Teman-teman, menyusul dua buah tulisan sebelumnya, yaitu BOP2010 : Apa Masalahnya dan Apa yang Salah dengan BOP(B)?. Saya juga mau berbagi temuan yang saya lihat di Kompas.Com. Seperti yang bisa teman-teman lihat sendiri, Kompas.Com termasuk salah satu situs berita online yang paling “kaya” iklan. Entah berapa rupiah per hari yang bisa Kompas dapatkan dari pemasangan iklan yang sangat bejibun jumlahnya itu. Namun, bukan itu yang mau saya diskusikan disini, karena saya bukan mahasiswa jurusan periklanan yang mengerti itung-itungan bisnis iklan.
Awalnya saya ga ngeh, karena saking seringnya membuka Kompas.Com dan melihat iklan-iklan bertebaran disana. Nah, saat saya mengakses Kompas.Com senin (15/03) sore, saya baru menyadari kehadiran iklan SIMAK UI di bagian bawah Kompas.Com. Entah sejak kapan iklan itu bertengger disana, mungkin dari kemaren atau kemarennya lagi, karena saya baru menyadari keberadaan iklan itu senin (15/03) sore. Akhirnya, saya hentikan sejenak aktivitas yang sedang dilakukan untuk memperhatikan iklan itu. Menarik! Iklan SIMAK UI ini sangat sejalan dengan semangat “Jangan Takut Masuk UI!”.
SIMAK UI (Seleksi Masuk UI) sebentar lagi!
Periode Pendaftaran hingga 23 Maret 2010
Seleksi serentak 11 April 2010 di 46 kota di seluruh Indonesia
Segera daftar untuk menjadi mahasiswa di Universitas peringkat 5 besar Asia Tenggara, 34 besar Asia dan 201 besar dunia
Jangan khawatir dengan biaya pendidikan
UI menjamin tidak akan ada mahasiswa DO karena tidak mampu
Tersedia berbagai macam skema beasiswa yang totalnya mencapai puluhan milyar Rupiah
Klik di sini
Perhatian! UI TIDAK BEKERJA SAMA dengan pihak bimbingan belajar/bimbingan tes atau lembaga sejenis atau individu untuk mengadakn kegiatan try-out dan menjanjikan kemudahan/kelulusan untuk diterima di UI.
Itulah kalimat-kalimat yang muncul di iklan SIMAK UI di Kompas.Com. Menyusul dua tulisan yang telah diposting oleh M.R. Septyadi dan Aditya Rian Anggoro sebelumnya, saya jadi ikut bertanya-tanya juga, apakah masih ada masalah dengan BOP(B)? lebih spesifik lagi, haruskah kita memposisikan diri sebagai pihak yang mencari-cari masalah yang ada atau mungkin ada di BOP(B) ini? ataukah akan lebih baik dan lebih banyak terasa manfaatnya apabila kita berikan dukungan terhadap rektorat atas pemasangan iklan-iklan SIMAK UI yang membawa semangat “Jangan Takut Masuk UI!” itu, memberi masukan-masukan kreatif yang dapat membantu menyebarkan lebih luas lagi semangat “Jangan Takut Masuk UI!” ke seluruh pelosok Indonesia, dan lebih banyak memikirkan solusi ketimbang mencari-cari masalahnya?!
Salam,
Salman Salsabila
Kelaut aja mahasiswa yang cuma jadi problem speaker en problem maker
kalau meninjau satu masalah harus komprehensif donk, jangan menyampaikan informasi yang setengah2 dan opini yang ngak imbang
Well, there is no such think as no problem. Memang sistem BOP-B yang masih berumur 2 tahun memilki masalah seperti kekhawatiran masyarakat akan mahalnya biaya kuliah dan matrix pembiayaan yang masih memerlukan perbaikan. Menu ane promosi seperti ini cukup efektif untuk mengurangi rasa takut masyarakat terhadap tingginya biaya kuliah di UI.
Kan di iklannya di tulis tersedia begbagai macam beasiswa di UI.
Biasanya beasiswa dikasih pas udah tingkat 2 ke atas..terus kalo yg baru masuk gimana dong cara bayarnya?
perjuangan universitas murah harus dilanjutkan…..
sebenernya ada beberapa beasiswa untuk para maba kok contohnya ppa/bbm, waktu dulu pertama kali masuk juga aku dapet dan mungkin kalo anak2 dari daerah2 misalkan jawa barat dll juga ada untuk anak baru.
issue BOP-B dan Simak-UI akan selalu jadi topic yang akan t
sebenernya ada beberapa beasiswa untuk para maba kok contohnya ppa/bbm, waktu dulu pertama kali masuk juga aku dapet dan mungkin kalo anak2 dari daerah2 misalkan jawa barat dll juga ada untuk anak baru.
issue BOP-B dan Simak-UI akan selalu jadi topic yang akan terus diperbincangkan, mari kita tanggapi dengan bijak dan juga turut berpartisipasi untuk mengawasi prosesnya!
Saya alumni, saat ini bekerja di sebuah media sebagai wartawan..
Saya punya seorang kawan yang adiknya masuk UI lewat jalur PPKB.
Saat ini ayahnya sedang sakit dan pendanaan harus fokus untuk biaya pengobatan. Teman saya pun otomatis menjadi penanggung biaya adiknya termasuk untuk kuliah..
Dari awal saya minta teman saya untuk tidak perlu khawatir, pasti bisa diperjuangkan.
Dia memilih untuk mengajukan BOPB dan menyerahkan berkas2 yang diminta.
Tapi hasilnya, pengajuan keringanannya tidak dikabulkan. Sama sekali. Padahal dari jumlah gaji dan segala berkas yang diajukan (secara awam dan logika sederhana) memperlihatklan bahwa 5 juta per semester dan 10 juta admission fee akan sangat memberatkan. Ditambah kondisi ayahnya yang sedang sakit.
Saat itu kami menduga ada ketidaktelitian petugas dalam mebaca berkas.
Dia pun naik banding namun dia diminta mencicil, padalah tetap tidak mampu.
Dia sangat kecewa, karena semua berkas yang diberikan seakan tidak dilihat sama sekalii..
Esoknya saya bertemu dengan dia dan dia menceritakan bahwa bukan hanya dia yang mengalami. Banyak yang saat ini masih dalam proses, dan banyak cerita spal kekecewaan dari orang tua mahasiswa..
bener yang dikatakan AnakTeknik,
harus komprehensif,minimal mereka tau seluk beluk permasalahan agar mereka juga bisa beragumen dengan baik dan bertanggung jawab.
Kalo cuman bisa denger isu terus ngomong2 kayak sok tau banyak,mendingan ke laut ajah…
disini sich butuh yang konkret..kalo masalah BOP sich biar mungkin BEM yang bisa memberikan penjelasan ataupun mengangkat masalah ini ke rektorat agar ada kejelasan..
intinya jgn pihak yang diandalkan untuk berjuang saja…tapi kita juga perlu tau dan perlu berjuang untuk pewujudan BOP yang se real mungkin dan seFair mungkin agar temen2 kita yang terbentur masalah keuangan bisa bernafas lega.
kalo untuk berita soal kekecewaan masalah BOP sich memang banyak. Contoh saja om saya alumni FMIPA fisika,pernah cerita kalo memang UI sangat-sangat selektif terhadap mahasiswa yang mengajukan keringanan. Namun di sisi lain,ada beberapa pertimbangan UI yang mungkin kita tidak tau tentang sistem penyeleksian mahasiswa yang berhak mendapatkan BOP.
Kita pun masih belum diberi alasan tentang mengapa si A tidak dapat keringanan padahal kriteria yang ada pada syarat BOP telah dipenuhi,itu yang masih jadi problem…
FIB 09