September 1986. Negeri Belanda.
Koninklijk Instituut voor Taal, Land en Volkenkunde (KITLV) bagian Documentatie Geschiedenis Indonesie kedatangan tamu dari Indonesia. Drs.F.G.P Jaquet, lelaki Belanda yang menjabat sebagai kepala bagiannya, menyambut mereka dengan hormat dan mengajak para tamu itu masuk ke sebuah ruangan khusus. Kepada mereka diperlihatkan sebuah peti besar yang sudah tua dan berdebu.
“Itu peti yang berisi kumpulan surat kuno dari tahun 1900-an yang ditulis seorang gadis muda,” kata Sulastin Sutrisno, salah seorang tamu itu yang di kemudian hari menerbitkan kumpulan surat gadis itu. “Jumlahnya menakjubkan. Ada 150 pucuk lebih!”
Bukankah menarik? Seorang gadis muda menulis 150 pucuk surat lebih kepada teman-temannya di negeri Belanda selama 5 tahun, yakni dari 1899-1904. Itu berarti dia menulis 1 surat per 12 hari. Itu belum termasuk teman-temannya di negerinya sendiri. Dengan metode pengiriman pos yang masih sederhana, dengan teknologi komunikasi yang masih minim, seorang gadis 19 tahun pada awal abad 20 menulis 1 surat per 12 hari –dengan bahasa Belanda untuk rekan-rekannya di Nederland sana, yang notabene status mereka adalah penjajah…!
Siapa gerangan gadis muda yang berani itu?
“Panggil aku Kartini saja…itulah namaku.”
(Surat kepada Estella Zeehandelaar, Jepara, 25 Mei 1899)
***
Ya, Kartini. Siapa pula yang tidak mengenal Kartini. Seorang wanita pelopor yang lahir di keluarga pelopor. Simak saja penuturannya tentang sang kakek,
“Kakekku adalah pelopor, adalah sungguh-sungguh seorang yang mulia.”
(Surat kepada Estella Zeehandelar, 15 Agustus 1902).
Dan tentang ayahnya,
“Tapi ayah mempunyai anak-anak, pria dan wanita, yang dibentuknya menjadi makhluk yang berpikir”
(Surat kepada Estella Zeehandelar, 15 Agustus 1902).
Ya, Kartini. Siapa pula yang tidak mengenal Kartini. Bahkan seorang Pramoedya Ananta Toer, satu-satunya penulis Indonesia yang oleh majalah TIME pada tahun 2001 disebut sebagai “kandidat Asia paling paling kuat untuk meraih Nobel” mengatakan bahwa Kartini adalah “orang pertama dalam sejarah bangsa Indonesia yang menutup zaman tengah, zaman feodalisme pribumi yang pesakitan…”
Maka pada tanggal 21 April 1879 atau tahun Jawa 28 Rabiulakhir 1808, jabang bayi itupun lahir. Dia tumbuh menjadi gadis kecil seperti yang lain. Bermain, bersenda gurau, hingga suatu siang saat mengaso di sekolah sebuah kejadian mengubah hidupnya. Mari simak penuturannya,
“Di bawah pohon-pohon baru yang sedang berkembang kuning di pelataran itu menggerombol-gerombol dengan kacau dan tak teratur gadis-gadis besar dan kecil di atas permadani rumput hijau yang empuk tebal. Begitu panasnya waktu itu, tak seorangpun berniat hendak bermain-main.
“Ayo, Lesty, berceritalah, atau membacalah buat kami,” rayu seorang gadis coklat, yang bukan hanya karena warna kulitnya, tapi juga karena pakaiannya menunjukkan seorang pribumi. Seorang gadis kulit putih yang besar, yang sedang bersandar pada batang pohon serta membaca buku dengan rajinnya, mengangkat pandangannya, “Ah, aku harus meneruskan pelajaran bahasa Prancis ini.”
“Kan kau bisa lakukan juga di rumah, kan itu bukan pekerjaan sekolah?”
“Ya, tapi kalau tak rajin aku belajar Prancis, dua tahun lagi aku tak boleh pergi ke Holland. Dan aku sudah begitu ingin meneruskan sekolah ke sekolah guru. Kalau kelak aku lulus dan menjadi guru, barangkali saja aku ditempatkan di sini, lantas duduklah aku di depan kelas, tidak di dalam kelas seperti sekarang. Tapi, coba katakana, Ni, kau tak pernah ceritakan padaku, kau mau jadi apa kelak?”
Sepasang mata yang besar menatap pembicaraan itu dengan herannya.
“Ayo katakanlah.”
Si Jawa itu menggelengkan kepala dan menjawab pendek, “Tak tahu.” Tidak, memang ia tidak tahu, tak pernah ia memikirkannya, ia masih sangat mudanya dan tiada mempedulikannya sesuatu pun. Pertanyaan kawannya gadis kulit putih itu meninggalkan kesan dalam padanya. Pertanyaan tu menyiksanya, tak hentinya ia mendengung pada kupingnya, “Kau mau jadi apa kelak?” Ia berpikir dan berpikir. Hari itu ia menjalani banyak hukuman di sekolah, ia begitu kacau memberikan jawaban-jawaban bodoh kalau ditanyai dan melakukan kesalahan-kesalahan yang paling tolol dalam pelajarannya. Memang tak bisa lain daripada itu, pikirannya tidak pada pelajarannya, tapi masih lekat pada pertanyaan yang didengarnya waktu mengaso.”
(Surat, Agustus 1900, kepada Nyonya Abendanon)
Dan sepenggal pengalaman sekolah ini kelak ternyata menjadi kunci dari perjuangannya yang tak kenal menyerah, baik kepeloporannya di bidang pendidikan ataupun di bidang lain.
Namun, ada beberapa pihak yang mencela Kartini. “Kalau toh ia benar berjuang, mengapa ia hanya menulis surat?” ejek mereka. “Bukankah ada banyak cara lain yang lebih hebat? Memanfaatkan kebangsawanannya untuk membentuk organisasi dan mengumpulkan massa misalnya, lalu dengan itu melawan pemerintah kolonial?”
“Mereka lupa posisi Kartini”, kata Pramoedya Ananta Toer dalam buku Panggil aku Kartini Saja. “Sebagai seorang wanita, yang sebenarnya berdiri sendiri, tanpa suatu dukungan organisasi massa yang waktu itu memang belum lahir, perjuangan dan masalah-masalah yang dihadapinya sebenarnya jauh lebih berat. Dari sini saja orang telah dapat mengerti mengapa jalan, bentuk, dan warna perjuagannya menjadi begitu rupa. Kekuatan dan kekuasaan Kartini hanya di bidang moral, itu saja. Ia tidak punya alat untuk mewujudkan konsep-konsep pemikirannya. Bahkan boleh dikata semua pihak menentangnya. Bukanlah percuma kalau ia mengatakan, “Sayang! Kekuasaan tiada padaku, baiklah aku berdiam diri saja tentang itu.”
Kartini hidup dalam taraf kesadaran nasional yang paling pertama, bahkan sebelum kebangkitan Nasional yang dimotori Boedi Oetomo itu berdiri. Kartini hidup pada masa politik etis, yakni masa ketika kaum intelektual “bekerjasama” dengan pemerintah kolonial dalam belajar-mengajar. Dengan makin banyaknya kaum intelektual, makin cepat timbulnya gagasan perlawanan, yang akhirnya konsep “kerjasama” itu berganti dengan melawan secara frontal. Namun, itu terjadi pada masa Bung Karno. Pada masa Kartini, politik etis lah yang bermain. Bahkan, Kartini adalah pemula dari sejarah modern Indonesia. Dialah yang menggodok aspirasi-aspirasi kemajuan di Indonesia pada taraf pemikiran untuk selanjutnya dicerna oleh generasi Soekarno-Hatta dan diaplikasikan oleh mereka. Di tangan Kartini lah kemajuan itu dirumuskan, diperincinya, dan diperjuangkan untuk bayi nasion Indonesia. Ia selalu memimpikan pendidikan untuk kaum wanita. Ia pun selalu memimpikan negerinya agar makmur.
“Itulah impian keindahan! Impian bahagia!”
(Sebuah fragmen dari karangan Kartini: Eenige Uurtjes Uit een Meisjesleven. Sentimenteele Herinneringen Eener Oude Vrijster, 1901)
Kartini adalah pelopor.
Kartini adalah konseptor.
Kartini adalah pemikir modern Indonesia pertama-tama.
Akan tetapi, walau posisinya sepenting itu, walau kedudukannya seagung itu di mata bangsa Indonesia, tidaklah ia sombong –ia benci kesombongan. Ia tak suka jika ada orang memanggil namanya secara berlebih-lebihan. Seperti yang tertulis di atas, ia mengenalkan dirinya begini:
“Panggil aku Kartini saja –itulah namaku.”
(Surat, 25 Mei 1899, kepada Estella Zeehandelaar)
Tanpa gelar, tanpa panggilan kebesaran, walau jiwanya memang benar-benar jiwa yang besar.
***
Selesai di Kutek, 14 April 2009
Rekomendasi:
- Catatan Hitam Penyelenggaraan Ujian Masuk Bersama (UMB)… Ujian masuk bersama (UMB) lima universitas yang prosesnya sudah berlangsung selama satu minggu terakhir ini ternyata meninggalkan cacat yang fatal untuk sebuah even berskala nasional yang menentukan masa depan siswa-siswi…
- Akankah Kita Akan Menjadi Koruptor Selanjutnya? Jika Anda menjadi warga negara non Indonesia, maka apa yang akan muncul di pikiran Anda ketika mendengar kata Indonesia? keragaman budaya, pusat pariwisata dunia, populasi yang sangat banyak, konflik sosial,…
- Review Xbox Series X, Loading Cepat Game Berlimpah anakui.com - Temukan puncak dari upaya permainan Microsoft dalam ulasan Xbox Series X kami. Xbox Series X adalah puncak dari upaya permainan Microsoft, menggabungkan janji kinerja generasi berikutnya yang kuat dengan…
- Press Release Aksi Tolak Film ML dkk Press Release SALAM UI Mengenai Hasil Dan Kronologis Aksi Penyikapan Film Porno Rabu, 14 Mei 2008. Menuju LSF (Jl. MT. Haryono) dan Indika Production (Jl. Gatot Subroto) Bismillahirrahmanirrahim Assalamu’alaikum Warahmatullahi…
- Review Microsoft Surface Headphones 2, Dinamis dan Murah anakui.com - Microsoft Surface Headphones 2 adalah sekuel solid yang menawarkan kinerja sedikit lebih baik daripada aslinya dengan harga lebih murah. Dinamis dalam suara dan fungsi, Headset Microsoft ini adalah perangkat…
- Review Google Stadia, Layanan Streaming dari Google anakui.com - Google Stadia menawarkan permainan cloud yang mengesankan dalam paket yang tidak sempurna. Google Stadia baru dan berpotensi mendemokratisasi, tetapi pada akhirnya setengah jadi dan penuh ketidaknyamanan. Spesifikasi Google Stadia…
- The Real Leadership Exercise: Gerakan Indonesia Mengajar [1] Sumber: milis ILDP, share dari Tri Mukhlison Anugerah Senin, 14 Juni 2010, sembilan orang anak muda perwakilan Ikatan Alumni-PPSDMS datang ke kantor Indonesia Mengajar. Malam itu adalah program perdana Silaturrahim…
- Yuk Simak 6 Daftar VPN Murah Terbaik 2022 anakui.com - VPN termurah sekarang dapat mengejar VPN termahal. Dengan VPN murah terbaik, sobat tidak perlu berhemat pada keamanan, kecepatan, atau fitur. Harga anjlok dan kualitas meningkat secara signifikan berkat…
- Review Valve Index, Juara Baru Headset VR 2022 anakui.com - Headset dan pengontrol Valve Index VR menghadirkan pengalaman visual yang menakjubkan dan pelacakan terbaik di kelasnya. Rangka berkualitas tinggi dan pengontrol Indeks tidak diragukan lagi merupakan solusi terbaik…
- 17 Contoh Surat Kuasa Berbagai Keperluan Siap Download Surat kuasa merupakan salah satu jenis surat yang berisi mengenai pemberian wewenang atau kuasa kepada adik/kakak kandung, orang tua, bahkan saudara yang dapat terpercaya. Surat kuasa ini dipergunakan untuk…
- Ide Kado Wisuda Terbaik untuk Teman dan Orang Terkasih Hal paling membingungkan kalau teman atau orang terkasih akan wisuda adalah kado yang akan diberikan. Mau memberikan sesuatu yang biasa takut mengecewakan, apalagi momen ini hadir sekali seumur hidup. Kado…
- Tentang Bapak Dosenku, (Alm) Sunarya Wargasasmita Entah alasan khusus apa sehingga aku pun harus menulis ini buat kalian teman ku. Apakah pernah kau mengalami momen seperti yang aku tulis buat kalian ini? Begitu banyak orang seperti…
- Bahan Simpel Untuk Membuat Ruangan Kedap Suara anakui.com - Ruangan Kedap Suara , Rumah maupun kost kita wajib berperan sebagai tempat peristirahatan yang tenang serta damai dari hiruk pikuk dunia luar. Namun karna dunia semakin sibuk serta…
- Pergerakan Perempuan.. Dulu, Kini, dan Nanti.. dedikasi untuk para pejuang mudi: mahasiswi universitas indonesia. bangkit dan kepalkan jarimu! Sejarah awal pergerakan Saat bangsa ini terus merintis kemajuannya demi meningkatkan martabat di mata bangsa lain, kepingan sejarah…
- Lelaki Uberseksual, Lelaki Masa Depan "Are you man enough?," Jon Lipsey, Daily Star, September 15, 2005 Marian Salzman lahir di New York. Menghabiskan masa kecilnya di wilayah Bergen Country, New Jersey, dia kemudian melesat menjadi…
- Angan-angan Negara Ideal Plato Plato tentu saja sangat mencintai gurunya, Socrates. Begitu mendalam perasaan Plato akan sosok guru yang dihormatinya tersebut, membuatnya begitu sangat lunglai --benar-benar lemah, ketika menghadapi kenyataan akan kematian sang guru…
- Avatar: Izin Tambang Indonesia Mungkin sebagain dari pembaca sudah menonton film Avatar, tapi pasti ada saja yang belum menontonnya. Kali ini penulis bermaksud mengulas sedikit tentang film tersebut dan mengaitkannya dengan tambang di Indonesia.…
- 12 Headphone Over Ear Terbaik 2022 yang Wajib Dicoba anakui.com - Headphone over ear terbaik menyeimbangkan suara yang bagus dengan sejumlah fitur berguna. Ini adalah pilihan teratas kami yang telah dicoba, diuji, dan diberi peringkat. Dengan banyaknya pilihan headphone, memilih…
- Mencari Ilmu Hingga ke Hanoi : Catatan Perjalanan ke Vietnam… Oleh: Yeni Budi Rachman& Dini, Mahasiswi Program Studi Ilmu Perpustakaan UI angkatan 2005 Kami berdua adalah mahasiswa ilmu perpustakaan atau biasa dikenal dengan sebutan JIP (jurusan ilmu perpustakaan). Inilah pertama…
- Makna dalam veritas, probitas, iustitia Semua anak UI yang membaca tulisan ini tentu sudah tahu tentang Slogan baru kampus kita ini; VERITAS, PROBITAS, IUSTITIA. Saya kurang tahu sejak kapan ketiga kata dalam bahasa latin tersebut…
- Biografi Raditya Dika, YouTuber Alumni Politik UI yang Gak… Raditya Dika yang memiliki nama lengkap Dika Angkasaputra Moerwani adalah tokoh muda Indonesia yang multitalenta. Pria yang akrab disapa Dika tersebut kini memang dikenal sebagai youtuber tenar dengan subscriber mencapai…
- Secangkir Kopi Pagi dengan Bapak Jakarta, 17 April 2011 SECANGKIR KOPI PAGI DENGAN BAPAK ( Untuk mu kawan ku, yang sedang begitu rindu pulang ke rumah ) Selalu begini, setiap Senin pagi, karena secangkir kopi.…
- Mahasiswa Relawan Membuka Isolasi Korban Banjir Cerpen ini dipersembahkan untuk: kawan-kawan Mapala UI , Mapala Sejabodetabek, WANADRI, TNI, POLRI dan Seluruh Sukarelawan Banjir (Posko Pluit Khususnya) @JrngInfoBencana Lampu remang-remang menyinari dari setiap sudut ruangan disebuah kampus…
- Manifesto teruntuk: kaum intelegensia bebas "...dan mereka menjadi saksi kita berkumpul di sini, memeriksa keadaan. Orang berkata, 'Kami punya maksud baik.' Dan kita bertanya, 'Maksud baik Saudara untuk siapa? Saudara berdiri…
- Berlabu di Perpustakaan Baru Apresiasi, Prestasi, dan… Oleh, Mang Oejank Indro, tinggal di http://mangoejankindro.blogspot.com Setelah penantian panjang yang penuh dengan kontroversi dan kritik, perpustakaan baru UI mulai dibuka pada tanggal 13 Mei 2011 yang lalu. Suasana perpustakaan…
- Pedoman Kebijakan Penggunaan Fasilitas Perpustakaan UI Sumber: http://www.lib.ui.ac.id/content/pedoman-kebijakan-penggunaan-fasilitas-perpustakaan-universitas-indonesia Gedung Perpustakaan UI atau yang dikenal dengan Crystal of Knowledge terdiri dari 8 lantai dan beberapa bangunan yang berfungsi sebagai tempat penyelenggaraan berbagai kegiatan. Fasilitas di gedung ini dibagi…
- Klarifikasi dari Penulis "Prodi Sastra Jerman UI Menakutkan,… Saya harap para pembaca dapat membaca isi keseluruhan dari isi artikel saya ini. Sebelumnya saya mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang terkait dalam tulisan saya di posting artikel…
- Mereka Memilih untuk Berjuang Esai ini mendapat juara I dalam lomba menulis esai "Indonesiakan Kami" yang diselenggarakan oleh USAHID Jakarta. Suatu hari, seorang pemuda terlibat pembicaraan serius dengan profesornya. Profesor itu menyarankan, setelah si…
- 8 Fakta Pusgiwa UI yang Cuma Diketahui Aktivis UKM dan… Banyak mahasiswa yang memanfaatkan penggunaan gedung Pusgiwa UI membuat tidak heran ada banyak fakta-fakta tentang Pusgiwa UI yang hanya diketahui oleh aktivis UKM ataupun anak organisasi UI. Penasaran apa fakta-fakta…
- Bekpeker Gadungan (Season 2) ---sebenernya, tulisan ini tadinya hanya berupa note saja, tapi demi meramaikan anakui.com, maka saya ikut posting juga disini--- Sabtu, 5 April 2009 BEKPEKER GADUNGAN: KEDIRI, KAMI DATANG (DAY 2) tips…
Sisi Lain Kartini : Pelopor Kebangkitan Nasional
Sejarawan George Mc Turnan Kahin, penulis buku Nationalism and Revolution Indonesia, mengatakan bukan Budi Utomo pelopor pembaruan pendidikan di Indonesia melainkan Kartini. Sementara itu Profesor Ahmad M. Suryanegara, dalam buku Menemukan Sejarah, menuturkan Kartini tidak hanya berjuang untuk perempuan, tapi juga untuk membangkitkan bangsanya dari kehinaan. Asvi Warman Adam menyimpulkan pula Kartini tidak hanya tokoh emansipasi perempuan, tetapi juga pelopor kebangkitan nasional.
Selengkapnya
http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/04/kartini-pelopor-kebangkitan-nasional.html