Bangunan raksasa itu sebentar lagi berdiri sempurna. Konon ia akan memakan anak-anaknya yang lebih kecil dan terletak di tiap fakultas yang ada dan menyimpan seluruh warisannya di tempat yang kokoh itu.
Itulah perpustakaan baru UI yang akan menjadi perpustakaan semua fakultas yang ada di UI. Bukan pembangunannya yang salah dan bukan pula pemilihan tempatnya. Tetapi dengan dibangunnya perpustakaan baru tersebut hampir semua perpustakaan fakultas menjadi tumbal atas pembangunannya. Nah, itu baru salah!
UI saat ini memang sedang mencanangkan untuk menjadi World Class Research University. Maka dari itu nggak perlu heran jika banyak proyek-proyek yang sepertinya di mata kita itu adalah pemborosan; seperti pembangunan gedung-gedung baru, perbaikan/penambahan fasilitas, perubahan sistem dan lain lain. Semua proyek-proyek tersebut diharapkan bisa mengantarkan UI mencapai cita-citanya. Akibatnya tentu saja kampus kuning ini butuh dana lebih untuk pembangunan.
Rencananya perpustakaan UI akan menjadi world class university library (Selanjutnya disingkat dengan WCUL) sebagai salah satu penunjang pencapaian penilaian world class research university.Melihat kondisi perustakaan pusat yang sekarang memang belum memenuhi kriteria WCUL. Menurut saya tanpa adanya pembangunan perpustakaan baru ini memang sulit untuk memenuhi krtiteria WCUL yang sangat panjang jika saya jabarkan disini. Sehingga jika ditinjau kembali dalam memenuhi kriteria world class research university kita memang membutuhkan sebuah perpustakaan dengan kriteria yang sesuai dengan WCUL dan itu bisa diwujudkan dengan pembangunan perpustakaan baru.
Selain demi terpenuhinya WCUL. Perpustakaan tersebut juga diharapakan menjadi perbaikan citra perpustakaan Indonesia di mata dunia. Karena memang perpustakaan di negara ini kurang begitu mendapat perhatian dari pemerintah kita. Maka dari itu pemerintah ingin memperbaiki citra dengan mendukung pembangunan perpustakaan UI yang turut memperbaiki citra pemerintah.
Namun ada 2 imbas yang sangat disayangkan.
Pertama, dengan pembangunan perpustakaan baru menyebabkan perubahan sistem dari sentralisasi-desentralisasi perpustakaan menjadi sentralisasi perustakaan. Kebijakan sentralisasi diambil karena dengan pemusatan koleksi 12 perpustakaan fakultas akan membuat perpustakaan baru in memiliki koleksi perpustakaan yang luar biasa banyaknya. Konon katanya dengan sentralisasi perpustakaan, akan ada lebih dari 5 juta koleksi perpustakaan akan tersedia disini (bagus untuk pencitraan). Selain itu penataan ICT di perustakaan jadi lebih mudah karena tidak tersebar di tiap-tiap fakultas.
Namun dengan sistem sentralisasi, mahasiswa menjadi kehilangan perpustakaan di fakultasnya sendiri. Bagaimana bisa mahasiswa dijauhkan dari perpustakaan? Yang paling parah terutama dua fakultas yang tersebar di Salemba. Masa iya karena perpustakaan disana ditutup harus jauh-jauh ke Depok untuk ke perpustakaan?
Akhirnya mereka mengantisipasi hal tersebut dengan mengubah perpustakaan menjadi resource center (lupa namanya). Hal ini menjadi sebuah ironi besar, karena melihat bahwa orientasi pihak pengelola Universitas lebih mengutamakan peringkat dunia dan pencitraan dibandingkan dengan kebermanfaatannya untuk mahasiswa belajar.
Kedua adalah pemborosan, pembangunan gedung baru tersebut menelan biaya yang sangat banyak dan terlalu berlebihan menurut saya. Dari berita lama di okezone, pembangunan perpustakaan tersebut menelan biaya sebesar 110 miliar, dana tersebut merupakan hibah dari BNI sebesar 32 miliar dan dana pendidikan dari negara sebesar 72 miliar. Dan yang bikin saya geleng-geleng kepala, di dalam perpustakaan tersebut konon katanya akan dibangun Cineplex dan fitness centre yang tidak termasuk bagian dari penilaian WCUL.
Saya memang setuju dengan ide-ide revolusioner bahwa perpustakaan tidak hanya menjadi sarana belajar, namun juga sebagai pusat aktifitas masyarakat dan entertainment. Tetapi kita mesti lihat lagi bagaimana kondisi ekonomi warga UI. Masih banyak mahasiswa yang kurang mampu dan kesejahteraan karyawan dan dosen masih belum cukup baik.
Maka dari itu sebetulnya tidak perlu dibuat perpustakaan yang terlalu mewah namun dari segi kebermanfaatannya kurang. Andai saja dana tersebut diberikan lebih untuk meringankan BOPB mahasiswa . waw, bisa-bisa kita kuliah gratis.Sebetulnya UI bisa saja berhemat dengan cara merenovasi atau mendesign ulang perpustakaan pusat yang ada saat ini untuk menjadi perpustakaan yang sesuai dengan WCUL dan perbaikan perpustakaan-perpustakaan fakultas walau sepertinya saran ini sudah terlambat.
Mulai semester depan, kita tidak akan menemukan pepustakaan di fakultas kita masing-masing. Kini di fakultas saya (FIB), koleksi-koleksi perustakaan sudah mulai di pak untuk dikirim ke perpustakaan baru. Saya berharap ada sebuah solusi untuk mempermudah mahasiswa untuk meminjam koleksi perpustakaan tanpa harus jauh-jauh ke perpustakaan pusat, seperti misalnya layanan book drop box untuk mengembalikan buku dan delivery services point untuk peminjaman buku di tiap fakultas (udah kaya mesen pizza) :D.
Sekarang semuanya sudah terlanjur, mari kita berdoa saja dengan pembangunan perpustakaan universitas yang berkelas dunia tersebut diharapkan peringkat UI di tingkat internasional akan “bergeser” sesuai kata Bapak Rektor kita di Metro TV tentang klarifikasinya mengenai peringkat UI yang menurun versi Times Higher Education; “Peringkat UI tidak menurun, tetapi hanya bergeser” hehehe…. bisa aja si bapak
Jadi, sudah siapkah perpustakaan fakultasmu ditutup?
tulisan ini capat dibaca di blog pribadi penulis disini
Ane kuliah di FISIP jurusan HI. Di FISIP, selain ada perpustakaan fakultas (yang bernama Miriam Budiarjo Research Center–> buku-bukunya dipindahin ke pusat sebentar lagi) juga ada perpustakaan-perpustakaan milik jurusan (HI, Politik, dll) walaupun nggak semua jurusan punya. Nah, dengan adanya sentralisasi untuk *uhuk* World Class Research University ini, bahkan perpustakaan jurusan HI (UPDHI) juga harus dipindahkan isinya ke perpustakaan baru itu. Padahal buku-bukunya 90% sumbangan dari dosen, alumni, mahasiswa, atau lembaga yang bekerjasama dengan jurusan langsung, bukan dengan fakultas apalagi pihak ‘pusat’ UI. Sedih dan sebel? Jelas. Apalagi bisa dibilang perpustakaan jurusan ini mandiri dari campur tangan pihak perpus pusat UI 🙁
Semoga ketidakadilan dan kezaliman ini ada balasannya. #berlebihan
Terima kasih
wah, jurusan gw juga punya perpus departemen kok, tapi kata penjaga perpusnya, ga dipindah, jadi yg dipindah cuma perpus fakultas aja..
kalo perpus departemen dipindah juga mah, nyusahin banget!
Nah itu dia, ini kan harusnya perpus departemen nggak dipindah. Tapi entah mengapa pengurus perpus departemen HI dapet surat tugas yang intinya harus mindahin buku2 ke Perpus Pusat 🙁
klo seluruh koleksi buku perpustakaan digabung ke perpus pusat itu repot banget klo mau minjem, lagian nature peminjaman tiap fakultas juga beda”, klo semua koleksi dipaksa untuk disatukan ke perpus pusat selain aksesnya cukup jauh kemungkinan bikun lewat kesitu juga dirasa kurang kurang memungkinkan .
klo pembangunan sekedar proyek mercusuar yah kurang berguna juga sekarang ( ngga tau di masa depan ) tapi yah klo mau naik rangkingnya kenapa ngga mutu kuliah yang dinaikkan melalui peningkatan quality human capitalnya saja karena human capital depresiasinya tidak sebesar gedung dan juga mempunyai multiplier efek yang lebih besar
Kalau mau jadi world class research university ya, UI sharusnya lebih memperhatikan riset, misal memperbesar dana program hibah riset atau membangun infrastruktur riset..
Terbesar bukan berarti terlengkap. Udah jaman digital masi aja mentingin ukuran.. ckckck
Lagipula memangnya infrastruktur menjadi poin penilaian dalam WCU? kalo dicari di website yg versi QS sih ngga tuh.. (http://www.topuniversities.com/university-rankings/world-university-rankings)
Memang cuma sekedar proyek pencitraan saja. Cih.
Saya sendiri lebih suka perpustakaan pusat daripada perpustakaan di kampus saya (FE), selain meminjamnya mudah, jangka waktunya panjang (2 minggu, kalau di FE cuma 1 hari), dendanya murah (Rp.500, kalau di FE 2000 per hari) sistemnya pun sudah sedemikian canggih sehingga kita bisa memperpanjang lewat telepon, gak perlu datang ke perpusnya.
Sayang buku di perpus pusat itu (super) basi. Misalnya di FE sudha keluar edisi 12, di perpus pusat cuma ada edisi 9. Saya maklum karena edisi baru pasti diserahkan ke fakultas masing2 sebelum ke pusat tapi itu tentu merugikan teman2 dari fakultas selain FE karena harus repot2 datang ke FE jika ingin membaca edisi baru. (begitu pula saya harus lelah2 ke fakultas lain untuk cari buku) Karenanya menurut saya sistem sentralisasi akan jauh lebih menguntungkan dan efesien bagi semua pihak.
Selain itu jangan liat harganya, itu kan bangunan, investasi jangka panjang, jadi maklum kalau mahal. Selain secara psikologis itu juga positif karena akan meningkatkan kebanggaan kita sebagai mahasiswa UI dan Indonesia. jangan kayak orang yg gak punya duit lah, mikirnya jangka pendek aja.
Ah emang iya?
—
Tetapi dengan dibangunnya perpustakaan baru tersebut hampir semua perpustakaan fakultas menjadi tumbal atas pembangunannya
—
Pernyataan di atas sudah dikonfirmasi belum? Ada referensi terpercayakah siapa yang menyebutkannya? Jangan-jangan hanya berita dari mulut ke mulut :LOL:
beneran kok, coba cek perpustakaan masing-masing fakultas. Terutama FIB sudah mulai di pak-pakin buku2nya. menurut kata pustakawan FIB 1 April perustakaan FIB ditutup.
bukan isapan jempol belaka, sudah ada SK rektornya juga
Oh begitu. Hm, begini, saya dulu pernah mendapat teguran dari salah satu petugas perpustakaan Fasilkom UI. Katanya saya disuruh untuk mengisi daftar hadir setiap kali masuk perpustakaan Fasilkom UI. Bahkan diingatkan berkali-kali kepada pengunjung yang lain untuk mengisi. Biasa, mahasiswa Fasilkom sendiri memang banyak juga yang cuma masuk tanpa mengisi daftar hadir.
Katanya,
Daftar hadir tersebut dievaluasi secara berkala, yang mana jika statistik perpustakaan dinilai kurang, maka sebaiknya dipindah.
Nah sebenernya statsistik perpustakaan Fasilkom itu rame terus (nggak tahu sih leptopan aja atau baca abuku beneran) cuman pengunjungnya saja yang alpa, begitu.
So, apakah perpustakaan FIB memiliki alasan yang sama dengan perpustakaan Fasilkom?
Anyway, saya akan coba konfirm lagi ke pihak pengurus perpustakaan Fasilkom mengenai kepindahan perpustakaan. 😉
Jujur saya ga setuju kalo perpus fakultas terutama perpus FIB ditutup secara subjektif. Karena perpus FIB sudah sangat nyaman untuk semua anak FIB sebagai fasilitas belajar kelompok bersama atau fasilitas belajar pribadi sambil menunggu mata kuliah dimulai kalo kepagian. hehe. kalo perpus FIB ditutup ga ada tempat yang nyaman lagi dong? Ga mungkin kan kalo ke kansas? asap rokonya aja udah bikin ga betah. –_________–
yah perpus MIPA juga lagi Packing tuh…. yah untungnya jarak MIPA perpus pusat baru gak jauh-jauh amat
Hahaha …. terima kasih buat penulisnya, padahal masih banyak lagi permasalahan terkait adanya perpus baru itu … Good review …
Pak Gum… Ehem…
ehem juga…. hahaha
Jujur saja saya bukan termasuk orang yang sering ke perpus, tetapi sangat disayangkan apabila koleksi2 perpus fakultas juga di “kirim” ke perpus pusat,
pertama, pasti akan menyulitkan teman2 saya yang memang anak perpus, yang biasa menghabiskan waktunya di perpustakaan, mereka akan susah2 ke perpus pusat, padahal sejatinya manusia mengingkan hal2 yang mudah dia lakukan tapi dapat hasil/manfaat yang banyak bagi dirinya
kedua, yah buat orang2 seperti saya (kalau ada), mungkin akan membuat kami semakin “terjauhkan” dari pepustakaan.
kita tau apa maunya bapak rektor, hanya saja mungkin bapak rektor tidak tahu maunya kita (mahasiswa)
salam, 🙂 Mujahid/Matematika 2010
Yah, nasi sudah menjadi bubur. Perpustakaan sudah dibangun. Mau berteriak seperti apa juga tidak akan ada pengaruhnya. Tinggal bagaimana mahasiswa mengkritisi penggunaan perpus nantinya.
Dari pengelola perpus pusat, salah satu fungsi perpustakaan disatukan adalah untuk mempertemukan mahasiswa dari satu kampus dengna kampus yang lain. Karena selama ini mahasiswa antar kampus jarang saling mengenal dan duduk bersama. Mungkin ini bisa menjadi poin positif.
Kemudian ada sistem peminjaman yang canggih, dimana kita bisa menelfon untuk meminjam buku dan keesokan harinya kita bisa mengambilnya. Perpus katanya juga akan dibuka 24 jam untuk memudahkan bagi mahasiswa S3.
Ini adalah salah satu informasi yang didapat oleh beberapa mahasiswa FISIP saat mewawancarai pihak pengelola perpus pusat.
Regards
oh iya buat temen2 yang mau wisuda dan butuh sewa mobil bisa ke link dibawah ini
Rental Mobil Jakarta