Mahasiswa dan Revolusi Pembebasan Politik Borjuasi

Sudah 11 bulan sejak demo Rancangan Undang-Undang (RUU) serta pelemahan KPK di suarakan oleh mahasiswa, sekarang terlihat bahwa kesadaran revolusioner mahasiswa surut begitu saja dan hilang tanpa jejak. Awalnya saya percaya bahwa aksi massa yang dilakukan oleh mahasiswa sejak september 2019 merupakan upaya pembebasan dari selubung-selubung politik Borjuasi yang melekat pada perpolitikan Indonesia, tetapi siapa sangka bahwa kelas mahasiswa yang dianggap dapat membebaskan masyarakat ternyata juga mengalami reifikasi.

Dengan reifikasi yang saya maksud adalah senada dengan apa yang ditulis oleh filsuf Hongaria Gyorgy Lukacs yaitu apa yang sebenarnya hubungan antara manusia bebas kelihatan seperti hubungan antara benda. Masyarakat modern atau industri sebenarnya secara tidak sadar mereka mengalami reifikasi, seluruh hubungan antar-manusia dikuasai oleh hukum pasar, dan dipahami sebagai bentuk komoditas yang bisa diperjualbelikan. Masing-masing dari kita melihat yang lain hanya sebagai sarana untuk mendapatkan untung. Cinta, kerjasama, pertemanan, cita-cita, semua itu dilihat menurut nilai jualnya.

Moses Hess seorang filsuf Prancis pernah memperlihatkan reifikasi di dalam masyarakat modern dalam bentuk keterasingan uang.

Uang yang semula alat menjadi tujuan, sementara manusia yang semula tujuan menjadi alat –Moses Hess

Komoditas diciptakan oleh manusia, tetapi kemudian manusia lupa dan menganggap komoditas memiliki kekuatan mutlak atas proses kehidupan masyarakat. Dengan demikian hubungan antar-manusia di pahami sebagai hukum pertukaran komoditas. Itulah sebabnya mengapa mahasiswa pada bulan september 2019 mengalami kesadaran revolusioner untuk melakukan demo mengenai RUU ataupun pelemahan KPK, hal ini bukan sekedar dilakukan sebagai tuntutan moral akan kepedulian tetapi sebagai bentuk bahwa mahasiswa melihat negara yang didalamnya terdiri dari para birokrasi sudah mengalami reifikasi.

BACA JUGA: Intip Kisah O, Mahasiswa UI Yang Berjuang Melawan COVID-19

Kekuasaan, hubungan antara politisi, koalisi partai, perumusan undang-undang, lembaga-lembaga pemerintah, semua itu telah jatuh dalam reifikasi dimana semua dilakukan hanya dalam rangka mencapai keuntungan politis. Kelas mahasiswa sadar akan reifikasi di dalam masyarakat modern, mahasiswa berusaha mengambil inisiatif untuk membebaskan reifikasi yang terjadi di dalam kekuasaan negara serta masyarakat.

Mengapa mahasiswa mempunyai inisiatif membebaskan masyarakat serta negara dari reifikasi? Hal itu dikarenakan hanya mahasiswalah yang mempunyai kesadaran revolusioner. Bagaimana kesadaran revolusiner muncul dalam kelas mahasiswa? Kesadaran revolusioner mahasiswa merupakan hal yang muncul secara spontan dikarenakan mahasiswa adalah satu-satunya kelas yang terisolasi dari proses berjalannya masyarakat.

Revolusi Mahasiswa (savanapost.com)

Kelas mahasiswa adalah kelas intelektual serta terisolasi sehingga dapat mengamati proses reifikasi yang terjadi dalam negara serta masyarakat modern, mahasiswa adalah kelas yang terisolasi dari kekuasaan, terisolasi dari segala kepentingan pragmatis, serta kelas ilmuwan yang dapat secara objektif mengamati dari atas proses reifikasi yang terjadi di masyarakat karena mereka terisolasi.

Itu sebabnya saya menganggap demo RUU ataupun pelemahan KPK tersebut sebagai awal dari kesadaran revolusioner untuk pembebasan dari reifikasi, tetapi melihat keadaan sekarang dimana proses reifikasi makin menjadi-jadi dan mahasiswa diam saja, membuat saya berfikir bahwa sebenarnya mahasiswa juga tercemar dengan ideologi borjuasi dan mengalami juga proses reifikasi.

BACA JUGA: 4 Stigma Ini Nggak Bisa Lepas dari Mahasiswa Sastra Indonesia

Jika kita melakukan analisis secara mendalam, pada kenyataannya mahasiswa adalah kelas sosial yang dipersiapkan untuk mengisi posisi-posisi kelas dalam masyarakat modern. Mereka datang memasuki universitas tidak dengan maksud untuk melakukan emansipasi dan pembebasan terhadap masyarakat melainkan justru para mahasiswa datang ke kampus dengan maksud menjadikan diri mereka sarana eksploitasi borjuasi.

Mereka dengan rela diperbudak oleh borjuasi untuk diperas tenaga kerjanya untuk menghasilkan keuntungan bagi borjuasi, hal ini karena mahasiswa juga menyenangi segala hal yang berbau komoditas, kekuasaan, dan uang yang juga memang disenangi oleh borjuasi.

Mahasiswa tidak datang ke universitas dengan motif menghacurkan kelas-kelas borjuasi tetapi justru ingin merasakan bagaimana menjadi kelas borjuasi. Itulah sebabnya mengapa kampus selalu memiliki visi yang sesuai dengan industri (yang mana tempat para borjuasi melakukan eksploitasi). Visi atau nilai-nilai kampus disesuaikan dengan basis material ekonomi borjuasi yang kapitalistis.

Intinya yang mau saya sampaikan adalah bahwa saya menganalisis bahwa kelas mahasiswa tidak dapat di jadikan tulang punggung bagi revolusi untuk membebaskan masyarakat serta negara yang telah mengalami reifikasi. Saya juga bertanya-tanya, akankah kita terus menerus mengalami keterasingan dan berhubungan sosial menurut pola komoditas? Semoga terdapat kelas-kelas sosial yang memang bisa diharapkan menjadi pembebas masyarakat modern dan negara dari reifikasi.

BACA JUGA: Serba-Serbi Kartu Tanda Mahasiswa UI, Canggihnya Bukan Main

Referensi

https://plato.stanford.edu/entries/lukacs/

https://www.coursera.org/lecture/international-relations-theory/rise-of-neo-marxism-zgEtd

https://www.hetwebsite.net/het/schools/neomarx.htm

https://www.researchgate.net/post/Post_modernism_neo_marxism_and_the_social_sciences_The_consequences

Leave a Comment