ILDP: Sebuah Awal dari Akhir

18 Februari 2010
PSJ UI

Acara Leadership Talks yang diadakan oleh PPSDMS itu menghadirkan Shofwan al-Banna, Agung Baskoro, dan Goris Mustaqim. Selepas sholat maghrib, saya berbincang singkat dengan Shofwan. Di tengah obrolan, ia tercenung sebentar, mengeluarkan sebuah kartu nama, lalu menyerahkannya padaku. Kartu nama itu berwarna hitam.

“ILDP itu program apa, mas?” tanyaku melihat sebuah logo dan tagline Global Leaders, Indonesian Colors di kartu nama itu. Tertera di situ Project Leader program ini adalah Shofwan sendiri.

Lalu ia mulai menerangkan.

“ILDP itu Indonesian Leadership Development Program. Semacam program kepemimpinan, Yu…tapi yang bisa ikut ini khusus 3 Mapres di seluruh fakultas di UI. Jadi, totalnya ada 36 peserta. Ntar di sini kita akan mencetak mereka jadi pemimpin-pemimpin Indonesia untuk masa depan. Di sini juga mereka akan dipertemukan dengan orang-orang hebat, pembicara-pembicara keren…masuk ya, Yu..” katanya sambil tersenyum.

Saya hanya tergelak sedikit. Syaratnya cukup berat: menjadi Mapres. Mengucapkan terima kasih, saya mengambil kartu nama itu dan menyimpannya baik-baik di dompet. Kemudian seiring waktu, kartu nama itu pun terlupakan.

***

April atau Mei 2010

Seorang teman mengirim SMS. Dia bercerita bahwa di kompetisi Mapres ada sebuah program baru yang digagas oleh Kemahasiswaan UI.

“program apa?” tanyaku.

“Namanya ILDP, Yu..jadi kita 36 peserta dikumpulin jadi satu..terus dibuat pelatihan. Wah, keren banget pokoknya. Kita ikut pelatihan ini-itu. Lo coba bikin stupid paper deh,lalu bikin ini-itu…”, dia tetap melanjutkan sementara terbetik sesuatu dalam hati ini,

“ILDP? Rasanya pernah dengar..”

***

10 Mei 2010
Rektorat Lantai 6, PAU UI Depok,
Rapat Kontributor UI Update edisi Juni 2010

“Bagaimana kalau kita membahas ILDP?,” tanya pemimpin rapat.

“Apaan tuh ILDP?,” tanya kontributor yang lain. Alis saya mengernyit.

“Program untuk Mapres itu?,” tanyaku.

“Iya! Kok lo tahu, Yu?” kejarnya.

“Yah, temen gw ada yang ikut itu..”, jawabku sekenanya.

“Kalau begitu, lo aja ya yang ngeliput ILDP!! Sip, sudah diputuskan!!”

Dan aku terbengong.

***

20 Mei 2010
Kantor Kemahasiswaan UI

“Assalamualaikum..”, ketukku.

“Masuk..” terdengar suara seseorang. Saya pun masuk. Seorang lelaki menyambut saya dalam senyum.

“Wahyu? Sudah saya tunggu. Maaf ya saya lagi sakit batuk..kemarin-kemarin saya nggak masuk kerja makanya baru bisa wawancara sekarang. Ayo, ayo, mau tanya apa tentang ILDP?”

Lelaki itu mengenalkan dirinya sebagai Pipin Sopian. Shofwan, ketika ku SMS untuk wawancara tentang ILDP, memintaku untuk menghubungi Pipin Sopian.

“Saya harus konsentrasi S3, Yu..” kata Shofwan.

Maka, saya dan mas Pipin mengobrol tentang ILDP. Jadwal wawancara yang semula hanya 30 menit, bertambah hingga hampir 2 jam. Dan di tengah cerita itu, tubuhku mengalami getaran demi getaran. Ini sebuah program yang sangat dahsyat.

Saat itu aku bertekad, “gw harus bisa meliput acara ini..”

***

9 Juni 2010

Seorang teman mengirim SMS, “Yu, mau ikut ke Kemdiknas gak?”

Aku bingung. Mau ngapain ke sana?

“Ada sosialisasi acara beasiswa unggulan di Kemdiknas. Yah, ini acara ILDP sih..”

“Lah, terus kenapa lo ngajak gw? itu kan acara eksklusif..”, aku bingung.

“Nggak. Lo boleh ikut kok, gantiin orang aja..!”

Gantiin orang? Maksudnya apa?

“Besok ditunggu jam 13.00 ya..ngaret ditinggal nih!”, katanya galak.

Maka, esoknya, saya memang hampir ditinggal. Saya harus berlari-lari dari FIB menuju stasiun UI. Ada sebuah bikun yang berhenti di sana. Aku mendekat. Mas Pipin membukakan pintu.

“Kamu mau ikut, Yu?”, tanyanya.

“Eh iya, mas…sekalian ngeliput..”, jawabku seadanya.

Maka, dengan semua kebingungan yang terjadi di dalam kepala saya, bus kuning yang membawa rombongan ILDP ke Kemdiknas pun melaju -bersama saya di dalamnya-.

Dan dari sinilah semuanya dimulai.

***

5 Juli 2010
Pukul 22.44 WIB
Kukusan, Depok.

Jariku bermain di keyboard. Sesekali cepat, sesekali pelan. Kuhimpun semua informasi yang ada di kepalaku mengenai ILDP. Kemarin baru saja kami mengadakan acara bakti sosial yang mengubah sebagian paradigmaku. Cerita tentang itu dan momen-momen lainnya akan kukisahkan di lain kesempatan. Kini, aku hanya ingin mengucapkan kesan pesan terhadap ILDP.

ILDP, aku tak sanggup menjelaskannya. Ia melebihi semua definisi. Ia merupakan tempat berkumpulnya para intelektual mumpuni, pemimpi kelas kakap, pekerja sangat keras, partner yang labil, sekaligus sahabat yang baik.

Bersama mereka, aku mendapat banyak kesempatan belajar. Misalnya bahwa ternyata ketidakmungkinan itu hanya ada dalam pikiran. Aku terpaksa menyetujui tesis itu dan mau tidak mau keyakinan itu tertanam dalam alam bawah sadarku, karena 36 orang itu adalah buktinya sendiri!

Aku sangat bersyukur bisa mengenal kalian, dan rasa syukur itu berkali-kali kuungkapkan kepada teman yang mengajakku ke Kemdiknas. Aku bersyukur bisa datang ke Leadership Talks. Aku bersyukur bisa mengobrol dengan Shofwan. Aku bersyukur bisa mendapatkan kartu nama ILDP bahkan sebelum program itu sendiri diluncurkan.

Mungkin inilah yang dinamakan takdir. Pemberian kartu nama ILDP dari Shofwan, yakni suatu hal kecil yang memakan waktu cuma beberapa detik, ternyata menjadi kunci kejadian dalam beberapa bulan berikutnya. Kejadian-kejadian itu terjalin satu sama lain, membentuk satu alur nasib yang sangat rumit dan kesemuanya berhubungan. Kini, saat aku mengetik ini, kartu nama yang diberikan Shofwan itu pun ada di sampingku, terpaku diam menjadi saksi bisu.

Kawan-kawan ILDP, kalian sungguh sangat menginspirasi. Lucu. Seru. Dan tak terkatakan.

Salam labil.

Leave a Comment