEMPELAJARI ILMU Tidak terasa, seperti semua waktu yang pernah terlewat, semester 6 pun datanglah sudah. Buatku rasanya baru beberapa bulan lalu masuk kampus…
Ayo Ikuti Kompetisi Supply Chain Finance Community’s Global… SEKILAS PANDANG TENTANG KOMPETISI Tahun 2016 ini merupakan penyelenggaraan kedua kompetisi simulasi supply chain bergengsi tingkat global, yaitu Supply Chain Finance Community's Global Student Challenge 2016 atau bisa disingkat SCFC’s…
5 Jenis Pertanyaan yang Bisa Kamu Tanyakan Pada Sesi Tanya… Di halaman ini, kamu bakal nemuin beberapa jenis pertanyaan yang bisa kamu ajukan pada sesi tanya jawab dilengkapi tuntunan praktis cara membuatnya. Dengan begitu, kamu nggak perlu lagi takut bertanya…
Menyikapi Posisi Profesionalisme Kinerja Panitia PEMIRA BEM… Untaian tulisan oleh Windy Martha Lopha, 0606095254, Jurusan Ilmu Politik FISIP UI 2006 Dengan Menyebut Nama Tuhan Yang Maha Esa, saya mulai tulisan ini dengan pekik; "Hidup Mahasiswa!!" Mahasiwa sebagai…
Anak UI Wajib Tahu 6 Rangkaian Acara Pemira IKM UI Meski… Pemilihan Raya Ikatan Keluarga Mahasiswa Universitas Indonesia atau yang biasa disingkat menjadi PEMIRA IKM UI, adalah wadah formal dan legal bagi seluruh aktivitas kemahasiswaan di UI yang merupakan perwujudan sistem…
Panggilan Untuk Mereka Yang Mengaku Mahasiswa dan Pemuda… SEMINAR KEBANGKITAN INTELEKTUAL MUDA “Refleksi Peran Mahasiswa Pasca 11 Tahun Reformasi” Senin-Selasa 5-6 Oktober 2009 di Auditorium Gedung IX FIB UI Departemen Kajian dan Aksi Strategis BEM FIB UI 2009…
Marketisasi Pergerakan Mahasiswa: Sebuah Reposisi Utuh Di era berkembangnya jejaring sosial dan komunitas dalam kehidupan masyarakat yang kian urban (atau dijadikan urban?), serta di tengah kemajuan pesat teknologi yang perlahan tapi pasti mulai menata ulang kehidupan…
Hanya Kegilaan dan Kebenaran . . . Pada rekah fajar, saat bulan sabit yang pucat di tengah gemilang jingga dengan iri berindap dengki, - gentar akan terangnya hari, bersingjingkat menyabiti hamparan mawar hingga pucat…
10 Pertanyaan Wawancara yang Sering Ditanyakan Saat… anakui.com - Apakah sobat berencana untuk wawancara kerja dalam waktu dekat? Salah satu bagian terpenting dari persiapan wawancara adalah mempersiapkan untuk menjawab 10 pertanyaan wawancara yang sering diajukan oleh pemberi…
The Real Leadership Exercise: Gerakan Indonesia Mengajar [1] Sumber: milis ILDP, share dari Tri Mukhlison Anugerah Senin, 14 Juni 2010, sembilan orang anak muda perwakilan Ikatan Alumni-PPSDMS datang ke kantor Indonesia Mengajar. Malam itu adalah program perdana Silaturrahim…
17 Contoh Surat Kuasa Berbagai Keperluan Siap Download Surat kuasa merupakan salah satu jenis surat yang berisi mengenai pemberian wewenang atau kuasa kepada adik/kakak kandung, orang tua, bahkan saudara yang dapat terpercaya. Surat kuasa ini dipergunakan untuk…
Rangkaian Acara Pemilihan Raya (Pemira) IKM UI 2012 PEMIRA UI merupakan salah satu bentuk representasi penerapan nilai-nilai demokrasi dalam kehidupan kita. Melalui event inilah kita bisa mulai mengenal dan belajar secara langsung mengenai penerapan demokrasi. Baik panitia, peserta,…
10 Pelajaran Hidup Yang Bisa Kalian Dapatkan Dari Bangku… Pelajaran hidup selama kuliah akan membuat manusia menjadi lebih dewasa dan lebih baik lagi pastinya. Namanya juga pelajaran hidup ya pastinya mengajarkan untuk bisa tetap lebih hidup. Senang, tertawa, suka,…
Review Xbox Series X, Loading Cepat Game Berlimpah anakui.com - Temukan puncak dari upaya permainan Microsoft dalam ulasan Xbox Series X kami. Xbox Series X adalah puncak dari upaya permainan Microsoft, menggabungkan janji kinerja generasi berikutnya yang kuat dengan…
PEMIRA UI Beyond The Politics Pemira lagi! ga kerasa (well...kerasa sih,humas gtu loh) bem ui 2009 bentar lagi mnemui akhirnya (sooo much to do still). Kaya biasa,pemira emang slalu jd event yg ga pernah sepi…
Sri Mulyani: Sebuah Kesan dan Opini Saya tidak akan membahas mengenai kasus Bank Century di sini (mungkin lain kali). Saya juga tidak akan membahas mengenai kuliah umum Sri Mulyani dan insiden demo dari Front Aksi Mahasiswa…
Sepuluh Sikap Pribadi Sukses Sejujurnya, tulisan ini bukan saya yang buat, melainkan hasil ngopas (ngopi dicampur ama pasta :p) dari notes facebook salah seorang kawan [thanks brother Arif Surahman]. Rupanya, dia juga tidak menuliskannya…
Grand Opening Kampanye Pemira IKM UI: Euforia Pesta… Pemira IKM UI 2011 yang merupakan ajang suksesi kepemimpinan BEM dan DPM UI, kini telah memasuki masa kampanye, dimulai dengan Grand Opening yang dilaksanakan pada tanggal 14-15 November 2011 kemarin.…
UI Festival, Rangkaian Acara Kompetisi Seni Antar Fakultas… UI Festival 2010 UI Festival adalah rangkaian acara kompetisi seni antar fakultas di UI. Kami membagi acara ini kedalam beberapa rangkaian acara. Rangkaian acara tersebut adalah acara Seminar Seni Budaya,…
Tanggapan Kritis Terhadap Tulisan Baliho dari Oknum-Oknum… Oleh: Muhammad Ibrahim Hamdani Anggota Independen Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Universitas Indonesia (UI) Perwakilan FISIP UI. Bismillahirrahmanirrahim Assalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Salam Sejahtera bagi Kita Semua Salah satu tugas, wewenang, dan…
Optimisme PEMIRA IKM UI 2010 Depok, 8 November 2010. Pikiran yang dilandasi tindakan akan menjelma menjadi kekuatan luar bias at untuk mencapai tujuan. Untuk itu optimism haruslah selalu dikedepankan untuk mengatasi semua tantangan. Hal inilah…
News Pemira IKM UI 2011: 12 Calon Anggota DPM UI, 2 Pasangan… Sepuluh calon Peserta Pemira IKM UI 2011 untuk kandidat DPM UI 2012 dinyatakan lolos verifikasi dan resmi menjadi peserta Pemira IKM UI 2011. Lolosnya 10 calon peserta tersebut ditetapkan melalui…
11 Layanan VPN Terbaik 2022 Anti Blokir dan Aman anakui.com - Pada kesempatan kali ini, anak UI akan merekomendasikan daftar panduan lengkap untuk layanan VPN terbaik 2022. Sebagaimana yang kita kethaui, tidak mengherankan jika layanan VPN terbaik semakin populer.…
Mahkamah Mahasiswa UI dan Pemira UI Ulang PEMIRA UI 2010 masih belum berakhir, meskipun hasil keputusan sudah di baca kan dan dinyatakan bahwa tim Manjong terpilih menjadi ketua BEM UI periode 2011 dengan perbedaan selisih suara 1800-an. …
Calon Ketua BEM UI, MWA UM, dan DPM UI Telah Ditetapkan! Seiring mendung yang menggelayut di atas mega pusgiwa, salah satu rangkaian prosedural yang menjadi bagian dari pesta demokrasi kampus perjuangan kita ini, tunai dilaksanakan. Panitia Pemira IKM UI 2009, telah…
Mahasiswa Relawan Membuka Isolasi Korban Banjir Cerpen ini dipersembahkan untuk: kawan-kawan Mapala UI , Mapala Sejabodetabek, WANADRI, TNI, POLRI dan Seluruh Sukarelawan Banjir (Posko Pluit Khususnya) @JrngInfoBencana Lampu remang-remang menyinari dari setiap sudut ruangan disebuah kampus…
39 thoughts on “Gerakan Mahasiswa UI Sudah Menurun!”
1. Bukan berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi kaya.
2. Berasal dari luar Jakarta.
3. Aktivis gerakan tarbiyah.
lalu apakah orang kaya yang punya mobil bukan aktivis? tahun ini di pusgiwa banyak mobil loh…
menurut saya gak melulu harus dari luar jakarta dan yang gak kaya.. terpenting ya punya keinginan..
Danu,
Tolong lihat lagi tulisan saya. Saya mengatakan sebagian besar, tentu saja ada yang di luar kategori yang saya sebutkan di atas tapi coba liat lagi apakah mereka beririsan dengan kriteria yang lain. Saya berani jamin (berdasarkan pengalaman selama ini) yang berasal dr luar 3 kategori tersebut akan jauh lebih kecil jumlahnya.
Menurut Anda bagaimana cara membentuk keinginan tersebut? Inti dari tulisan saya adalah jika ingin dinamika kemahasiswaan UI kembali hidup ubahlah inputnya. BEM UI adalah salah satu pihak yang bertanggung jawab untuk itu. Jika selama ini BEM UI selalu lemah melawan rektorat sekaranglah saatnya untuk saling adu secara head to head. Rektorat ingin terus meningkatkan pemasukan dari mahasiswa tapi BEM UI melawan dengan memastikan semakin banyak mahasiswa tidak mampu namun berprestasi yang kuliah di UI. Caranya tentu bermacam-macam. Perlu dibuat tulisan tersendiri sepertinya. Sehingga salah satu indicator keberhasilan kepengurusan BEM UI adalah peningkatan proporsi jumlah mahasiswa tidak mampu namun berprestasi & berasal dari luar Jakarta.
Indikator hidupnya dinamika kemahasiswaan versi saya adalah:
1. Tingginya antusiasme mahasiswa UI. Indikator paling mudah adalah UI sering juara umum PIMNAS. UI untuk hal-hal non EO dan hiburan. Contohnya: debat calon ketua BEM UI diadakan di Balairung dan yang nonton penuh atau begitu juga ketika roadshow ke fakultas-fakultas.
2. Meningkatnya kehidupan diskusi dan ilmiah mahasiswa
“Saya berpandangan bahwa kehidupan kemahasiswaan UI tidak akan pernah kembali pada masa kejayaannya jika proporsi mahasiswa kurang mampu dan atau berasal dari luar Jakarta masih rendah seperti saat ini.”
sebetulnya lebih tepat kyknya kalo tadi saya mengutip ini. 🙂 jd saya optimis kalopun di isi dengan orang kaya dan di dalam jakarta pun bisa mengubah..
saya pun memikirkan cara bagaimana biar BEM/Mahasiswa tidak kalah ‘cerdik’ dengan Rektorat. kalo bisa dikatakan.. rektorat itu orangnya itu itu aja.. sedangkan mahasiswa datang dan pergi.. ya jadi rektorat lebih mengerti gerak kita.. jadi udah ngeti neh di tutup di mana… harus ada cara lain… dan setuju harus di buat tulisan khusus.
ide saya agar mahasiswa bisa lebih intelek dalam membantah…
buat saya pribadi setuju kalo dikatakan sulit kembali ke masa2 kejayaan.. tapi masa kejayaan mahasiswa ui adalah 66 bukan 98….karena tahun 98 justru membuat ui menjadi mundur sampe sekarang….
lalu masalah 3 kategori itu… terlalu menggeneralisasi sih… banyak kok yang di luar itu…
pada intinya sekarang, saya selalu bertanya dalam hati dan berdiskusi dengan beberapa teman, masih butuhkah kita BEM UI??
gimana kalo kita bentuk badan baru yang bisa mengakomodasi kepentingan civitas lebih luas?
Christian,
Sebagian tanggapan saya sama dengan tanggapan sebelumnya ya. Menurut saya tidak akan ada gunanya membuat organisasi baru selama input mahasiswa UI tidak diubah. Itulah tantangan yang harus dihadapi organisasi-organisasi kemahasiswaan di UI khususnya BEM.
Mungkin penurunan ini terjadi karena dari kecil generasi muda saat ini sudah diajari untuk meninggikan ego berpikir pragmatis dan individualis.
Banyak pemuda (apalagi jakarta) yang ketika kecil dididik dengan pola hidup kedua orang tua kerja, pergi pagi pulang malam. Anak di tinggal di rumah bersama pengasuh dan tidak mendapatkan pendidikan tentang sopan santun (ramah tamah), kepedulian sosial, berpikir kritis apalagi menjadi seorang yang rela berkontribusi demi orang lain. Mereka sehari-harinya hanya ditinggal bersama dengan uang jajan yg lebih dari cukup dan kebebasan untuk mencari kesenangan asal akademis tetap baik.
Tapi ini hanya pendapat pribadi. Saya melihat di sekitar saya, di fakulas yang saya tempati, masih banyak orang-orang yang rela bercapek-capek berapat-rapat untuk bisa bermanfaat bagi orang lain. Negeri ini masih punya harapan besar, tinggal kitanya saja yang menjadi bagian dari mereka yang kontributif , tetap komitmen pada kejujuran dan senantiasa memperbaiki diri.
cara memperbaikinya bagaimana pak? gimana kita bisa menyeleksi anak yang masuk ui supaya mereka bisa berkontribusi nantinya?
kalo menurut saya, dan pengalaman psau/psaf di psikologi, maba itu punya background macem2, tapi kita bisa memberikan mereka pengertian bahwa background mereka harus bisa menyesuaikan dengan keadaan kampus (kehidupan mahasiswa), initinya, kita yang membentuk perilaku mereka.
Christian,
Iya mahasiswa baru.Mungkin cara yang Anda sebutkan dg memberikan pengertian bisa dilakukan tapi saya tidak merasa yakin dengan cara tersebut. Kita sudah lihat hasilnya dimana tingkat apatisme mahasiswa UI sangat tinggi. Contoh: jumlah mahasiswa yang tidak menggunakan hak pilihnya saat pemira sangat besar. Tapi yang harus digarisbawahi adalah kita sebagai mahasiswa tidak mungkin melakukan seleksi namun hanya bisa memberikan informasi yang sempurna tentang peluang masuk UI. Kalau saran saya adalah mengembalikan UI menjadi kampus rakyat dengan meningkatkan proporsi jumlah mahasiswa kelas menengah ke bawah tapi berprestasi dan mahasiswa yang berasal dari luar Jakarta. Bagaimana hal itu bisa diwujudkan? Berikut cara-caranya (saya berharap peran ini dimainkan oleh BEM UI):
1. Memaksimalkan pengumuman “TAK PERNAH ADA SELEKSI UANG DI UI ASAL MAMPU SECARA AKADEMIK” . Pengumuman tentang hal ini harus benar-benar disebarkan secara luas dan diberikan jaminan advokasi oleh BEM UI atau BEM Fakultas bahwa jangan pernah takut untuk ikut seleksi masuk UI dan pastikan kelulusan InsyaAllah calon mahasiswa baru tidak akan pernah gagal untuk kuliah di UI.
2. Bekerja sama dengan paguyuban-paguyuban daerah untuk publikasi pengumuman di atas. Karena selama ini terdapat informasi yang asimetris antara calon mahasiswa dan pihak UI. Bahkan kalau BEM UI berani, bikin publikasi “100rb bisa kuliah di UI*”, asal benar-benar tidak mampu, yang terpenting adalah sudah diterima (lulus tes) di UI.
Jika dikatakan gerakan mahasiswa ui menurun, saya pribadi kurang setuju dngan prnyataan tsebut. Kita tidak bisa scra langsung mmbandinkan dngan apa yg trjadi dngan misalny pd tahun 98 karena kondisi kekinianya yg memang sudah brbeda. Pda masa trsebut mahasiswa mmang sudah muak dngan model pmerintahan orde baru yg sudah jauh dari nilai2 demokrasi. Menurut saya setiap zaman itu PUNYA TANTANGAN TERSENDIRI
Teguh,
Saya sangat setuju jika dikatakan setiap zaman punya tantangan tersendiri. Tapi tentu ada hal-hal yang tidak boleh berubah terkait gerakan mahasiswa UI. Kalau menurut Teguh apa indikatornya sehingga berani mengatakan gerakan mahasiswa UI tidak sedang menuru turun? Kalau indikator menurut saya ada di komen pertama ya
setuju dengan komen ini dalam hal setiap jaman punya tantangannya sendiri. tapi satu hal yang sangat kurang dari anak ui sekarang dengan tantangan jaman sekarang dimana rakyat hidup semakin sulit, mahasiswa kurang memberikan kontribusi nyata. demo banyakan hanya untuk kepuasan diri sendiri, dalihnya untuk rakyat, tapi coba dipikir lagi, demo2 yang sudah dilakukan, apa urgensinya?
coba tanya alumni2 ui, pasti semua bingung, kenapa sekarang ui sangat sering demo, padahal dulu demo anak ui itu adalah suatu hal yang amat sangat jarang karena dianggap sangat spesial. saat kondisi belum urgen untuk demo, ui tidak akan turun.
just a coment, cmiiw… ^^
Bagaimana cara mengatasi mahasiswa yang kurang berkontribusi nyata tersebut? Kalau saya tetap keukeuh perbaiki inputnya. Hehehe
Kalau terkait aksi saya ingin, UI tidak perlu terlalu sering turun ke jalan. Tapi jika UI sudah turun ke jalan berarti isu yang diusung sangat penting & benar2 bisa menguningkan Jakarta.
TARBIYAH ??
hahahaha, saya juga tidak mengerti,
UI = UNIVERSITAS INDONESIA, atau UNIVERSITAS ISLAM ?
no offense, but I definitely sure that those people, majority, doesn’t have a good competent but so many in quantity and have a strategic position, in our campus politics. for any goal which I’m not sure for all people in UI, just for their community, by behalf of God. no offense, it just my opinion
@rifki: dsatu sisi memang trlihat baik bhwa ui utk klas menengah kbawah.tp brarti tetap ad dskriminasi dng?thdp kelas menengah ke atas?
It yg agk sulit.hm,sbg alumni psikologi,saya msh pcaya bhwa kta bisa membentuk tgkah laku ank2 baru.yg pnting caranya tepat.psau/psaf jaman dulu bhasil kok membentk mhswa2 ui yg unggul.knp skrg tidak?mgkn krn intrvensi lmbaga trtntu yg mganggap psau jaman dulu it bullying,mkny skrg lbh humanis pdhl org indo scra umum,kl ga dkerasin msh blm bsa sadar.
Jd kuncinya bikin psau/psaf yg jelas tjuany dan langkah2ny.gua pcaya bisa.kt tmen2 dosen g yg angktn 90an jg bisa.haha.tgal 1 yg dcari,niat.mau ga mhswa2 it mpbaiki keadaan.
Mungkin yang pertama2 harus tanyakan dlu ke yg nulis…
Gerakan Mahasiswa macem apa sih yang situ maksud?
Trus kontrol sosial dan politik yang anda maksud tuh seperti apa bentuknya (yang paling kecil – paling besar) ?
Soalnya di tulisann ini saya kurang bisa nangkep definisi dari gerakan mahasiswa yg situ maksud…
ama yang terakhir…
penurunan yang situ maksud disini tuh secara kuantitas ato kualitas?
hmm…gimana ya? gerakan kemahasiswaan sedang turun krn tidak ada yg mau dikerjakan. belum ada presiden yang perlu diturunkan dari jabatannya. 😆
btw tarbiyah itu maksudnya apa? gerakan kemahasiswaan dimonopoli oleh segolongan orang tertentu kah?
@Danu: di situlah tantangannya terutama buat masa kepengurungan organisasi kemahasiswaan yang hanya 1 tahun.
“ide saya agar mahasiswa bisa lebih intelek dalam membantah”, sebaiknya tidak hanya membantah tapi ada aksi konkret yg lebih jelas untuk beradu head to head dengan rektorat.
@Christian: UI tidak dikhususkan untuk kelas menengah ke bawah tapi berikan peluang yang sama untuk semua kalangan (Hal ini jelas tidak mungkin). Saya melihat akses bagi kalangan menengah ke bawah namun berprestasi agak terhambat karena informasi yang tidak sempurna, misalnya: di UI sama sekali tidak ada seleksi uang. Masyarakat umum banyak yang tidak mengetahui bahwa poin terpenting adalah diterima dulu di UI.
Saya setuju kok dengan membuat psau/psaf yang jelas tujuannya. Tapi mungkin Christian bisa tanya ke dosen-dosen angkatan ‘90an itu, dulu bagaimana proporsi mahasiswa kelas menengah ke bawah dan berasal dari luar daerah. Menurut beberapa dosen senioar di FE, dulu jelas sekali kalau UI merepresentasikan Indonesia. Anak-anak daerah yang masuk UI masih cukup banyak.
@Muhamad Fajar/Fasilkom/2007: Kalau menurut Fajar mengapa momen penerimaan mahasiswa baru sepertinya gagal menjadi momen kaderisasi dan pewarisan nilai. (jika mengacu pada indicator dinamika kehidupan mahasiswa versi saya)
@noname,thebluecatz: tolong berikan identitas diri yang jelas baru saya akan jawab pertanyaan anda.
@sectio: menurunkan presiden? Menurut saya itu terlalu jauh. Perhatikan & benahi saja dulu keadaan di lingkungan terdekat (silakan liat indicator dinamika kehidupan mahasiswa versi saya)
(Aktifis ) Tarbiyah yang saya maksud di sini adalah orang-orang yang juga sangat concern dengan dakwah Islam. Dimonopoli? Ya bisa dikatakan demikian. Jujur saya pribadi tidak masalah dengan hal itu selagi orang yang bersangkutan kompeten. Tapi tentunya definisi kompeten tersebut harus dirumuskan dengan beberapa indicator yang harus dipenuhi.
@rifki: langkah untuk menyeleksi input itu menurut saya memang baik, tapi tidak akan berguna kalau nilai2 dan tradisi UI yang ada tidak ditanamkan dengan berhasil. maksud saya di sini, nilai2 dan tradisi kampus perjuangan.
Juga dalam bayangan saya lebih sulit untuk menyeleksi input tersebut. kalo menurut anda, cara konkritnya apa misalnya?
@Christian psiko 06: Metode penanaman nilai-nilai dan tradisi kampus perjuangan inilah yang harus bisa ditentukan dengan tepat. Sepertinya harus diluruskan sedikit. Tidak mungkin (sangat kecil peluangnya) untuk melakukan seleksi input karena untuk masuk ke sebuah institusi pendidikan harusnya hanya ada seleksi intelektual atau akademis.
Langkah konkret agar hanya berlaku seleksi intelektual untuk masuk UI:
1. Publikasi besar-besaran dari BEM UI, bahwa semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk masuk UI. Kendala biaya bukan hambatan asal mampu secara akademis.
Sebenarnya inti tulisan ini adalah menurut saya nilai-nilai dan tradisi kampus perjuangan di UI bisa lestari jika proporsi jumlah mahasiswa dari kalangan menengah ke bawah & berasal dari luar daerah cukup tinggi. Mungkin 40:60
Tentunya perlu dilakukan penelitian (ilmiah) lebih lanjut terkait hal ini agar observasi saya selama 4 tahun lebih kuliah di UI ini lebih valid.
@ratih.oktarina: selamat bergabung ratih. Amiin. semoga 🙂
@rifki: “Sebenarnya inti tulisan ini adalah menurut saya nilai-nilai dan tradisi kampus perjuangan di UI bisa lestari jika proporsi jumlah mahasiswa dari kalangan menengah ke bawah & berasal dari luar daerah cukup tinggi. Mungkin 40:60”
ini berdasarkan sejarah ui jaman dulu kayak gitu dan berhasil, maka mungkin jaman sekarang proporsinya seperti itu akan berhasil lagi ya?
@Christian psikologi 06: Mungkin. Soalnya sejak biaya kuliah di UI meningkat pergerakan mahasiswanya malah turun. Kegiatan kemahasiswaan lebih banyak yang bersifat EO.
“Salah satu solusi, menjadikan momen Penerimaan Mahasiswa Baru (PSAF/MABIM/MK) sebagai momen kaderisasi dan pewarisan nilai.”
cih, dengan membiarkan budaya feodal terus langgeng di UI. penekanan demi penekanan secara mental dan material lewat serangkaian acara ospek yang namanya terus berubah tiap tahun padahal tujuannya sama.
cara cara seperti ini justru mematikan kreatifitas mahasiswa baru yang datang ke UI dgn ke’tidaktahuannya’ ttg UI lalu dicekoki dengan ideologi ideologi perjuangan yang menurut saya masih ‘asal berjuang’
@ Christian psikologi 06: hahaha sepertinya iya. Naiknya biaya kuliah membuat input mahasiswa yang masuk ke UI ikut berubah. Sepertinya biaya kuliah akan sulit diturunkan, langkah terbaik yg bisa dilakukan ya pastikan input yang masuk sesuai dengan kebutuhan UI sebagai kampus rakyat.
Udah gak usah dikomentarin kalau identitas gak jelas. 😀
ide yang menarik… hahaha…
sebenernya biaya kuliah sangat mungkin kok diturunkan.. UI kan PTN lagi sekarang. jadi harusnya ga gitu pusing sama dana bukan? CMIIW…
hehe
Berat gan kalau mau menurunkan biaya kuliah. Coba cek PP 66 yang menggantikan UU BHP. Di situ dicantumkan bahwa PTN harus menerima minimal 20 persen mahasiswa yang berkebatasan ekonomi, namun memiliki otak cemerlang. Tapi cukukah 20% tsb untuk meningkatkan kembali dinamika kehidupan kemahasiswaan di UI? 🙂
iya nih….kan minimal. duit di ui sekarang ga diatur mandiri lagi kan? jadi masuk duit negara lagi kan? so, ga ada cari untung lagi kan? jadi ga guna juga dong kalo dibates2in… gitu bukan ya logikanya?
20% dan biaya diturunkan dua poin berbeda, kan, Rif.
saya masyarakat indonesia… perihatin dengan keadaan negara ini…. yang mana hukum carut marut dng tidak jelasnya hukum bg yg tidak mampu tu membeli hukum tersebut,, sdangkan bagi yang mampu,,, dmn kah keadilan …. dng ekonomi yg terus aj harga terus naik dng day beli yang turun dengan terpaksa rakyat hrs membeli…… apakah adek2 yg sebagai anak titipan bangsa yg bs berpikir lebih maju dr pd saya,, knp skr hrs diam saja,,, apakah kalian smua pro dengan pemerintah…….liat rakyat ini sdh lama menderita… kami ingin membantu rakyat sdh ga jelas kmn arah ideal negara ini,,,,,,, klu perlu revolusi d semua bidang.. bangun lah mahasiswa indonesiaku,.,,,,,,
1. Bukan berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi kaya.
2. Berasal dari luar Jakarta.
3. Aktivis gerakan tarbiyah.
lalu apakah orang kaya yang punya mobil bukan aktivis? tahun ini di pusgiwa banyak mobil loh…
menurut saya gak melulu harus dari luar jakarta dan yang gak kaya.. terpenting ya punya keinginan..
Danu,
Tolong lihat lagi tulisan saya. Saya mengatakan sebagian besar, tentu saja ada yang di luar kategori yang saya sebutkan di atas tapi coba liat lagi apakah mereka beririsan dengan kriteria yang lain. Saya berani jamin (berdasarkan pengalaman selama ini) yang berasal dr luar 3 kategori tersebut akan jauh lebih kecil jumlahnya.
Menurut Anda bagaimana cara membentuk keinginan tersebut? Inti dari tulisan saya adalah jika ingin dinamika kemahasiswaan UI kembali hidup ubahlah inputnya. BEM UI adalah salah satu pihak yang bertanggung jawab untuk itu. Jika selama ini BEM UI selalu lemah melawan rektorat sekaranglah saatnya untuk saling adu secara head to head. Rektorat ingin terus meningkatkan pemasukan dari mahasiswa tapi BEM UI melawan dengan memastikan semakin banyak mahasiswa tidak mampu namun berprestasi yang kuliah di UI. Caranya tentu bermacam-macam. Perlu dibuat tulisan tersendiri sepertinya. Sehingga salah satu indicator keberhasilan kepengurusan BEM UI adalah peningkatan proporsi jumlah mahasiswa tidak mampu namun berprestasi & berasal dari luar Jakarta.
Indikator hidupnya dinamika kemahasiswaan versi saya adalah:
1. Tingginya antusiasme mahasiswa UI. Indikator paling mudah adalah UI sering juara umum PIMNAS. UI untuk hal-hal non EO dan hiburan. Contohnya: debat calon ketua BEM UI diadakan di Balairung dan yang nonton penuh atau begitu juga ketika roadshow ke fakultas-fakultas.
2. Meningkatnya kehidupan diskusi dan ilmiah mahasiswa
“Saya berpandangan bahwa kehidupan kemahasiswaan UI tidak akan pernah kembali pada masa kejayaannya jika proporsi mahasiswa kurang mampu dan atau berasal dari luar Jakarta masih rendah seperti saat ini.”
sebetulnya lebih tepat kyknya kalo tadi saya mengutip ini. 🙂 jd saya optimis kalopun di isi dengan orang kaya dan di dalam jakarta pun bisa mengubah..
saya pun memikirkan cara bagaimana biar BEM/Mahasiswa tidak kalah ‘cerdik’ dengan Rektorat. kalo bisa dikatakan.. rektorat itu orangnya itu itu aja.. sedangkan mahasiswa datang dan pergi.. ya jadi rektorat lebih mengerti gerak kita.. jadi udah ngeti neh di tutup di mana… harus ada cara lain… dan setuju harus di buat tulisan khusus.
ide saya agar mahasiswa bisa lebih intelek dalam membantah…
buat saya pribadi setuju kalo dikatakan sulit kembali ke masa2 kejayaan.. tapi masa kejayaan mahasiswa ui adalah 66 bukan 98….karena tahun 98 justru membuat ui menjadi mundur sampe sekarang….
lalu masalah 3 kategori itu… terlalu menggeneralisasi sih… banyak kok yang di luar itu…
pada intinya sekarang, saya selalu bertanya dalam hati dan berdiskusi dengan beberapa teman, masih butuhkah kita BEM UI??
gimana kalo kita bentuk badan baru yang bisa mengakomodasi kepentingan civitas lebih luas?
Christian,
Sebagian tanggapan saya sama dengan tanggapan sebelumnya ya. Menurut saya tidak akan ada gunanya membuat organisasi baru selama input mahasiswa UI tidak diubah. Itulah tantangan yang harus dihadapi organisasi-organisasi kemahasiswaan di UI khususnya BEM.
Maaf ada komen yg tertinggal:
2. Meningkatnya kehidupan diskusi dan ilmiah mahasiswa. Indikator paling mudah adalah UI sering juara PIMNAS.
Mohon maaf sekali lagi “komen yg tertinggal” harusnya untuk komentar pada Bung Danu
input disini maksudnya mahasiswa baru yang masuk bukan?
Mungkin penurunan ini terjadi karena dari kecil generasi muda saat ini sudah diajari untuk meninggikan ego berpikir pragmatis dan individualis.
Banyak pemuda (apalagi jakarta) yang ketika kecil dididik dengan pola hidup kedua orang tua kerja, pergi pagi pulang malam. Anak di tinggal di rumah bersama pengasuh dan tidak mendapatkan pendidikan tentang sopan santun (ramah tamah), kepedulian sosial, berpikir kritis apalagi menjadi seorang yang rela berkontribusi demi orang lain. Mereka sehari-harinya hanya ditinggal bersama dengan uang jajan yg lebih dari cukup dan kebebasan untuk mencari kesenangan asal akademis tetap baik.
Tapi ini hanya pendapat pribadi. Saya melihat di sekitar saya, di fakulas yang saya tempati, masih banyak orang-orang yang rela bercapek-capek berapat-rapat untuk bisa bermanfaat bagi orang lain. Negeri ini masih punya harapan besar, tinggal kitanya saja yang menjadi bagian dari mereka yang kontributif , tetap komitmen pada kejujuran dan senantiasa memperbaiki diri.
Akatsuki,
Jadi menurut anda bagaimana untuk memperbaiki hal tersebut di UI? Kalau solusi dari saya adalah perbaiki input mahasiswa yang akan masuk UI.
cara memperbaikinya bagaimana pak? gimana kita bisa menyeleksi anak yang masuk ui supaya mereka bisa berkontribusi nantinya?
kalo menurut saya, dan pengalaman psau/psaf di psikologi, maba itu punya background macem2, tapi kita bisa memberikan mereka pengertian bahwa background mereka harus bisa menyesuaikan dengan keadaan kampus (kehidupan mahasiswa), initinya, kita yang membentuk perilaku mereka.
Christian,
Iya mahasiswa baru.Mungkin cara yang Anda sebutkan dg memberikan pengertian bisa dilakukan tapi saya tidak merasa yakin dengan cara tersebut. Kita sudah lihat hasilnya dimana tingkat apatisme mahasiswa UI sangat tinggi. Contoh: jumlah mahasiswa yang tidak menggunakan hak pilihnya saat pemira sangat besar. Tapi yang harus digarisbawahi adalah kita sebagai mahasiswa tidak mungkin melakukan seleksi namun hanya bisa memberikan informasi yang sempurna tentang peluang masuk UI. Kalau saran saya adalah mengembalikan UI menjadi kampus rakyat dengan meningkatkan proporsi jumlah mahasiswa kelas menengah ke bawah tapi berprestasi dan mahasiswa yang berasal dari luar Jakarta. Bagaimana hal itu bisa diwujudkan? Berikut cara-caranya (saya berharap peran ini dimainkan oleh BEM UI):
1. Memaksimalkan pengumuman “TAK PERNAH ADA SELEKSI UANG DI UI ASAL MAMPU SECARA AKADEMIK” . Pengumuman tentang hal ini harus benar-benar disebarkan secara luas dan diberikan jaminan advokasi oleh BEM UI atau BEM Fakultas bahwa jangan pernah takut untuk ikut seleksi masuk UI dan pastikan kelulusan InsyaAllah calon mahasiswa baru tidak akan pernah gagal untuk kuliah di UI.
2. Bekerja sama dengan paguyuban-paguyuban daerah untuk publikasi pengumuman di atas. Karena selama ini terdapat informasi yang asimetris antara calon mahasiswa dan pihak UI. Bahkan kalau BEM UI berani, bikin publikasi “100rb bisa kuliah di UI*”, asal benar-benar tidak mampu, yang terpenting adalah sudah diterima (lulus tes) di UI.
Jika dikatakan gerakan mahasiswa ui menurun, saya pribadi kurang setuju dngan prnyataan tsebut. Kita tidak bisa scra langsung mmbandinkan dngan apa yg trjadi dngan misalny pd tahun 98 karena kondisi kekinianya yg memang sudah brbeda. Pda masa trsebut mahasiswa mmang sudah muak dngan model pmerintahan orde baru yg sudah jauh dari nilai2 demokrasi. Menurut saya setiap zaman itu PUNYA TANTANGAN TERSENDIRI
Teguh,
Saya sangat setuju jika dikatakan setiap zaman punya tantangan tersendiri. Tapi tentu ada hal-hal yang tidak boleh berubah terkait gerakan mahasiswa UI. Kalau menurut Teguh apa indikatornya sehingga berani mengatakan gerakan mahasiswa UI tidak sedang menuru turun? Kalau indikator menurut saya ada di komen pertama ya
setuju dengan komen ini dalam hal setiap jaman punya tantangannya sendiri. tapi satu hal yang sangat kurang dari anak ui sekarang dengan tantangan jaman sekarang dimana rakyat hidup semakin sulit, mahasiswa kurang memberikan kontribusi nyata. demo banyakan hanya untuk kepuasan diri sendiri, dalihnya untuk rakyat, tapi coba dipikir lagi, demo2 yang sudah dilakukan, apa urgensinya?
coba tanya alumni2 ui, pasti semua bingung, kenapa sekarang ui sangat sering demo, padahal dulu demo anak ui itu adalah suatu hal yang amat sangat jarang karena dianggap sangat spesial. saat kondisi belum urgen untuk demo, ui tidak akan turun.
just a coment, cmiiw… ^^
Bagaimana cara mengatasi mahasiswa yang kurang berkontribusi nyata tersebut? Kalau saya tetap keukeuh perbaiki inputnya. Hehehe
Kalau terkait aksi saya ingin, UI tidak perlu terlalu sering turun ke jalan. Tapi jika UI sudah turun ke jalan berarti isu yang diusung sangat penting & benar2 bisa menguningkan Jakarta.
TARBIYAH ??
hahahaha, saya juga tidak mengerti,
UI = UNIVERSITAS INDONESIA, atau UNIVERSITAS ISLAM ?
no offense, but I definitely sure that those people, majority, doesn’t have a good competent but so many in quantity and have a strategic position, in our campus politics. for any goal which I’m not sure for all people in UI, just for their community, by behalf of God. no offense, it just my opinion
@rifki: dsatu sisi memang trlihat baik bhwa ui utk klas menengah kbawah.tp brarti tetap ad dskriminasi dng?thdp kelas menengah ke atas?
It yg agk sulit.hm,sbg alumni psikologi,saya msh pcaya bhwa kta bisa membentuk tgkah laku ank2 baru.yg pnting caranya tepat.psau/psaf jaman dulu bhasil kok membentk mhswa2 ui yg unggul.knp skrg tidak?mgkn krn intrvensi lmbaga trtntu yg mganggap psau jaman dulu it bullying,mkny skrg lbh humanis pdhl org indo scra umum,kl ga dkerasin msh blm bsa sadar.
Jd kuncinya bikin psau/psaf yg jelas tjuany dan langkah2ny.gua pcaya bisa.kt tmen2 dosen g yg angktn 90an jg bisa.haha.tgal 1 yg dcari,niat.mau ga mhswa2 it mpbaiki keadaan.
Salah satu solusi, menjadikan momen Penerimaan Mahasiswa Baru (PSAF/MABIM/MK) sebagai momen kaderisasi dan pewarisan nilai.
Mungkin yang pertama2 harus tanyakan dlu ke yg nulis…
Gerakan Mahasiswa macem apa sih yang situ maksud?
Trus kontrol sosial dan politik yang anda maksud tuh seperti apa bentuknya (yang paling kecil – paling besar) ?
Soalnya di tulisann ini saya kurang bisa nangkep definisi dari gerakan mahasiswa yg situ maksud…
ama yang terakhir…
penurunan yang situ maksud disini tuh secara kuantitas ato kualitas?
tolong dijelasin mas ^^
hmm…gimana ya? gerakan kemahasiswaan sedang turun krn tidak ada yg mau dikerjakan. belum ada presiden yang perlu diturunkan dari jabatannya. 😆
btw tarbiyah itu maksudnya apa? gerakan kemahasiswaan dimonopoli oleh segolongan orang tertentu kah?
@Danu: di situlah tantangannya terutama buat masa kepengurungan organisasi kemahasiswaan yang hanya 1 tahun.
“ide saya agar mahasiswa bisa lebih intelek dalam membantah”, sebaiknya tidak hanya membantah tapi ada aksi konkret yg lebih jelas untuk beradu head to head dengan rektorat.
@Christian: UI tidak dikhususkan untuk kelas menengah ke bawah tapi berikan peluang yang sama untuk semua kalangan (Hal ini jelas tidak mungkin). Saya melihat akses bagi kalangan menengah ke bawah namun berprestasi agak terhambat karena informasi yang tidak sempurna, misalnya: di UI sama sekali tidak ada seleksi uang. Masyarakat umum banyak yang tidak mengetahui bahwa poin terpenting adalah diterima dulu di UI.
Saya setuju kok dengan membuat psau/psaf yang jelas tujuannya. Tapi mungkin Christian bisa tanya ke dosen-dosen angkatan ‘90an itu, dulu bagaimana proporsi mahasiswa kelas menengah ke bawah dan berasal dari luar daerah. Menurut beberapa dosen senioar di FE, dulu jelas sekali kalau UI merepresentasikan Indonesia. Anak-anak daerah yang masuk UI masih cukup banyak.
@Muhamad Fajar/Fasilkom/2007: Kalau menurut Fajar mengapa momen penerimaan mahasiswa baru sepertinya gagal menjadi momen kaderisasi dan pewarisan nilai. (jika mengacu pada indicator dinamika kehidupan mahasiswa versi saya)
@noname,thebluecatz: tolong berikan identitas diri yang jelas baru saya akan jawab pertanyaan anda.
@sectio: menurunkan presiden? Menurut saya itu terlalu jauh. Perhatikan & benahi saja dulu keadaan di lingkungan terdekat (silakan liat indicator dinamika kehidupan mahasiswa versi saya)
(Aktifis ) Tarbiyah yang saya maksud di sini adalah orang-orang yang juga sangat concern dengan dakwah Islam. Dimonopoli? Ya bisa dikatakan demikian. Jujur saya pribadi tidak masalah dengan hal itu selagi orang yang bersangkutan kompeten. Tapi tentunya definisi kompeten tersebut harus dirumuskan dengan beberapa indicator yang harus dipenuhi.
@rifki: langkah untuk menyeleksi input itu menurut saya memang baik, tapi tidak akan berguna kalau nilai2 dan tradisi UI yang ada tidak ditanamkan dengan berhasil. maksud saya di sini, nilai2 dan tradisi kampus perjuangan.
Juga dalam bayangan saya lebih sulit untuk menyeleksi input tersebut. kalo menurut anda, cara konkritnya apa misalnya?
saya baru daftar di UI.com,, ternyata seru banget ya! hehe…
semoga yang menulis dan berkomentar di sini bisa memberikan perbaikan pada gerakan mahasiswa..
@Christian psiko 06: Metode penanaman nilai-nilai dan tradisi kampus perjuangan inilah yang harus bisa ditentukan dengan tepat. Sepertinya harus diluruskan sedikit. Tidak mungkin (sangat kecil peluangnya) untuk melakukan seleksi input karena untuk masuk ke sebuah institusi pendidikan harusnya hanya ada seleksi intelektual atau akademis.
Langkah konkret agar hanya berlaku seleksi intelektual untuk masuk UI:
1. Publikasi besar-besaran dari BEM UI, bahwa semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk masuk UI. Kendala biaya bukan hambatan asal mampu secara akademis.
Sebenarnya inti tulisan ini adalah menurut saya nilai-nilai dan tradisi kampus perjuangan di UI bisa lestari jika proporsi jumlah mahasiswa dari kalangan menengah ke bawah & berasal dari luar daerah cukup tinggi. Mungkin 40:60
Tentunya perlu dilakukan penelitian (ilmiah) lebih lanjut terkait hal ini agar observasi saya selama 4 tahun lebih kuliah di UI ini lebih valid.
@ratih.oktarina: selamat bergabung ratih. Amiin. semoga 🙂
@rifki: “Sebenarnya inti tulisan ini adalah menurut saya nilai-nilai dan tradisi kampus perjuangan di UI bisa lestari jika proporsi jumlah mahasiswa dari kalangan menengah ke bawah & berasal dari luar daerah cukup tinggi. Mungkin 40:60”
ini berdasarkan sejarah ui jaman dulu kayak gitu dan berhasil, maka mungkin jaman sekarang proporsinya seperti itu akan berhasil lagi ya?
@Christian psikologi 06: Mungkin. Soalnya sejak biaya kuliah di UI meningkat pergerakan mahasiswanya malah turun. Kegiatan kemahasiswaan lebih banyak yang bersifat EO.
jadi masalahnya di biaya kuliah dong bukan di inputnya? hehe…
tapi sangat amat setuju bahwa sekarang kegiatan kemahasiswaan hanya sifatnya EO…
setuju sekali dgn christian..rata2 proker keg mahasiswa hanya sebatas EO tapi tidak ada kelanjutannya
“Salah satu solusi, menjadikan momen Penerimaan Mahasiswa Baru (PSAF/MABIM/MK) sebagai momen kaderisasi dan pewarisan nilai.”
cih, dengan membiarkan budaya feodal terus langgeng di UI. penekanan demi penekanan secara mental dan material lewat serangkaian acara ospek yang namanya terus berubah tiap tahun padahal tujuannya sama.
cara cara seperti ini justru mematikan kreatifitas mahasiswa baru yang datang ke UI dgn ke’tidaktahuannya’ ttg UI lalu dicekoki dengan ideologi ideologi perjuangan yang menurut saya masih ‘asal berjuang’
hmmm…. kayaknya dulu pas diospek ga dapet esensinya ya mas? ato memang ga ada esensinya?
kalo saya dulu sih dapet banget esensinya, smua tugas ada gunanya
@ Christian psikologi 06: hahaha sepertinya iya. Naiknya biaya kuliah membuat input mahasiswa yang masuk ke UI ikut berubah. Sepertinya biaya kuliah akan sulit diturunkan, langkah terbaik yg bisa dilakukan ya pastikan input yang masuk sesuai dengan kebutuhan UI sebagai kampus rakyat.
Udah gak usah dikomentarin kalau identitas gak jelas. 😀
@putra farmasi 2006: toss deh.hehehe 🙂
ide yang menarik… hahaha…
sebenernya biaya kuliah sangat mungkin kok diturunkan.. UI kan PTN lagi sekarang. jadi harusnya ga gitu pusing sama dana bukan? CMIIW…
hehe
Berat gan kalau mau menurunkan biaya kuliah. Coba cek PP 66 yang menggantikan UU BHP. Di situ dicantumkan bahwa PTN harus menerima minimal 20 persen mahasiswa yang berkebatasan ekonomi, namun memiliki otak cemerlang. Tapi cukukah 20% tsb untuk meningkatkan kembali dinamika kehidupan kemahasiswaan di UI? 🙂
iya nih….kan minimal. duit di ui sekarang ga diatur mandiri lagi kan? jadi masuk duit negara lagi kan? so, ga ada cari untung lagi kan? jadi ga guna juga dong kalo dibates2in… gitu bukan ya logikanya?
20% dan biaya diturunkan dua poin berbeda, kan, Rif.
saya masyarakat indonesia… perihatin dengan keadaan negara ini…. yang mana hukum carut marut dng tidak jelasnya hukum bg yg tidak mampu tu membeli hukum tersebut,, sdangkan bagi yang mampu,,, dmn kah keadilan …. dng ekonomi yg terus aj harga terus naik dng day beli yang turun dengan terpaksa rakyat hrs membeli…… apakah adek2 yg sebagai anak titipan bangsa yg bs berpikir lebih maju dr pd saya,, knp skr hrs diam saja,,, apakah kalian smua pro dengan pemerintah…….liat rakyat ini sdh lama menderita… kami ingin membantu rakyat sdh ga jelas kmn arah ideal negara ini,,,,,,, klu perlu revolusi d semua bidang.. bangun lah mahasiswa indonesiaku,.,,,,,,
satu yang terngiang dari komentar teman saya tentang bem “BEM itu apa sih? kayaknya ada atau ga ada BEM gue tetep kuliah”