Makara Kita Bikin Riuh Pemira UI

Riuh. Begitulah satu kata yang muncul di benak redaksi saat mengetik ‘Makara Kita’ di menu pencarian di microblogging Twitter. Sebagian besar dari kicauan mereka tentang Makara Kita edisi pertama ialah hujatan dan tendensius.

 

Redaksi Makara Kita pun hanya bisa tersenyum sembari menikmati hangatnya kopi dan dinginnya hujan yang mengguyur hujan kota Depok. Kala itu, redaksi sedang berkumpul di salah satu warung kopi sembari melihat-lihat reaksi pembaca Makara Kita di Twitter dan Facebook.

 

Sebagian besar mereka yang berkicau di Twitter, menyatakan bahwa koran Makara Kita merupakan milik salah satu calon BEM UI 2014. Menariknya, dari pantauan redaksi, mereka yang menyinyir tidak bisa membawa bukti nyata bahwa isi dari Koran Makara Kita menguntungkan salah satu calon peserta pemira. Toh, berarti secara ilmiah tak bisa dibuktikan bahwa Makara Kita milik salah seorang calon.

 

Mereka hanya bisa menuduh tanpa arah yang jelas, ini bentuk media kampanye nan sampah. Entah mereka yang menghujat itu bagian dari dua pendukung lawan atau memang mahasiswa yang tak berafiliasi dengan kandidat manapun. Di sini redaksi menegaskan, Makara Kita bukan lah milik siapa-siapa yang berafiliasi dengan salah satu kandidat.

 

Lebih lanjut, pertanyaan yang muncul ialah mereka mempersoalkan artikel dan konten yang mana? Bila seandainya ada afiliasi dengan salah satu kandidat? Apa mengenai artikel di halaman ketiga tentang biografi imajiner Boy dan Roy? Atau sudahkah kalian membaca semua tulisan di Makara Kita?

 

Padahal sudah jelas, rubrik tersebut merupakan imajiner. Itu tulisan biografi singkat dalam bentuk imajiner atau fiktif yang Makara Kita bawa ke arah tulisan jurnalistik soft news. Toh untuk edisi kedua ini dan selanjutnya, Makara Kita juga akan membawa artikel kandidat imajiner lainnya. Sederhananya, tiga biografi kandidat imajiner maka tiga edisi Makara Kita.

 

Redaksi pun tidak secara eksplisit menyebut nama asli kandidat dalam rubrik biografi imajiner ini. Redaksi membiarkan pembaca untuk bisa menerawang siapa sosok sebenarnya di biografi imajiner tersebut. Atau bisa jadi, mereka memang benar hanya sosok imajiner belaka. Bantuk karikaturnya pun tak pernah tak pernah redkasi ganti. Hanya nama imajiner saja yang diganti. Redaksi sudah menyediakan space iklan bila ketiga kandidat ingin nama dan visi misinya terpampang jelas di Makara Kita. Silahkan hubungi redaksimakarakita@gmail.com atau melalui seorang penanggung jawab Makara Kita dengan akun Twitter @jalalsangar.

 

Atau mungkin, terdapat foto di halaman tiga yang mengindikasikan dari garakan mahasiswa tertentu yang terlalu puritan. Atau bisa jadi, pendukung kandidat (TS) merasa kecewa, karena Makara Kita terlalu membeberkan fakta sensitif kandidatnya yang tidak seharusnya diungkap. Ini mengingat, sebagian besar hujatan tak mendasar yang ditujukan ke Makara Kita, memang pemilik akun yang demikian,(tanpa redaksi) menyebutkan dari gerakan mana mereka berasal.

 

Padahal secara logis, ketika kita bermain dalam ranah politik, penelanjangan terhadap suatu subjek politik harus dilakukan karena publik tidak boleh memilih kucing dalam karung. Toh, hal ini seperti ini juga biasa yang dilakukan oleh media nasional, seperti Tempo di masa kini atau Majalah Editor dan Tabloid deTIK, dan Indonesia Raya di masa silam.

 

Redaksi ingin, pembaca dapat mengeluarkan kepeduliannya terhadap praktik politik kampus yang sedang berlangsung, setidaknya bisa memberikan suara sewaktu Pemira UI dimulai pada 2-6 Desember mendatang. Atau memang, lebih baik apatis terhadap pemira UI bila tidak ada kandidat ideal yang menurut mereka mesti dipilih, meskipun apatis adalah pilihan putus asa. Setidaknya, bukan hanya pemilih yang cerdas, apatis pun juga harus demikian. Jadilah apatis yang cerdas dan tahu alasan yang jelas, kenapa menjadi demikian.

 

Lalu ada yang bertanya-tanya juga, kenapa Makara Kita muncul saat adanya Pemira UI 2013. Muncul lah stigma negatif bahwa yang makin mengindikasikan Makara kita telah berafiliasi dengan salah satu kandidat. Jujur saja, bagi redakasi, ini merupakan momentum penting untuk membawa nama Makara Kita untuk populer ke mahasiswa UI. Bukan hanya kandidat yang punya visi, Makara Kita juga punya hal tersebut. Nantinya, Makara Kita akan hidup berdampingan dengan berbagai pers mahasiswa lainnya yang ada di UI setelah Pemira UI ini usai dan berbadan hukum yang jelas. Itu visi bagi Makara Kita yang ingin diwujudkan bila tak ada aral melintang.

 

Setidaknya, edisi pertama Makara Kita sukses membuat riuh dunia nyata maupun maya, khususnya bagi sivitas akademika UI, seperti ekspektasi awal. Redaksi pun menyambut gembira adanya berbagai tanggapan positif dari mahasiswa UI yang menunggu kehadiran edisi berikutnya dari Makara Kita.

 

Maka dari itu, ini kehidupan demokrasi kampus. Bukan hanya politik yang bisa berdemokrasi, media pun juga sudah pasti ikut ambil bagian. Hati dan pemikiran pembaca lah yang Makara Kita sentuh. Bukannya ingin narsis, namun hanya mereka lah yang dapat memahaminya, ada niai positif dan menarik dari Makara Kita. Tanpa Makara Kita, mungkin Pemira UI tahun ini bakal tak menarik dan hampa. Makara Kita hanya ingin mewarnai arena demokrasi politik kampus yang ada di UI agar lebih dinamis dan riuh. Kalau akhirnya teman-teman sebut kami melakukan provokasi, maka kami bilang Makara Kita adalah revolusi. Ini bentuk gerakan dan aksi nyata dari kita sebagai redaksi yang peduli terhadap kehidupan demokrasi politik kampus ala mahasiswa UI.

 

Terima Kasih

 

Oleh Jalal Sofan Fitri, penanggung jawab Makara Kita.

Leave a Comment