Salam kenal kawan-kawan mahasiswa UI. Ini adalah tulisan pertama saya. Saya ingin berbagi kisah yang saya alami pada pertengahan tahun 2006, ketika saya diterima kuliah di Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia.
Pada tahun ketiga masa SMA saya, saya mulai memilah-milah dan mencari informasi mengenai dimana saya akan melanjutkan studi saya. Tentu saja salah satu pilihan saya adalah Universitas Indonesia, salah satu perguruan terbaik di Indonesia, dan saya memilih Ilmu Komputer karena minat saya adalah di bidang teknologi terutama teknologi informasi.
Kesempatan pertama datang melalui jalur PMDK dan saya mencoba memanfaatkan kesempatan tersebut. Namun ternyata saya kurang beruntung di kesempatan pertama ini. Saya pun tidak patah semangat, saya mencoba lagi melalui jalur SPMB Nasional dan kali ini saya beruntung. Saya diterima di Fasilkom UI, sesuai dengan cita-cita saya. Perasaan saya sangat gembira waktu itu, saya diterima di perguruan tinggi impian saya. Saya sudah memiliki NPM UI. Satu kaki saya melangkah memasuki UI.
Lalu, apa masalahnya?
Biaya pendidikan UI cukup mahal bagi sebagian masyarakat Indonesia, termasuk bagi keluarga saya. Pada saat itu, BOP yang ditetapkan adalah sebesar Rp 2.500.000,- dengan DKFM, DPP, dan UP sama seperti sekarang. Dengan demikian, total yang harus dibayarkan oleh mahasiswa baru pada saat itu kalau tidak salah kurang lebih sebesar Rp 29.100.000,-
Waw! Itu jumlah yang sangat besar bagi keluarga kami. Bagaimana tidak? Ayah saya sudah meninggal, sementara ibu saya hanya ibu rumah tangga biasa yang dengan susah payah membiayai kehidupan kami sehari-hari dengan usaha kecil-kecilan. Selain itu, pada saat itu kakak saya masih kuliah di kota kami dan adik saya juga masih sekolah. Keadaan pada saat itu membuat saya diliputi kebimbangan. Apakah saya harus memberanikan diri untuk mendaftar ulang atau saya harus mengubur impian saya dalam-dalam dan meninggalkan cita-cita saya yang sudah saya titipkan di Fasilkom UI?
Pada saat itu, sangat minim sekali informasi yang saya miliki mengenai mekanisme pembiayaan di UI. Saya tidak tahu mengenai bagaimana seorang calon mahasiswa baru mengajukan keringanan biaya, apakah memungkinkan atau tidak? Apakah biaya sebesar itu harus dilunasi segera atau dapat dicicil? Dan pada saat itu belum diberlakukan sistem BOP-B.
Saya pun merasa lemah dan lemas pada saat itu. Sesuatu yang saya impi-impikan ada di hadapan saya namun saya tak kuasa meraihnya. Saya tidak berani. Saya takut saya berhenti di tengah jalan. Dengan perasaan yang tidak karuan, saya akhirnya mengurungkan diri untuk mendaftar ulang. Cita-cita itu saya tinggalkan begitu saja.
Ya, hanya sebagian saja saya menjadi mahasiswa UI. Saya mempunyai NPM UI (0606101162), namun saya tidak pernah benar-benar berkuliah di UI. Mohon maaf apabila di antara kawan-kawan semua merasa bahwa saya tidak berhak menulis di sini. Tapi maksud saya membuat tulisan ini adalah, apabila BOP-B benar-benar mampu memberikan keadilan, maka sebarkanlah seluas-luasnya. Agar anak-anak Indonesia yang ingin berkuliah di Universitas kebanggaan Indonesia ini dapat mewujudkan mimpinya meskipun mereka mengalami kesulitan finansial. Agar mereka lebih berani daripada saya, agar mereka tidak takut berhenti di tengah jalan. Banyak terjadi calon mahasiswa yang diterima di UI tidak mendaftar ulang karena ketidaktahuan (Tentang BOP-B). Dan saya pikir, tidak seharusnya di Indonesia ini seseorang tidak berani melanjutkan kuliah karena keterbatasan ekonomi sementara secara akademis dia mampu.
Demikian tulisan saya, saya harap tulisan ini bisa bermanfaat. Saat ini saya sedang menyusun Tugas Akhir pada Program Studi Teknik Elektro di Perguruan Tinggi Negeri di kota asal saya.