Mulai Senin (14/09) lalu, mahasiswa UI mengawali semester baru pada tahun ajaran 2020/2021. Namun, sayangnya mereka harus mengawali perkuliahan dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Hal tersebut karena pandemi Covid-19 masih belum reda.
Sebelumnya, pada Maret lalu, UI mengeluarkan surat edaran dengan nomor SE-703/UN2. R/OTL.09/2020 tentang Kewaspadaan dan Pencegahan Penyebaran Infeksi Covid-19 di Lingkungan Universitas Indonesia. Salah satu poin dari surat edaran tersebut menjelaskan bahwa UI akan mengadakan PJJ sampai akhir semester genap lalu. Namun, sampai saat ini belum ada surat edaran baru lagi terkait waktu berakhirnya PJJ, sehingga PJJ masih berlangsung hingga saat ini.
Karena hal itu, anakUI.com mewawancarai beberapa mahasiswa UI dari berbagai fakultas dan angkatan terkait semester baru yang diawali dengan PJJ.
Perasaan Mahasiswa UI Mengawali Semester Baru dengan PJJ
Semester baru yang seharusnya menjadi momen kangen-kangenan bersama teman yang lama tidak bertemu setelah liburan. Selain itu, bagi maba, semester baru juga menjadi momen bagi mereka untuk membangun bonding bersama teman seangkatan, mengenal lingkungan baru, dan beradaptasi dengan sistem pembelajaran yang pastinya berbeda dari masa sekolahnya. Namun, hal tersebut tidak akan mungkin terjadi pada tahun ini.
Ketika ditanya mengenai perasaan atau pendapat mereka mengawali semester baru dengan PJJ, respon yang diberikan cukup beragam. Ada yang sedih, ada pula yang menyambutnya dengan positif dan penuh rasa maklum.
“Sebenarnya secara keseluruhan biasa saja karena mulai terbiasa dengan PJJ dan kehidupan serba daring. Namun, tentu semua akan lebih menyenangkan jika offline,” ungkap Isha, mahasiswi FIB angkatan 2018.
Berbeda halnya dengan Isha yang mulai terbiasa dengan PJJ, beberapa mahasiswa masih belum menerima sepenuhnya PJJ ini. Seperti yang diungkapkan Sani, mahasiswi FISIP angkatan 2017.
“Perasaannya sedikit stres karena bingung mau kerja, bingung aktifitas. Pengen ketemu orang banyak, tapi kondisi pandemi yang tak kunjung usai nggak memungkinkan untuk berkumpul ramai-ramai. Jadi bingung gimana biar nggak bosen di rumah aja, gimana ngalihin bosen di depan laptop seharian,” terangnya.
Sementara itu, maba juga kurang antusias menyambut masa kuliahnya dengan PJJ.
“Tentunya sedih, soalnya aku maba yang belum pernah ke kampus, nggak tau apa-apa, belum kenal dan pernah ketemu sama temen-temen baru satu kampus, belum tau mereka kayak gimana, tau-tau udah harus belajar lewat online, ngerjain tugas kelompok online bareng,” kata Nia, mahasiswa baru FIB.
BACA JUGA: Peran Mahasiswa dalam Menghadapi “New Normal”
Komentar Tentang Opsi Blended Learning
Beberapa waktu lalu, UI sempat mewacanakan diadakannya blended learning, yaitu sistem pembelajaran kombinasi daring dan luring. Namun, hingga saat ini belum jelas apakah sistem tersebut akan diterapkan atau tidak.
Ditanya soal hal itu, beberapa mahasiswa UI menyambutnya dengan pesimis. Salah satunya Rasyid, mahasiswa FKM angkatan 2017. Ia merasa blended learning kurang bisa diterapkan karena kedisiplinan orang Indonesia masih kurang.
Senada dengan Rasyid, Isha juga merasa blended learning bukan solusi karena angka Covid-19 di Indonesia masih cukup tinggi dan dikhawatirkan akan menganggu mobilitas mahasiswa. Solusi lain yang bisa diterapkan menurutnya adalah dosen dapat menggunakan video conference seperti Zoom atau Google Meet agar mahasiswa bisa lebih memahami materinya. Dengan demikian, diharapkan antara dosen dan mahasiswa masih dapat terjalin komunikasi.
BACA JUGA: Sidang Skripsi Bukan Momok Yang Menakutkan, Simak Deh 4 Tips Ini!
Harapan Mengenai PJJ Semester Ini
Rasyid berpendapat urusan akademik menjadi lambat karena harus dilalukan secara daring. Ia berharap agar semua kegiatan perkuliahan seperti praktik dan penelitian bersama dosen dapat dimudahkan.
“Karena jujur agak ribet skemanya gara-gara online,” ungkap Rasyid.
Di pihak lain, Isha berharap agar dosen mampu membuat konsep pembelajaran yang dapat menghidupkan interaksi dengan mahasiswa, meskipun hanya secara daring.
“Sehingga rasanya tidak hanya tugas saja yang didapat, tapi ilmu juga,” kata Isha.
Sementara itu, Nia dan Sani meletakkan harapannya pada pemerintah. Nia berharap bantuan kuota dari pemerintah bisa segera didistribusikan, sedangkan Sani berharap agar penanganan Covid-19 ini bisa dipertegas oleh pemerintah dan dipatuhi oleh masyarakat.
“Biar bisa wisuda di Balairung,” terang mahasiswi yang tahun depan akan wisuda tersebut.
BACA JUGA: Mari Mengenal PKKMB, Kegiatan Awal MABA UI Versi Baru
Referensi gambar header: duniadosen