Kontroversial Pembangunan Perpustakaan Pusat Baru

Perpustakaan pusat baru yang direncanakan akan selesai dibangun akhir 2009 ini dihitung akan menghabiskan dana sebesar 110 milyar. Sebesar 77 milyar dari dana tersebut didapatkan dari pemerintah, sedangkan sisanya diperoleh dari industri, donasi, dan sumber pendapatan lainnya.

Rencananya, perpustakaan yang akan dibangun dengan megah setinggi delapan lantai itu mampu menampung 3 – 5 juta judul buku dengan dilengkapi berbagai fasilitas, seperti sistem ICT mutakhir yang memungkinkan pengunjung leluasa mengakses e-book, e-journal, dan lainnya, ruang baca, silent room, ruang multimedia, dan berbagai ruang lainnya. Bahkan dikabarkan perpustakaan tersebut akan menjadi perpustakaan terbesar di dunia.

Melihat banyaknya dana yang dihabiskan untuk pembangunan perpustakaan canggih yang menuai banyak kontroversi tersebut, muncul pertanyaan – pertanyaan di benak para mahasiswa yakni sejauh apakah urgensi pembangunan perpustakaan pusat baru sementara UI telah memiliki perpustakaan pusat dan perpustakaan – perpustakaan fakultas ? Tidakkah hal tersebut merupakan pemborosan ?

Bukankah akan lebih bijak jika dana sebesar 110 miliar tersebut dialokasikan untuk menambah anggaran renovasi gedung di beberapa fakultas, subsidi bagi mahasiswa kurang mampu, menambah koleksi buku – buku di perpustakaan – perpustakaan yang sudah ada serta memperbaiki fasilitas – fasilitas yang telah tersedia di sana? Meskipun nantinya perpustakaan tersebut akan lebih membawa nama UI di tingkat internasional dan semakin memuluskan jalan bagi UI dalam mewujudkan visinya menjadi World Class University, namun tetap saja dengan kondisi Indonesia yang sedang dilanda banyak bencana seperti saat ini rasanya pembangunan semahal itu patut dikritisi terlebih sebagian besar dana yang digunakan  diperoleh dari pemerintah.

Lantas, bagaimana tanggapan Anda sebagai kandidat pemira IKM UI terhadap pembangunan perpustakaan pusat baru yang kontroversial tersebut ? Adakah ide lain yang bisa Anda tawarkan terkait visi UI menjadi World Class University tanpa harus membuang dana hingga ratusan miliar rupiah?

21 thoughts on “Kontroversial Pembangunan Perpustakaan Pusat Baru”

  1. yoi,gw pertamax

    yg penting hasilnya nanti bisa berguna untuk lingkungan UI maupun masyarakat kebanyakan.
    sikapi aja secara positif.ok

    Reply
  2. Tulisan di atas merupakan bagian dari rangkaian diskusi online yang diselenggarakan oleh divisi kampanye panitia pemira UI 2009.

    Tulisan diatas wajib ditanggapi oleh semua kandidat dengan format:
    Nama/NPM/Kandidat dari (BEM/ DPM/ MWA)/ Jurusan/angkatan.

    Bagi siapapun yang ingin menanggapi (selain kandidat) harap mencantumkan nama, NPM, jurusan dan angkatan.

    FORUM DISKUSI ONLINE INI TERBUKA UNTUK UMUM DAN BERTUJUAN UNTUK MENGEKSPLORASI WAWASAN DAN KEPEKAAN PARA KANDIDAT TERHADAP ISU – ISU YANG TENGAH BERKEMBANG. OLEH KARENA ITU, HARAP DIGUNAKAN SEBAGAIMANA MESTINYA.

    Reply
  3. M. Try Sutrisno Gaus/ 0606067502/ kandidat Calon Wakil Ketua BEM UI nomer urut2/ matematika/ 2006.

    Jika kita melihat pewujudan UI sebagai universitas dengan taraf world class university dengan parameternya berupa prestasi-prestasi mahasiswa civitas akademika dibidang keilmuan, maka seharusnya masih banyak yang lebih penting untuk diperbaiki dan dikembangkan. Masih banyak yang dapat menunjang prestasi mahasiswa tersebut selain dengan membangun gedung baru dengan mengeluarkan dana lebih dari 100 miliar tersebut..

    Ketika dana tersebut di buat untuk membuat gedung perpustakaan baru, sedangkan kita masih mempunyai gedung perpustakaan pusat dan perpustakaan fakultas yang masih layak, maka pengalokasian dana dan keputusan untuk membangun gedung perpustakaan tersebut saya nilai merupakan keputusan yang kurang tepat. Ada 3 hal yang menurut saya masih lebih perlu diprioritaskan untuk didukung secara pendanaannya dalam hal mewujudkan UI sebagai world class university.

    Pertama, masih banyak buku-buku keilmuan UI yang masih sangat terbatas, dan bahkan diperpustakaan fakultas masih sangat banyak adanya buku-buku hasil fotokopian, bukan buku asli, yang dijadikan inventaris perpustakaan tersebut. Banyak dari mahasiswa yang masih mengeluhkan terbatasnya dan kurang up-date nya referensi buku yang ada di perpustakaan tersebut. Dana tersebut akan lebih efektif jika akhirnya dialokasikan dalam peningkatan inventaris buku diperpustakaan.

    Selain itu, masih ada masalah yang lebih penting lagi, yaitu jumlah langganan jurnal UI yang masih sangat terbatas. Jurnal-jurnal yang dapat di akses oleh mahasiswa tidak banyak. Hal ini sangat menghambat mahasiswa dalam meng-update jurnal-jurnal terbaru. 110 miliar bukanlah nilai yang sedikit dan dapat sangat bermanfaat jika dapat dialokasikan untuk menambah jumlah langganan jurnal yang nantinya dapat diakses oleh mahasiswa UI itu sendiri untuk kepentingannya di bidang keilmuan. Hal ini sangat membantu civitas akademika di UI dalam hal penelitian dan pembelajaran untuk meningkatkan prestasi UI menjadi universitas dengan standar world class university.

    Selanjutnya, masalah fasilitas dalam kegiatan perkuliahan pun sangat terbatas. Di MIPA, begitu banyaknya fasilitas-fasilitas yang sudah terhitung tua. Fasilitas tersebut pun sebenarnya masih kurang dalam menunjang kegiatan perkuliahan. Bahkan di fakultas teknik, ada salah satu departemen yang memiliki semua fasilitasnya yang berusia sejak tahun 80-an kecuali sebuah alat yang baru berusia kurang dari 5 tahun. Itupun diperoleh dari penggalangan dana yang dilakukan sendiri oleh ketua departemen yang bersangkutan yang didukung oleh pihak-pihak alumni.

    Tiga point di atas, menurut saya masih jauh lebih urgent dibandingkan dengan pengalokasian dana untuk pendirian sebuah gedung baru untuk pendirian perpustakaan pusat. Karena untuk pengadaan fasilitas baru seperti sistem ICT mutakhir yang memungkinkan pengunjung leluasa mengakses e-book, e-journal, dan lainnya, ruang baca, silent room, ruang multimedia, dan berbagai ruang lainnya dapat dilakukan dengan melengkapinya di gedung perpustakaan pusat yang lama.

    Jika memang targetnya adalah untuk meningkatkan UI menjadi universitas dengan standar world class university, tentunya menurut saya 3 poin di atas jauh lebih penting untuk diprioritaskan. Namun pertanyaannya, seberapa fokuskah UI untuk menjadi world class university jika dana-dana dalam hal mendukung penelitian saja masih sangat minim (hasil diskusi dengan tim robot UI, mahasiswa dan dosen) ? atau UI hanya menjadikan world class university hanyalah sebuah nama yang sering digaung-gaungkan dan pendirian gedung perpustakaan pusat yang baru sebagai batu loncatan yang hanya untuk meningkatkan image UI dimata public sebagai kampus yang bagus, tidak kalah dengan kampus lainnya?

    Reply
  4. Gilang Ramadhan/0606071462/Kandidat DPM/Geografi/2006

    Ada dua hal yang perlu disimak dalam hal membangun, harus bertujuan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat dan sesuai dengan aspirasi masyarakat. Dalam konteks kampus, pembangunan berarti harus bermanfaat bagi seluruh warga kampus dan sesuai dengan aspirasi warga kampus. Pertanyaannya adalah apakah perpustakaan yang sedang dibangun itu nantinya bisa bermanfaat sebesar-besarnya bagi warga kampus?jawabannya ya. karena perpustakaan pasti bermanfaat apalagi kelas internasional. poin kedua apakah pemabagunannya sesuai dengan aspirasi warga UI yang sangat membutuhkan perpustakaan itu. Padahal banyak perpustakaan departemen, fakultas bahkan perpustakaan pusat yang sampai saat ini masih bisa melayani kebutuhan warga UI. Lalu bagaimana nasib perpustakaan yang lain itu. Bukankah ini pemborosannya jadinya. Bahkan terlihat seperti ‘mercusuar’. Bentuknya memang indah, tetapi apakah memang sesuai dengan kebutuhan warga UI yang mendesak.
    Dari segi tata ruang, pembangunan perpustakaan itu menghilangkan sejumlah ruang terbuka hijau. Padahal Depok yang UI menjadi bagiannya sedang berusaha memenuhi kebutuhan ruang terbuka hijau sebesar 30 % dan Ui menjadi harapan terbesar. Tapi karena ada pengurangan akan semakin susah mewujudkan kebutuhan 30 % ruang terbuka hijau. Lalu pembangunan perpustakaan yang berada di sebelah badan air(Danau Kenanga) harusnya memang berfungsi sebagai ruang terbuka hijau. Yaitu, untuk fungsi penyerapan air. Lalu bagaimana nasib ruang terbuka hijau di UI yang katanya ingin menjadi kampus ramah lingkungan.

    Reply
  5. Syarifah Hasna, 0806326960, Kimia 2008

    daripada bikin perpus pusat baru, mendingan benerin alat2 lab.. Jujur aja, lab gedung kimia safetynya sangat minim, alat2 terbatas sehingga harus mengantri saat praktikum (contoh: alat sentrifugasi dan alat penghisap corong Buchner)
    World class univ ga cuma dinilai dari TAMPANG doank kan? Tampang luar doank dibagusin, dalemnya bobrok.. Dosen gw bnyk yg minta dana buat beli keperluan lab tapi ga dikasih.. Dana habis buat mempercantik tampang luar kali..

    Reply
  6. Rizki Mandala Putra/ 0706272206/ kandidat Calon Anggota Independent DPM UI dari Fasilkom/ Ilmu Komputer/ 2007.

    Sedikit menambahkan dari saudara gilang mengenai apakah pemabagunannya sesuai dengan aspirasi warga UI yang sangat membutuhkan perpustakaan itu, menurut saya untuk saat ini mahasiswa belum terlalu membutuhkan perpustakaan tersebut, Rektorat juga harus memikirkan tentang bagaimana perpustakaan fakultas yang ada sekarang, apakah akan dihilangkan ataukah tetap ada,
    dua hal itu ada masalah masing-masing, apabila benar-benar dihilangkan berarti tidak ada lagi perpustakaan di fakultas, pertanyaannya adalah apakah mahasiswa benar-benar mau mendatangi perpustakaan pusat sedangkan pada saat ini untuk ke perpustakaan kampus saja susah?
    apabila tetap ada, apa yang ada di perpustakaan tersebut?. Mungkin untuk menghentikan proyek tersebut tidaklah mungkin karena proyek telah berjalan, yang harus sekarang kita lakukan adalah bagaimana mencari yang terbaik dari hal yang telah terjadi.

    Reply
  7. Khairun Nisa/0606093091/kandidat Anggota Independen DPM UI/Psikologi/2006

    saya sepakat bahwa dengan dibangunnya perpustakaan pusat UI yang baru, akan ada banyak kebermanfaatan yang bisa kita dapatkan. tapi lagi-lagi ini masalah prioritas. rasanya cukup miris ketika mengetahui bahwa beberapa fakultas di UI masih minim dalam hal fasilitas perkuliahan yang sifatnya bisa jadi lebih penting dan mendesak dari pada pembangunan perpustakaan pusat UI saat ini. namun, karena saat ini pembangunan-nya pun sudah dijalankan, saya berharap pembangunan fasilitas yang luar biasa ini juga bisa diimbangi dengan program-program lainnya yang bisa membangkitkan motivasi civitas akademika UI untuk bisa lebih produktif dalam berkarya.

    Reply
  8. Septi_0806334432_FIK08

    Sebagian besar, saya memeang setuju dengan para kandidat, tapi apakah kakak2 kandidat pernah diskusi dengan teman-teman kita yang benar2 mempelajari tentang perpustakaan (JIP FIB). saya mengajak teman2 dari JIP untuk bersuara tentang pentingnya perpustakaan dalam akselerasi SDM suatu lembaga pendidikan. Kalau guru Madrasah Ibtida’iyah (setingkat SD) saya dulu, peningkatan kemampuan kami(murid2nya) dalam akademik sangat bergantung pada perpustakaannya yang memang saat itu baru di bangun dan koleksi buku sekolah kami bertambah banyak. dan tahun saya memang tahun meningkatnya prestasi2 kami. Bagaimana menurut Anda??mohon dijawab

    Reply
  9. Khaula Karima/0806340744/kandidat Anggota Independen DPM UI/Gizi

    Jika kita melihat dari perspektif UI yang ingin menuju world class campus, perpustakaan ini cukup mampu menarik perhatian dunia dengan kemegahannya, Namun sayangnya masih banyak fasilitas lainnya yang belum dan harus diperhatikan kondisinya karena terbilang memprihatinkan, seperti kondisi laboratorium di beberapa fakultas.
    Jika ditinjau dari pemanfaatan yang akan didapat, tentu perpustakaan ini sangat menunjang keilmuan mahasiswa, namun pertanyaannya apakah harus dibuat semegah itu dengan biaya yang begitu fantastis? Sebenarnya tidak juga. Kita dapat meninjau proyek ini dari segi aksesibilitas, efisiensi, dan kualitas. Ketiga hal tersebut tidak dapat dipisahkan dan harus seimbang. Adanya perpustakaan tersebut tentu akan mempermudah mahasiswa untuk mengakses informasi dari berbagai buku dan jurnal. Selain itu, dengan teknologi berkelas internasional yang akan diterapkan di perpustakaan tersebut tentu kualitasnya akan jauh lebih baik dibandingkan dengan perpustakaan yang ada sekarang. Namun pembangunan tersebut tidak cukup efisien, mengingat dana yang dihabiskan mencapai angka 100 miliar rupiah, dan belum tentu perpustakaan semegah itu dibutuhkan oleh civitas akademika UI.
    Jadi, terdapat satu hal yang direduksi saat konsep pembangunan ini dilakukan, hal tersebut adalah efisiensi dari pemanfaatan biaya yang ada untuk membangun bagunan yang begitu megahnya ditengah fasilitas lain di UI yang masih membutuhkan perhatian yang cukup besar.

    Reply
  10. Secara umum, saya sepakat dengan komentar dan analisa yang telah dipaparkan oleh rekan-rekan kandidat lainnya.
    Kemudian, bahwa mahasiswa membutuhkan perpustakaan dengan fasilitas terbaik adalah benar. Tentu tidak akan ada yang menolak jika di universitasnya dibangun sebuah perpustakaan dengan koleksi buku dan jurnal yang lengkap, sarana dan prasana bertaraf internasional yang menunjang kenyamanan mahasiswa agar bisa berlama-lama di perpustakaan. Dan hal ini sangat diperlukan dalam meningkatkan prestasi akademis mahasiswa.
    Namun, yang kemudian menjadi pertanyaan adalah apakah kebutuhan tersebut lebih utama untuk dipenuhi saat ini, dibandingkan dengan kebutuhan-kebutuhan lain yang saya rasa lebih mendesak untuk dicukupi. Yaitu kebutuhan-kebutuhan seperti apa yang telah dipaparkan oleh rekan-rekan kandidat lain. Terlebih lagi, kita masih memiliki bangunan perpustakaan pusat lama dan perpustakaan di setiap fakultas yang fungsinya belum dapat dioptimalkan karena fasilitas dan koleksi bukunya yang belum bisa memenuhi kebutuhan para mahasiswanya. Dimana, menurut saya, hal yang bijak yang seharusnya dilakukan sesaat sebelum pembangunan perpustakaan baru ini adalah mengalokasikan dana pembangunannya untuk melengkapi kekurangan-kekurangan perpustakaan lama tersebut. jadi temanya adalah melengkapi bukan membangun yang baru.
    Mengapa sesaat sebelum pembangunan? Karena faktanya proyek pembangunan perpustakaan ini telah dimulai dan dana yang telah dihabiskan juga tak sedikit.
    Kemudian pembangunan perpustakaan baru bertaraf internasional yang konon tujuannya adalah demi menunjang visi besar UI sebagai world class university, saya lihat malah sebagai proyek yang lebih mengejar prestise di mata dunia dari segi tampilannya belaka, yang konon akan menjadi perpustakaan terbesar se-Asia Tenggara, daripada tujuan awal, yaitu peningkatan prestasi akademis mahasiswanya.
    Akan tetapi, saya katakan bahwa proyek pembangunan perpustakaan baru ni sedang berjalan sehingga tak perlulah lagi kita mengenang alokasi dana yang tdk tpat sasaran.

    Reply
  11. Wenni Haristia/0606101023/Kanidat Anggota Independen DPM UI/FKM/2006

    Yang sekarang bisa kita lakukan adalah, mengawasi dan menjaga komitmen pihak kampus untuk mengoptimalkan fungsi perpustakaan baru tersebut guna mencapai tujuan utamanya, yaitu peningkatan prestasi akademis mahasiswa.

    Maka kemudian, hal yang harus menjadi perhatian adalah aksesibilitas perpustakaan baru tersebut. Melihat evaluasi dari perputakaan pusat lama, saya rasa perpustakaan baru ini sangat potensial untuk bernasib sama dengan perpustakaan pusat lama. Dimana, letaknya yang tidak dilewati oleh jalur bikun mengakibatkan banyak mahasiswa yang enggan pergi kesana, kecuali bila terdesak. Kemudian, letaknya yang juga jauh dari pusat kediaman mahasiswa (asrama dan kos-kosan), membatasi mahasiswa, yang hanya dapat mengunjungi perpustakaan selepas jam kuliah yang padat, untuk dapat berlama-lama disana.

    Yang terakhir dan utama yang bsa kita lakukan adalahmengoptimalkan fungsi perpustakaan baru tersebut dengan optimal. Yaitu dengan menggunakannya secara intensif demi menunjang prestasi akademis kita sebagai mahasiswa. Karena bagaimanapun juga perpustakaan pusat ini merupakan hak kita menyangkut fasilitas pendidikan yang memang menjadi kewajiban universitas untuk memenuhinya.

    Reply
  12. Melati Azizka/0706262520/kandidat DPM UI/FMIPA_Fisika_2007.

    saya sendiri sepakat dengan komentar dan analisa yang telah dipaparkan oleh rekan-rekan kandidat lainnya, karena memang sudah banyak sekali penjabaran yang diberikan.
    pembangunan perpus dalam rangka perbaikan sarana-prasarana UI yang ingin menuju world class campus ternyata tidak dibarengi dengan fasilitas beberapa fakultas yang mungkin sudah tidak layak pakai.
    pembangunan perpus yang cukup mengurangi lahan hijau di UI.(ditambah pembukaan lahan untuk pembuatan jalan di dpan BNI).
    namun ternyata pembangunan telah berlangsung,sekarang tinggal bagaimana pihak kampus merealisasikan tindakan nyata agar perpus baru dapat benar-benar menunjang peningkatan prestasi akademik mahasiswa dan kita sebagai mahasiswa dapat dengan bijak memanfaatkan fasilitas (perpus baru) ini.sehingga uang 100M lebih tersebut tidak mubadzir.

    Reply
  13. Choky Risda Ramadhan/0606079061/kandidat Wakil Ketua BEM UI nomor urut 1/Ilmu Hukum/2006

    Ketika kita dihadapkan suatu visi menuju word class University,maka peningkatan SDM serta sarana dan prasarana sangat diperlukan. Namun strategi dan cara-cara untuk peningkatan tersebut harus disesuaikan dengan keadaan atau realita yang ada.

    Saya sepakat dengan pendapat teman-teman kandidat sebelumnya, yang menyatakan urgensi pembangunan perpustakaan untuk saat ini belumlah mendesak. Hal ini dikarenakan buku-buku serta bahan-bahan perkuliahan terasa lebih lengkap di perpustakaan fakultas masing-masing yang sesuai dengan kebutuhan fakultas itu sendiri.

    Satu hal yang menjadi sorotan saya, pembangunan infrastruktur di UI untuk mewujudkan UI World Clas University kurang terencana secara matang dan teratur. Pembangunan terkesan terburu-buru untuk mewujudkan dalam waktu cepat. Contoh, sebelum dibangun Perpustakaan Pusat, di area sekitarnya dibangun lapangan parkir dan kemudian di rombak kembali untuk membuat perpustakaan. Nyatanya, lapangan parkir tersebut sekarang tidak dapat digunakan, menurut saya ini merupakan pemborosan. Tidak adanya efektifitas dan efisiensi pembangunan infrastruktur dengan mengambil contoh itu.

    Sebagai contoh lagi, di masing-masing fakultas telah melakukan renovasi perpustakaan dan penambahan jumlah buku. MBRC di fakultas FISIP yang telah direnovasi menjadi sangat baik sarana dan prasarananya, termasuk buku-bukunya.
    Ketika Perpustakaan Pusat dibangun dan mengintegrasi perpustakaan fakultas, maka pembangunan/renovasi perpustakaan fakultas menjadi terasa-sia-sia.

    UI menuju world class University memang perlu kita dukung, akan tetapi perlu kita kritisi dan awasi pembangunan apa yang diperlukan untuk dilakukan. Urgensi pembangunan harus disesuaikan dengan kondisi dan realita, jangan sampai hanya mengejar target tanpa mempertimbangkan perencanaan yang matang dan terukur.

    Reply
  14. Imaduddin Abdullah/0606097045/Kandidat Ketua BEM UI/Fisip_Ilmu Hubungan Internasional_2006

    Perpustakaan Pusat yang sedang dibangun saat ini, menjadi sebuah kontroversi karena pembangunannya “terkesan” dipaksakan sementara UI memerlukan dana untuk membiayai operasional penyelenggaraan pendidikan. Pembangun perpustakaan pusat yang menghabiskan 110 miliar tentunya sangat ironis dengan kondisi UI baik dalam konteks mahasiswanya maupun dalam konteks fasilitas ui lainnya. Dalam konteks mahasiswanya, dana sebesar 110 miliar menjadi sebuah angka yang sangat besar untuk sebuah kebermanfaatan bagi mahasiswa-mahasiswa yang tidak mampu. Dengan dana sebesar itu, maka seharusnya UI dapat membiayai kuliah mahasiswa dengan jumlah yang sangat besar. Angka sebesar tersebut tentunya juga menjadi angka yang besar untuk membangun infrastruktur UI di kampus-kampus yang masih perlu renovasi seperti Kampus Cikini, dan beberapa fakultas yang masih memerlukan renovasi. Oleh sebab itu, maka kita perlu menggugat bahwa pembangunan perpustakaan pusat tersebut belumlah urgent untuk dilaksanakan. Apalagi dengan kondisi perpustakaan fakultas dan pusat lama yang masih baik untuk digunakan.
    Lalu argumentasi yang sering digunakan untuk mendukung pembangunan perpustakaan pusat tersebut adalah adanya sebuah sinergisitas dengan proyek UI menjadi World Class Research University (WCRU). Lalu pertanyaan yang muncul berikutnya adalah apakah dengan dibangunnya perpustakaan yang super megah tersebut sejalan dengan cita-cita UI menjadi WCRU? Jawabannnya saya pastikan tidak. Dalam upaya untuk menjadi World Class Riset Univesity, maka UI harus memiliki pondasi dalam bentuk “fasilitas-fasilitas” menuju cita-cita besar tersebut. Pertanyaan selanjutnya adalah apa yang dimaksud dengan “fasilitas” tersebut. Selama ini, kita terjebak pada definisi fasilitas dalam definisi infrastruktur secara bangunan atau hal-hal yang dapat dilihat oleh kasat mata. Buku, perpustakaan, fasilitas internet, dan lain-lain. Padahal, “fasilitas” yang diperlukan dalam mendorong UI sebagai WCRU tidak hanya sebatas diandalkan pada tataran fasilitas infrastruktur saja. Tetapi lebih dari itu, harus adanya “fasilitas” aktulisasi kemampuan ilmiah dari mahasiswanya dalam upaya menstimulus peningkatan riset di UI. Walaupun terdapat fasilitas internet, buku, dan perpustakaan yang besar, namun jika tidak ada fasilitasi terhadap pengembangan riset mahasiswa UI, maka hal-hal infrastruktur yang besar hanya akan menjadi sia-sia. Dalam konteks tersebutlah BEM UI sebagai lembaga kemahasiswaan di tingkat UI memiliki kewajiban yang besar dalam memfasilitasi pengembangan kemampuan riset dan iklim ilmiah di kalangan mahasiswa UI. Oleh sebab itu, BEM UI harus menjadi inisiator pengembangan iklim ilmiah di kalangan mahasiswa. Dengan berbagai proker-proker yang lebih memfasilitas pengembangan iklim ilmiah, maka cita-cita UI menjadi WCRU akan selaras dan sinergis dengan apa yang terjadi di tataran mahasiswa.program kerja seperti jurnal mahasiswa ui dan pembudayaan pimnas seharusnya bisa menjadi jawaban dalam upaya mewujudkan mimpi tersebut.

    Reply
  15. kalo rapat masterplan UI, rapat dengan kontraktor,,,, mahasiswa minta ikut gitu,,, percuma juga kalo uda teken kontrak,,dan progress konstruksi sudah mau tuntas, pikirkan apa yang akan dibangun berikutnya, menurut saya lebih baik…

    yang ada ya sekarang berdoa biar perpus itu selesai tepat waktu,bermanfaat buat semua, sesuai fungsi,, ga mubazir…

    Semoga tidak tertipu dengan kesan mewah dan megah dari suatu bangunan,, (secara bentuk,,, strukturnya yang miring, dan gambarnya begitu “aneh”) karena itu cuma hasil rekayasa anak2 teknik…. kalo sampe dibilang mewah dari sisi bangunannya berarti arsiteknya sukses tuh memberikan sentuhan pada bangunan..

    OOT:: dibilang 8 lantai tapiiii…. keliatannnya (dan kira2 juga) lantai 4 ke atas bangunan perpus itu bisa jadi sempit, mungkin cuma jadi kantor ato bisa2 tempat sight seeing doang.. so itu lebih disebut tower perpustakaan pusat hahaha…

    Reply
  16. Farid Septian_Kandidat Ket BEM UI_Kriminologi_FISIP UI 2006_06065462

    Periode kepemimpinan rektor saat ini memang penuh dengan kontroversi. Diakui atau tidak memang ada beberapa pembangunan yang dilakukan pada periode kepemimpinannya. Mulai dari kandang rusa, kebijakan BOPB, Jalur sepeda, Bikun baru,renovasi rektorat, renovasi stadion, lapangan parkir baru dan terakhir pembangunan perpustakaan yang saat ini menuai pro kontra.
    Setidaknya terdapat dua sudut pandang dalam menilai dan mengkritisi pembangunan perpustakaan baru. Ada yang menilai bahwa dibangunnya perpustakaan tersebut adalah suatu hal yang sangat penting bagi UI untuk mencapai visinya, UI World Class Research University. Kehadiran perpustakaan baru tersebut merupakan fasilitas terintegrasi dimana nantinya seluruh civitas academica dapat melakukan aktivitas ilmiah secara lebih baik.

    Namun ada beberapa hal yang perlu dipertanyakan. Pertama, terkait dengan urgensitas dari pembangunan perpustakaan itu sendiri ditengah beragam masalah yang terjadi di kampus ini, seperti permasalahan BOPB. Dalam renstra UI tahun 2007-2012 tepatnya di analisa SWOT, diakui bahwasanya ketergantungan sumber pendanaan UI dari BOP masih tinggi. Oleh karenanya perlu diperhatikan juga apakah pembangunan perpustakaan tersebut berasal dari dana BOP atau tidak? Padahal kita ketahui disetiap fakultas terdapat perpustakaan, kenapa memilih untuk membangun perpus baru dibanding memaksimalisasi dan memperbaiki perpus yang sudah ada, baik fisik maupun kelengkapannya.

    Kedua, sebagaimana kita ketahui bahwasanya UI banyak menghasilkan lulusan diberbagai bidang keilmuan untuk kemudian mampu memberikan kontribusinya bagi bangsa ini disegala sektor. Pembangunan perpustakaan pastinya membutuhkan kontraktor, pertanyaannya adalah sejauhmana keterlibatan civitas academica UI dalam pembangunan perpustakaan tersebut? Menurut hemat saya idealnya perpus itu dibangun oleh “tangan” UI sendiri.

    Ketiga, Yang harus diperhatikan jangan sampai pembangunan yang dilakukan di UI ini dijadikan untuk sekedar ingin menunjukkan bahwa UI mampu, karena pada dasarnya pembangunan fisik atau infrastruktur tidak memlulu berbanding lurus dengan peningkatan dan pembangunan kualitas SDm yang ada, walau bagimanapun pasti ada pengaruhnya.

    Terakhir, bagaimanapun kebijakan telah dibuat dan perpustakaanpun sedang dibangun, tugas kita adalah mengawasi dan memastikan pembangunan tersebut sesuai dengan sebagaimana seharusnya yaitu demi kepentingan dan kebutuhan civitas academica. Untk UI yang lebih baik lagi. Lebih Dekat dan Bermanfaat…

    Reply
  17. Menurut saya, pembangunan gedung baru untuk perpus pusat sebenarnya tidak terlalu diperlukan. Secara fungsi dengan mengoptimalkan pemanfaatan perpus pusat yang lama, kita bisa mendapatkan tampilan perpus pusat yang ‘wow’ dari perpus pusat lama, yang mampu meningkatkan kepuasan pengunjung hingga berkali-kali lipat. “Wow” di sini tidak mesti dari segi fisik, tapi juga dari segi sistem dalam perpustakaan itu sendiri. Melengkapi koleksi (setau saya buku2nya lumayan kurang up2date), membenahi sistem terintegrasi supaya koleksi di perpustakaan pusat bisa menjangkau koleksi di perpustakaan fakultas (menambah copy atau membuat sistem inventory online), dan peningkatkan kualitas pelayanan perpustakaan pusat lama. Saya yakin, alokasi dana untuk proyek seperti ini tidak akan sampai 10% dari dana yang dikucurkan untuk pembuatan perpus pusat yang baru. Kenapa harus membuat yang baru kalau kita masih bisa mengutilisasikan yang lama hingga ke level maksimum? Lagipula, seperti yang dikatakan teman-teman di atas, perpus pusat lama rasanya masih belum diberdayakan hingga 100%..
    Lain hal kalau latar belakang pembangunan perpus pusat yang baru memang menitikberatkan pada segi “icon” dan salah satu simbol kemegahan UI.. I can speak no more..

    Reply

Leave a Comment