Kebanggaan Menjadi Almamater FH UI

Adalah sangat menarik jika mengamati perkembangan Calon Ketua Umum Ikatan Alumni FHUI (ILUNI FHUI) untuk menjadi yang terdepan dan terbaik pada periode berikutnya. Pada periode di mana saya yang dua kali mencalonkan diri menjadi Ketua Umum hal itu tidak terasa.

Kehadiran saya hanya ingin menampilkan diri sebagai pelengkap karena tidak ada yang muncul lagi. Hanya ingin menunjukkan bahwa ada beda dalam pemilihan dan terobosan baru. Juga pembaruan-pembaruan, di mana agar Alumni tidak statis. Tapi saya tidak mampu meyakinkan anggota, dan mungkin benar sekarang adalah eranya anak-anak muda yang tampil.

Melihat kampanye menuju Alumni FHUI Satu, Alhamdulillah, kita rupanya tidak kalah dalam konsep dan pemikiran pemikiran.Tetapi tetap pada posisi, yang penting adalah karya nyata. Hanya dengan karya kita disegani, kita dikenang sepanjang masa. Mudah-mudahan harapan ini bisa terpenuhi.

Tidak dapat dipungkiri FHUI lahir sebagai universitas tertua di Indonesia. Cikal bakalnya bermula dari didirikannya sekolah hukum yang pertama di Indonesia yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1909, dengan nama Rechtsschooll. Sekolah tersebut di tempatkan di Batavia, sebagai realisasi permintaan PA.Achmad Djajadiningrat, Bupati Serang, untuk keperluan mengisi tenaga-tenaga hukum di pengadilan kebupaten.

Sekolah tersebut pada mulanya terdiri dari Bagian Persiapan dan Bagian Keahlian Hukum. Sekolah Hukum ini kemudian ditingkatkan menjadi suatu lembaga pendidikan tinggi dengan nama Rechtshogeschool atau Facultiet der Rechtsgeleerdheid, yang dibuka pada tanggal 28 Oktober 1924 oleh Gubernur Jenderal D.Fockt.

Selanjutnya dari nama Rechtshogesschool berdiri yang namanya Balai Perguruan Tinggi Republik Indonesia yang ketika terjadinya pengakuan kedaulatan Republik Indonesia, 27 Desember 1949 memberi keleluasaan bagi bangsa ini untuk mengembangkan lembaga pendidikan tinggi di Indonesia. Oleh karena itu pada tanggal 2 Februari 1950 terjadilah perundingan antara pihak RI (diwakili antara lain oleh dr.Abu Hanifah) dengan pihak Belanda bertempat di Aula Fakultas Kedokteran, Jalan Salemba No.6 Jakarta.

Pada dasarnya perundingan ini tidak berjalan semestinya dan berakhir dengan keributan. Akan tetapi pada hari itulah juga lahir sebuah pendidikan baru bernama Universiteit Indonesia kemudian berubah nama menjadi Universitas Indonesia. Ini merupakan penggabungan dengan Balai Perguruan Tinggi RI, termasuk di dalamnya penggabungan Facultiet der Rechtsgeleerdheid en Sosiale Wetenshappen dengan Fakultas Hukum Balai Perguruan Tinggi RI dengan nama Fakultiet Hukum dan Pengetahuan Masyarakat (Dekan Prof.Mr.Djokosoetono yang patungnya sering kita lihat kalau memasuki pintu gerbang FHUI Depok).

Bagi seorang notaris, FHUI pun sangat membantu munculnya para notaris baru yang mengisi kekosongan tahun 1945 karena notaris yang kebanyakan terdiri dari bangsa Belanda memilih pulang ke negaranya.Sebagaimana tulisan saya di Majalah RENVOI, Mei 2012, disebutkan Tahun 1954, perekrutan para notaris ditingkatkan lagi yaitu dengan menyelenggarakan kurus-kursus independen di UI.Dilanjutkan dengan kursus notariat dengan menempel di Fakultas Hukum, sampai tahun 1970 diadakan program studi spesialis notariat.

Oleh karena itu berbanggalah menjadi almamater FHUI. Berikan terbaik untuk FHUI. Dari Iluni FHUI untuk almamter yang kita cintai.Selamat berjuang

Leave a Comment