Beberapa waktu yang lalu, saya dengan seorang teman saya sedang asik berdiskusi tentang bahasa negara kita, bahasa Indonesia. Lalu ia pun memunculkan sebuah wacana tentang penggunaan bahasa Indonesia yang sudah mulai luruh di kampus. Ia bercerita, ketika kemarin ia lewat di halte bis kuning FIB, sebuah pemandangan menarik menyinggung matanya:
Sungguh, saya sungguh miris melihatnya. Satu lagi:
Kampus kita dinamakan Universitas Indonesia bukan karena ia tanpa makna. Kampus kita adalah satu-satunya kampus yang menyandang nama bangsa. Sesuai dengan semangat 28 Oktober 1928, bahasa kita adalah satu, bahasa Indonesia. Namun ketika kampus terbaik di negara ini sudah tidak lagi memperhatikan kebakuan bahasanya, apa jadinya bangsa ini?
Bahasa adalah bagai bandara budaya, ia adalah pintu masuk kepada suatu budaya tertentu. Halte bis kuning FIB UI (dan dari inspeksi selanjutnya, halte-halte fakultas lain) adalah fasilitas yang diberikan sebuah institusi pendidikan formal yang seharusnya menggunakan bahasa formal.
Namun di sini terjadi sebuah hal yang menarik: kata jadwal pun ditulis jadual; kata Jumat ditulis Jum’at dan yang paling miris, Senin ditulis Senen. Padahal dulu mungkin hal-hal kecil seperti ini yang dimasukkan dan menjadi soal penjebak di seleksi masuk Universitas, dan mereka salah menuliskannya.
Alangkah malangnya kata-kata itu ketika mereka ditulis dengan tidak mestinya. Mungkin mereka juga bingung, karena di Kamus Besar Bahasa Indonesia mereka tidak memiliki makna.
Hal-hal yang saya tulis di sini mungkin hanyalah contoh-contoh kecil yang bisa Anda bilang tak bermakna besar bagi Universitas. Tapi ini mencerminkan sesuatu: ketika bahasa Indonesia perlahan mulai tertinggal, sedikit demi sedikit, bahkan oleh institusi pendidikan terbaiknya sendiri, maka kita akan perlahan-lahan kehilangan identitas sebagai bangsa Indonesia. Tak sulit untuk melihat ini dari kacamata positif sebagai sebuah jalan menuju perbaikan. Perbaikan bahasa, seperti perbaikan-perbaikan lainnya, seharusnya dimulai dari diri kita sendiri.
Salam,
Arkan La Sida
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Univ. Indonesia 2010
Rekomendasi:
Yang Baru di anakUI.com Teman-teman semua, masih ingat dengan survey anakUI.com bulan lalu? Di survey yang diisi oleh hampir 50 orang responden, anakUI.com meminta banyak masukan dari teman-teman semua pengunjung anakUI.com. Selain itu, anakUI.com…
Fakultas Teristimewa Di UI? Ya, FIB Jawabannya. Emang Ada… Beberapa waktu lalu ada tulisan tentang FH dan keunikannya. Nah, sekarang, akan dibahas keunikan-keunikan dari fakultas lainnya, yaitu FIB UI! Ada beberapa hal yang perlu kamu ketahui tentang FIB UI.…
"GO GREEN" Hanya Sebuah Slogan ? Seperti biasa hari ini matahari terang benderang memancarkan cahayanya. Bedanya hari ini cahaya tersebut memancarkan rasa panas yang lebih dari biasanya. Menurut kabar yang saya dengar, suhu derajat di Jakarta…
[Resensi Buku] Menyemai Karakter Bangsa Sastra adalah bagian dari banyak hal yang tersingkirkan dan terpinggirkan di Indonesia. Sastra telah terposisikan sebagai sesuatu yang aneh dan tak berguna. Bahkan sama sekali tidak memikat, menghibur, apalagi memberikan…
Siklus Hidup Bikun: Kamu Berada di Fase Mana ya? Selain biru dan merah, kamu tahu nggak siklus hidup si Bikun ini? Eitss, tapi bukan siklus hidup dari embrio sampai lahir, ya. Ini tuh tentang siklus hidup dari kegiatan bikun…
Kapan Bangsa Kita Bisa Maju? Judul yang saya ajukan di atas bukanlah sebuah pertanyaan yang pesimistis, melainkan sebuah pertanyaan yang mengajak kita semua untuk melihat pada realita yang ada pada saat ini. Kemenangan Obama dalam…
Romansa Bis Kuning (part 1) Sudah 5 tahun aku lulus dari Universitas Indonesia. Rasa-rasanya tidak banyak perbedaan, walau di beberapa tempat masih ada proyek pembangunan. Hari itu aku ingin mengisi acara, sebuah acara yang membahas…
Penampakan Bis Kuning Hantu Di Universitas Indonesia Cerita-cerita hantu di Universitas Indonesia bukan lagi menjadi hal yang baru bagi anak-anak UI, Sebenarnya gue gak percaya dengan cerita-cerita hantu seperti itu karena menurut gue hal-hal tersebut sangat tidak…
Hal-Hal yang Wajib Kamu Tau tentang Mie Ayam Sengketa Kamu tau gak sih? Ternyata di UI itu juga ada jajanan yang enak selain di kantin-kantin fakultasnya, yaitu Mie Ayam Sengketa. Nah, sejauh mana kamu tau tentang mie ayam yang…
30 Values of A Leader to Become Young On Top Perkenalkan, saya Kenny Lischer adalah salah satu Young On Top Campus Ambassador dari Universitas Indonesia. Selain itu masih ada 12 orang lainnya yang berasal dari UI dan 80 orang lagi…
Ade Armando Menyoal RUUPP 10 Kekeliruan dalam Wacana Anti RUU Pornografi Ditulis pada Oktober 5, 2008 oleh Ade Armando Seusai Ramadhan ini, DPR akan membicarakan kembali RUU Pornografi yang kontroversial. Ada harapan,RUU ini bisa…
Cinta Sejarah, Cinta Indonesia Indonesia kembali diwarnai aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh masyarakat, namun kali ini bukan unjuk rasa menentang korupsi tetapi unjuk rasa menolak rencana pelelangan Monumen Sudirman. Tindakan yang dilakukan oleh…
Mungkin Lebih Baik Indonesia Tidak Merdeka: Surat Untuk… Degup semangat sahut menyahut dalam malam di sebuah tempat megah: gedung FK UI, yang saat itu bernama STOVIA. Pemicunya adalah seorang pensiunan dokter yang tiba-tiba berkeliling Batavia menggalang dana. Mas…
Tips Menghadapi Tes TOEFL untuk Beasiswa Luar Negeri Untuk melamar beasiswa S2 di luar negeri, terutama di negara – negara Eropa dan Amerika, kemampuan berbahasa Inggris, yang ditunjukkan melalui skor TOEFL/IELTS/sejenisnya, tentunya menjadi syarat utama. Seperti apa 'medan…
Menyelami Danau Air Tawar Terdalam di Asia Tenggara <em>Menyelami danau terdalam di Asia Tenggara dan salah satu dari 10 danau terdalam di dunia ternyata tidak cukup jika “hanya” menghabiskan waktu 3 hari. Dari berbagai keindahan serta keunikan yang…
Serunya Ikut Kepanitiaan, Kalian Udah Ngerasain? Halo kawan-kawan semua. Bagaimana kabarnya? Semoga sehat dan bahagia selalu selama karantina ini. Jangan lupa untuk tetap #dirumahaja bagi yang bisa menjalankannya, jikalau harus tetap keluar rumah patuhi aturan kesehatan…
Debat Memang Membingungkan Penyelenggaraan OIM (Olimpiade Ilmiah Mahasiswa) Universitas Indonesia 2008 sudah berlalu. Torehan prestasi, kekecewaan, kegembiraan, semangat tanding, dan haru biru kompetisi telah terlewatkan. Tim MIPA sukses merebut piala juara umum, memupuskan…
Kepal Jari Jadi Tinju, UI Kampusku, Bersatu Almamaterku, UI! Saudara-saudara sekalian! Saya, Sukarno telah minta saudara-saudara hadir disini untuk menyaksikan satu lagi peristiwa penting dalam sejarah kita. Setelah kita memperoleh kemerdekaan dari tangan para penjajah, kita tidak boleh terlena.…
Merambah Ideologi Mahasiswa (Universitas) Indonesia “Refleksi Perjuangan Soe Hok Gie dan Pemikiran Ki Hadjar Dewantara” Oleh : Mang Oejank Indro, tinggal di http://mangoejankindro.blogspot.com fb : mang oejank Indro / twitter : @mang_oejank Padepokan Ki Hadjar…
Chandra M Hamzah: Tiada Kata Jera Dalam Perjuangan!!! Oleh: Indra J. Piliang Mantan Aktivis Organisasi Kemahasiswaan UI 1990-an Kemaren, tanggal 29 Oktober 2009, tepat sehari setelah Hari Sumpah Pemuda, Chandra M Hamzah dan Bibit Samad Rianto ditahan di…
Apa Itu Cinta, Ariel dan Luna (Cut Joged) /A/ Ini adalah sekuel tentang apa itu cinta? Sajian, tidak seperti sajian restoran. Hanya ala kadar seperti warteg saja, tetapi nikmat untuk bisa berbagi dan berkomunikasi serta bertemu dengan teman…
Review Xbox Series X, Loading Cepat Game Berlimpah anakui.com - Temukan puncak dari upaya permainan Microsoft dalam ulasan Xbox Series X kami. Xbox Series X adalah puncak dari upaya permainan Microsoft, menggabungkan janji kinerja generasi berikutnya yang kuat dengan…
Ada Bikun Nyasar di Jalanan, Ada Apa Ya? Bayangkan di jalanan yang ramai didominasi kendaraan warna monoton (hitam, putih, abu-abu, biru gelap, merah tua, dan warna sejenisnya), tiba-tiba kalian disuguhi pemandangan bus guede (iya gede banget kalo dibandingkan…
Mahasiswa Relawan Membuka Isolasi Korban Banjir Cerpen ini dipersembahkan untuk: kawan-kawan Mapala UI , Mapala Sejabodetabek, WANADRI, TNI, POLRI dan Seluruh Sukarelawan Banjir (Posko Pluit Khususnya) @JrngInfoBencana Lampu remang-remang menyinari dari setiap sudut ruangan disebuah kampus…
Inilah Alasan Kenapa Mahasiswa Mulai Jarang Naik Sepekun… Awal kuliah, banyak mahasiswa mencoba fasilitas sepekun. Lama-lama, sepekun mulai dilupakan. Ada beberapa faktor, mulai dari bawa kendaraan hingga rute yang dianggap kurang efisien. Btw, kapan terakhir kamu naik sepekun?
Review PS5, Masa Depan Game Konsol Saat Ini anakui.com - PS5 adalah lompatan generasi yang sangat besar dari PS4. PS5 juga merupakan lompatan generasi sejati, menawarkan waktu pemuatan yang sangat cepat dan pengontrol baru yang revolusioner yang dapat…
Secangkir Kopi Pagi dengan Bapak Jakarta, 17 April 2011 SECANGKIR KOPI PAGI DENGAN BAPAK ( Untuk mu kawan ku, yang sedang begitu rindu pulang ke rumah ) Selalu begini, setiap Senin pagi, karena secangkir kopi.…
6 Stigma yang Melekat pada Mahasiswa FIB UI Apa yang muncul di benakmu ketika ditanya tentang mahasiswa FIB UI? Daripada bingung, simak enam stigma yang melekat pada mahasiswa FIB UI.
27 thoughts on “Luruh Bahasa Indonesia di Kampus Kita”
Oh ya, fotonya terima kasih kepada Clara, Jerman 2010. 🙂
Wah, artikel yang menarik sekali, bahkan saya tidak memperhatikan se detail itu,,,
cuma mau meng “kroscek” masalah kata nih, setahu saya kata yang baku benar yang ditulis diatas yaitu “jadual”, bukan “jadwal”, sama halnya dengan kata yang baku “kualitas” bukan “kwalitas”
kalo tulisan hari benar banget, keduanya salah, yang bener itu senin dan jumat,,, bukan senen dan jum’at
Setahu saya sih, emang jadual benar kata bakunya. Inget banget, pelajaran SD nehh *haha.
Namun bahasa Indonesia sama halnya dengan bahasa lain, yang mengalami perkembangan dan perubahan, bisa saja kata ‘jadwal’ mengalami pembakuan..
Di mipa juga salah kok. kayaknya emang di tiap halte gitu deh tulisannya. waktu nunggu bikun,sempet ngeh juga,tapi nggak kepikiran buat ambil foto,hehe.
Salut buat yang nge-fotoin dan nulis. 😀
Mantap! *sudah jarang naik bikun. Jadi sudah tidak aware dengan itu. Anyway, saya juga bingung kalau mau ngaduin kayak gitu ke pihak rektorat itu kemana yak? ❓
waaahh udah lama gak buka anakui.com (maklum lah derita mahasiswa tingkat akhir, hahahha) setelah di SMS kak Ilman baru inget lagi hehehe..
*basa basi nya cukup
iya nih perlu banyak instrospeksi diri.. kadang yaa kadang (bahkan keseringan) apa yang kita pelajri di bangku kuliah TAPI gak diterapin di lingkungan.
Misal belajar ttg Bhs.Indonesia dgn baik dan benar, tapi ternyata penulisannya masih ada ajah yg salah (pdhl itu kan di public facility made by UI lagi kan?)
itu cuma contoh kecil kok yg kebetulan nemunya di FIB.
gw di FKM ajah juga gt, belajar ttg safety tiap hari tapi kampus sendiri gak begitu concern ama yg namanya safety (bahkan dosennya pun seakan gak peduli) hehehhe….
Pada hakikatnya, bahasa adalah sarana komunikasi–baik lisan maupun tulisan–yang memiliki nilai-nilai sosial tinggi dalam masyarakatnya. Beberapa hari yang lalu saya pun menemui ‘kesalahan’ ini di halte depan FIK/PKM. Ya, kesalahan ini memang masif alias salah secara keseluruhan di tiap halte. Postingan ini merupakan kritik yang dapat meningkatkan kualitas bahasa kita, baik rektorat, penulis, maupun orang-orang yang membaca postingan ini.
Bahasa adalah sesuatu yang dinamis. Dalam suatu kurun waktu, bisa saja penulisan dan/atau maknanya mengalami perubahan. Dahulu mungkin maknanya berupa “A”, tetapi bisa saja hari ini sudah berubah menjadi “B”, atau “AB”. Perubahan itu terjadi atas beberapa alasan, peminjaman kata, temu-budaya, dan beberapa aspek lain. Inilah yang membuat bahasa menjadi sesuatu yang aktual di masyarakat.
Dalam isu ini, memang ada kesalahan yang dibuat oleh pencetak jadwal itu. Saya sangat mengapresiasi teman-teman yang ‘gatal’ dalam menyikapi hal-hal seperti ini. Mereka [mungkin] tidak memakai jasa editor untuk menyunting bahasa yang digunakan dalam informasi di tiap-tiap halte itu. Tetapi perlu diingatkan bahwa kesalahan-kesalahan itu jangan langsung dianggap sebagai sesuatu yang membuat kita “kehilangan identitas sebagai bangsa Indonesia”. Karena tidak semua perubahan bahasa seperti di atas adalah sesuatu yang buruk. Maksud saya, jangan tiba-tiba menyalahkan institusinya. Plis, Anda telah melanggar maksim relevansi [CMIIW].
Apa yang ingin saya sampaikan adalah, perkembangan bahasa seperti di atas merupakan sesuatu yang sulit untuk dibahas dalam lingkup diskusi seperti ini [hanya akan sampai pada kulit luarnya saja]. Juga, karena kita sama-sama masih baru, masih belajar, maka apa yang kita utarakan akan sangat bermakna bagi kita semua [karena inilah proses pembelajaran]. Jangan sampai konteks diskusi yang keren ini [sekali lagi, saya salut dengan penulis postingan ini] mbleber kemana-mana.
Semoga kita semakin sadar bahwa bahasa adalah sesuatu yang teramat penting dalam suatu sistem pendidikan. Semoga para pemimpin bangsa kita paham dan menyadarinya. Amiin.
Sekedar informasi, sebelum “jadwal”, dahulu penulisannya memang “jadual”. Entah karena pengecualian atau apa [berbeda dengan aturan “kualitas”], inilah yang ditetapkan di dalam EYD kita.
Selain itu, “Jumat” ditetapkan sah dalam EYD karena hal ini mempermudah kita dalam berbahasa. Sebelumnya memang telah dipakai “Jum’at”, yang asalnya dipinjam dari bahasa Arab.
Ya, kesemuanya ini adalah kebijakan politik dari pemerintah kita agar masyarakat bahasa Indonesia–kita–dapat berkata-kata dengan baik dan benar, serta mudah.
Saya kira ini bisa menjadi topik riset yang menarik, terutama bagi mahasiswa Sastra/FIB.
Senin/Senen (dari Ithnan), Jumat/Jum’at (Jamaa, Juma, dst) dan Jadwal/Jadual semuanya adalah kata-kata dalam bahasa Indonesia yang diambil dari kata-kata dalam bahasa Arab, seperti halnya kata-kata dalam bahasa Indonesia lainnya (istirahat, wilayah, selasa, rabu, kamis, sabtu, mati, wafat dst). Pelafalannya lalu disesuaikan dengan pelafalan setempat. Saya kira rekan-rekan yang ahli dalam
historical linguistic dapat menjelaskan lebih lanjut.
Lily-FT-0486057038
menurut saya, bukan hanya soal lingkungan adanya kesalahan tulisan tersebut yang kebetulan ada di lingkungan UI.. tapi juga masalah siapa yang membuat ‘cetakan’nya.. beliau-nya paham atau tidak mengenai bahasa baku dll?
oleh karena itu,pentingnya berbahasa yang baik dan benar bukan hanya di kalangan akademisi tapi juga masyarakat secara umum yang berpartisipasi aktif dalam bidang cetak-mencetak.. :p
Oh ya, fotonya terima kasih kepada Clara, Jerman 2010. 🙂
Sama-sama, teman 🙂 terima kasih juga sudah dibuatkan tulisan ini ^^
Terima kasih banyak juga … karena budaya Bhs kita sudah terjajah …
wah, ini kan papan jadwal yg ada di tiap halte ya. berarti di semua halte salah dong ya?
ya ampun, waktu pihak rektorat bikin ini, nggak ada editornya yak?
Saya rasa sih iya, soalnya di halte FISIP dan Psiko juga seingat saya salah. Besok saya coba lihat lagi sembari lewat dua halte itu… 🙂
wah, tulisan yang mantap sekali! Benar-benar peka dengan lingkungan sekitar
Yang lebih peka sih sebenarnya Clara, teman saya yang ada di tulisan ini juga. Saya cuma menulis dari wacana kemarin… Hehehe. 🙂
haha ini sebenarnya yang saya risaukan dari dulu, makasih udah ada yg nulis
Wah, artikel yang menarik sekali, bahkan saya tidak memperhatikan se detail itu,,,
cuma mau meng “kroscek” masalah kata nih, setahu saya kata yang baku benar yang ditulis diatas yaitu “jadual”, bukan “jadwal”, sama halnya dengan kata yang baku “kualitas” bukan “kwalitas”
kalo tulisan hari benar banget, keduanya salah, yang bener itu senin dan jumat,,, bukan senen dan jum’at
ngecek di KBBI daring, http://pusatbahasa.depdiknas.go.id/kbbi/index.php
“jadwal” itu bener kok, karena nyari “jadual” hasilnya ga ditemuin. 😀
Saya juga udah cari di situ sebelum bikin tulisan ini, makanya juga begitu yakin “jadwal” itu yang baku.
Agak memalukan, ya… Seharusnya pihak universitas segera melakukan sesuatu.
apakah semua universitas juga begitu???
Setahu saya sih, emang jadual benar kata bakunya. Inget banget, pelajaran SD nehh *haha.
Namun bahasa Indonesia sama halnya dengan bahasa lain, yang mengalami perkembangan dan perubahan, bisa saja kata ‘jadwal’ mengalami pembakuan..
Di mipa juga salah kok. kayaknya emang di tiap halte gitu deh tulisannya. waktu nunggu bikun,sempet ngeh juga,tapi nggak kepikiran buat ambil foto,hehe.
Salut buat yang nge-fotoin dan nulis. 😀
Wib pun salah penulisannya. Seharusnya singkatannya menjadi WIB (kapital).
Ohya, kalau tidak salah,penulisan kata Jum’at pun tidak menggunakan petik tunggal. Jadi, seharusnya ditulis Jumat.
Mantap! *sudah jarang naik bikun. Jadi sudah tidak aware dengan itu. Anyway, saya juga bingung kalau mau ngaduin kayak gitu ke pihak rektorat itu kemana yak? ❓
Gak tau juga tuh. Bingung kan -__-
waaahh udah lama gak buka anakui.com (maklum lah derita mahasiswa tingkat akhir, hahahha) setelah di SMS kak Ilman baru inget lagi hehehe..
*basa basi nya cukup
iya nih perlu banyak instrospeksi diri.. kadang yaa kadang (bahkan keseringan) apa yang kita pelajri di bangku kuliah TAPI gak diterapin di lingkungan.
Misal belajar ttg Bhs.Indonesia dgn baik dan benar, tapi ternyata penulisannya masih ada ajah yg salah (pdhl itu kan di public facility made by UI lagi kan?)
itu cuma contoh kecil kok yg kebetulan nemunya di FIB.
gw di FKM ajah juga gt, belajar ttg safety tiap hari tapi kampus sendiri gak begitu concern ama yg namanya safety (bahkan dosennya pun seakan gak peduli) hehehhe….
ah ini sih emang kerjaan rektorat yg hobi plin plan.
Et, kenapa ini komennya melenceng?
Mohon tidak menyangkut-pautkan kedua hal yang semestinya tidak berkaitan. Terima kasih.
keren..peduli banget…
Maaf, penggunaan kata miris juga tidak tepat. Coba lht lg artinya di kamus.
Pada hakikatnya, bahasa adalah sarana komunikasi–baik lisan maupun tulisan–yang memiliki nilai-nilai sosial tinggi dalam masyarakatnya. Beberapa hari yang lalu saya pun menemui ‘kesalahan’ ini di halte depan FIK/PKM. Ya, kesalahan ini memang masif alias salah secara keseluruhan di tiap halte. Postingan ini merupakan kritik yang dapat meningkatkan kualitas bahasa kita, baik rektorat, penulis, maupun orang-orang yang membaca postingan ini.
Bahasa adalah sesuatu yang dinamis. Dalam suatu kurun waktu, bisa saja penulisan dan/atau maknanya mengalami perubahan. Dahulu mungkin maknanya berupa “A”, tetapi bisa saja hari ini sudah berubah menjadi “B”, atau “AB”. Perubahan itu terjadi atas beberapa alasan, peminjaman kata, temu-budaya, dan beberapa aspek lain. Inilah yang membuat bahasa menjadi sesuatu yang aktual di masyarakat.
Dalam isu ini, memang ada kesalahan yang dibuat oleh pencetak jadwal itu. Saya sangat mengapresiasi teman-teman yang ‘gatal’ dalam menyikapi hal-hal seperti ini. Mereka [mungkin] tidak memakai jasa editor untuk menyunting bahasa yang digunakan dalam informasi di tiap-tiap halte itu. Tetapi perlu diingatkan bahwa kesalahan-kesalahan itu jangan langsung dianggap sebagai sesuatu yang membuat kita “kehilangan identitas sebagai bangsa Indonesia”. Karena tidak semua perubahan bahasa seperti di atas adalah sesuatu yang buruk. Maksud saya, jangan tiba-tiba menyalahkan institusinya. Plis, Anda telah melanggar maksim relevansi [CMIIW].
Apa yang ingin saya sampaikan adalah, perkembangan bahasa seperti di atas merupakan sesuatu yang sulit untuk dibahas dalam lingkup diskusi seperti ini [hanya akan sampai pada kulit luarnya saja]. Juga, karena kita sama-sama masih baru, masih belajar, maka apa yang kita utarakan akan sangat bermakna bagi kita semua [karena inilah proses pembelajaran]. Jangan sampai konteks diskusi yang keren ini [sekali lagi, saya salut dengan penulis postingan ini] mbleber kemana-mana.
Semoga kita semakin sadar bahwa bahasa adalah sesuatu yang teramat penting dalam suatu sistem pendidikan. Semoga para pemimpin bangsa kita paham dan menyadarinya. Amiin.
Sekedar informasi, sebelum “jadwal”, dahulu penulisannya memang “jadual”. Entah karena pengecualian atau apa [berbeda dengan aturan “kualitas”], inilah yang ditetapkan di dalam EYD kita.
Selain itu, “Jumat” ditetapkan sah dalam EYD karena hal ini mempermudah kita dalam berbahasa. Sebelumnya memang telah dipakai “Jum’at”, yang asalnya dipinjam dari bahasa Arab.
Ya, kesemuanya ini adalah kebijakan politik dari pemerintah kita agar masyarakat bahasa Indonesia–kita–dapat berkata-kata dengan baik dan benar, serta mudah.
Semoga membantu.
Saya kira ini bisa menjadi topik riset yang menarik, terutama bagi mahasiswa Sastra/FIB.
Senin/Senen (dari Ithnan), Jumat/Jum’at (Jamaa, Juma, dst) dan Jadwal/Jadual semuanya adalah kata-kata dalam bahasa Indonesia yang diambil dari kata-kata dalam bahasa Arab, seperti halnya kata-kata dalam bahasa Indonesia lainnya (istirahat, wilayah, selasa, rabu, kamis, sabtu, mati, wafat dst). Pelafalannya lalu disesuaikan dengan pelafalan setempat. Saya kira rekan-rekan yang ahli dalam
historical linguistic dapat menjelaskan lebih lanjut.
Lily-FT-0486057038
menurut saya, bukan hanya soal lingkungan adanya kesalahan tulisan tersebut yang kebetulan ada di lingkungan UI.. tapi juga masalah siapa yang membuat ‘cetakan’nya.. beliau-nya paham atau tidak mengenai bahasa baku dll?
oleh karena itu,pentingnya berbahasa yang baik dan benar bukan hanya di kalangan akademisi tapi juga masyarakat secara umum yang berpartisipasi aktif dalam bidang cetak-mencetak.. :p