Kesengsem Sama Mahasiswa Asing yang Kuliah di UI? Pertimbangkan Dulu Sebelum Melangkah Lebih Jauh Ya!

Siapa di sini yang anak Sastra?

Siapa di sini yang sering ke FIB?

Siapa juga yang suka nemu bule-bule di sana?

Nah, buat kamu yang suka kesengsem sama bule-bule di UI, hati-hati aja yah. Ketika kamu memutuskan untuk berkomitmen sama mereka, ada hal-hal yang harus kamu ketahui dan terima sebagai konsekuensinya.

Jangan dipikir mentang-mentang punya pacar bule lalu bisa hidup enak hehe.

“Jadi apa aja nih, Kak, yang harus aku perhatikan?”

 

Enaknya

Enaknya pacaran sama bule. (Sumber: albumraka)
Enaknya pacaran sama bule. (Sumber: albumraka)

Katanya sih, menurut pengakuan beberapa alumni yang akhirnya menikah sama bule, katanya mereka itu romantis. Tidak seperti pria Indonesia kebanyakan, cowok bule gak akan segan-segan bilang “I love you” buat kamu di depan umum, mengirimkan bunga, menyilakan kamu duduk, ngebukain pintu buat kamu, dan pastinya candle light dinner so sweet gitu – nah yang kayak begini nggak akan kamu dapatkan kalau kamu pacaran sama bule tapi LDR-an.

Kalau kamu kepengin cowok bule yang jauh lebih romantis dari itu, cari aja yang berasal dari Spanyol atau Perancis. Asal jangan kaget aja kalau pas di kafe tiba-tiba dia bisa ke panggung dan nyanyi buat kamu. So sweet? Iya lhaa. Kok bisa begitu? Ya, karena budaya bawaan mereka memang begitu.

Karena hidup di daerah yang individualismenya tinggi, cowok-cowok bule tidak akan bersifat posesif. Mereka tidak terbiasa mengatur-atur hidup orang lain. Dalam urusan rumah tangga, mereka cukup fleksibel. Mereka nggak akan segan-segan untuk mencuci baju, memasak, dan melakukan pekerjaan rumah lainnya jika mereka sedang senggang. Bagi mereka, tanggung jawab hidup itu ada dalam diri masing-masing, apalagi jika sudah menikah. Sehingga mereka tidak mudah untung bergantung pada orang lain.

Pacaran sama bule bikin kamu kecipratan “Star Factor”. Jangankan dipacarin, bule lewat depan kelas aja diliatin terus digosipin. Gimana kalau dia lewatnya sambil gandeng kamu, pasti detik berikutnya ada yang nyeletuk,

“Eh, lihat deh, itu Sasha pacarnya si Andrew. Duuh… I banget ya mereka. Pengen kayak mereka jadinya.” Atau bisa juga nyeletuk, “Ish… itu barusan si Andrew? Bule ganteng yang kemaren masih jomblo itu? Kok itu gandeng-gandeng cewek, sih? Kesian yah. Ceweknya nggak cakep gitu.”

Well, haters gonna hate anyway.

Sekalinya mereka serius sama kamu, mereka yang akan bawa kamu ke keluarganya tanpa diduga-duga. Jika kamu sudah dikenalin sama anggota keluarga si bule, siap-siap aja deh nunggu cincin lamaran nyantol di jari manis kamu.

Nggak sedikit juga, mahasiswi UI pengin pacaran sama bule yang kuliah sambil bekerja. Atau bekerja sambil kuliah, alias ekspatriat. Jujur saja, kalau kamu lihat sekilas bule ekspat pasti kesengsem. Bagaimana tidak? Setiap hari keliatannya bisa hura-hura, ke mampus naik mobil mewah, tinggal di appartment mewah, party hampir tiap malam.

Namun, tahukah kamu? Bagi bule-bule yang satu ini, mereka hanya bisa hidup enak di Indonesia loh. Kenapa? Karena jika mereka bekerja di Indonesia, mereka akan dapat yang namanya “allowance expat” a.k.a ‘uang jajan di luar gaji’, belum lagi, semua mobil dan appartment yang mereka tinggal dan bawa kemana-mana itu pun ternyata hanya pinjaman atau bahkan dibayarin perusahaan yang menempatkan mereka di Indonesia. Bahkan, tak jarang pula kuliah mereka pun ikut dibiayai. Dan begitu mereka “pulang kampung” gaji jutaan rupiah yang mereka terima di sini dan berasa “ghuede banget” di mata kita-kita yang masih mahasiswa unyu ini, ternyata nggak segitu gedenya. Karena, gaji mereka kembali dikonversikan dari IDR ke USD atau mata uang sesuai dengan negaranya masing-masing. Jadi  ya, aslinya nggak jauh lebih kere dari kita-kita juga, kok.

 

Nggak Enaknya

Nggak enaknya pacaran sama bule. (Sumber:)
Nggak enaknya pacaran sama bule. (Sumber:Photo Credit: [RAWRZ!] via Compfight cc)
Nah, sekarang kamu harus tahu apa aja yang bikin nggak enak buat hidupmu jika kamu berkeras untuk pacaran sama bule. Berkeras hati ya maksudnya, bukan keras yang lain!

Percaya atau tidak, bule yang aslinya memang “bad boy” dan bule yang aslinya “good boy” begitu tiba di Indonesia, punya gaya hidup yang lebih bebas dari negara asalnya. Bisa jadi karena hukum dan adat di sini nggak seketat di sana. Ménage à trois!

Kebiasaan yang bebas ini seringkali membuat bule-bule ini tidak segan-segan untuk mengajak bobo-bobo lucu tiap ketemu cewek yang disukainya. Iya, tiap ketemu. Emang budayanya gitu. Jadi kalau kamu mau kenal sama dia tapi nggak mau dijadiin bahan ‘ONS’ kamu harus dengan tegas minta dia untuk bersabar. Sampai kamu benar-benar yakin untuk menjalin hubungan dengan dia. Buat dia bersabar. Kalau kata orang Perancis sih, “Patience, mère de toutes les vertus

Selain itu, karena perbedaan budaya, jangan heran kalau lagi bercanda, becandaan si cowok bule suka jayus, dan terkadang sarkas atau menyerang fisik. Niatannya emang becanda dan becandanya dia ya gitu. Jadi ya terima aja deh kalau masih sayang. Minimal pura-pura senyum gitu biar nggak bete.

Cowok bule juga terkenal dengan keras kepala yang benar-benar keras. Kalau mereka memutuskan sesuatu itu  “A” ya “A” aja. Nggak ada tuh cowok bule bisa baca kode-kode yang kamu kirimin atau nemenin galau-galauannya kamu. Kalau kamu mau sesuatu, ya tinggal bilang. Sekalinya kamu ngambek dan bilang “Ih, kamu kok nggak ngertiin aku banget sih!?” Dia akan bilang, “What the f*ck? You didn’t tell me what you want. How the hell I know?” Galakan mereka lah daripada kamu.

Mereka terbiasa untuk tidak terlalu larut dalam urusan perasaan, tapi sekalinya larut mereka juga nggak akan galau. Nggak kayak kamu yang kalau milih pakai baju buat kuliah aja galaunya bisa satu setengah jam sendiri. Cowok bule milih baju setengah detik juga kelar.

Nah, sekarang kamu tanyakan lagi deh sama diri kamu sendiri, kamu yakin mau jalanin hubungan sama bule?

Intinya sih, dalam hidup ini nggak ada yang cepat, instan, enak, dan tahan lama. Mie goreng aja yang udah instan nggak bisa tahan lebih dari setahun kok. Setiap pilihan hidup punya konsekuensinya masing-masing. Jika kamu ingin hidup enak maka hadapilah konsekuensi untuk menderita terlebih dahulu. Pun sebaliknya, jika kamu menikmati penderitaamu saat ini, niscaya nggak lama lagi hidup kamu bakal enak! Amin!

 

Yuk, jangan lupa share artikel ini di Twitter, Facebook atau LINE kamu! Agar bisa mengingatkan dan menyadarkan teman-teman kita yang lain! 😉

 

4 thoughts on “Kesengsem Sama Mahasiswa Asing yang Kuliah di UI? Pertimbangkan Dulu Sebelum Melangkah Lebih Jauh Ya!”

  1. Do you know how embarassing this article is? Sebagai anak sastra gue malu gak kira-kira baca paragraf pertama. What kind of generalization is that? Ya, memang ada orang yang masuk FIB karena, let’s say asal pilih tapi keterima dan ujung-ujungnya nyesel. But you wanna know something? By writing this piece of shit, which has been read by more than 6.000 people already, kalian itu cuma memperburuk image anak sastra yang sebenernya gak kaya gitu. My point is, sebagai kontributor/penulis (yang ngakunya sih anak UI –wow such something much intellegence–), seharusnya bisa bikin bridging yang lebih baik. Penulisan artikel ini sangat degrading sekali loh. Kalau kualitas tulisannya kaya gini tapi bawa-bawa nama UI sih mending gak usah lah. Malu-maluin doang. I’m just being honest here. Semoga bisa jadi lebih baik kedepannya.

    Reply
  2. Najiiiss!! Dasar orang kampung UI! Sok2 an punya pacar bule! Lu kok bisa keterima di sastra UI ya? Dengan tulisan norak macam gini?!!

    Reply
  3. Gw dari jurusan lain, nyasar ke artikel ini karena: muncul di sosmed, dan gw langsung penasaran apakah isinya sesampah judulnya. Ternyata: ya, Crap.

    Sebelum gw lulus, sempet baca artikel yg mendekati kaya gini (sampahnya), dan kecewa luar biasa. MALU. Tiga tahun berlalu dan gw nemu yg lebih sampah dari 3 tahun lalu. MALU!

    Mohon dengan sangat untuk menyortir terlebih dahulu artikel-artikel di website yang mengatasnamakan UI ya.. Senior-seniormu ini MALU lihat kalian!

    Reply
  4. Kawan-kawan, terima kasih atas masukannya.

    Saat editing artikel ini, kami terlewat menyadari ada bagian yang ternyata menyinggung (kami awalnya melihat itu hanya bercanda), tapi dari komentar teman-teman, ternyata bagian yang bercanda itu beneran menyinggung.

    Kami sudah merevisi artikel ini untuk menghilangkan bagian yang menyinggung itu ya.

    Demikian, mohon maaf atas kekurangan kami..

    Salam,

    Reply

Leave a Comment