Penulis asli: Wawan Setiawan, Ilmu Komputer Fasilkom UI 2008
Sumber Tulisan: http://www.facebook.com/note.php?note_id=458509594382
Pada hari Rabu, 10 November 2010, Presiden Amerika Serikat rencananya akan memberikan kuliah umum di Balairung Universitas Indonesia. Sebagai tuan rumah, Indonesia terlihat mempersiapkan kedatangan tamunya dengan baik. Terlihat pengamanan di sudut-sudut strategis kampus. Sehubungan dengan hal tersebut, proses perkuliahan diliburkan mulai pukul 13.00 hari Selasa sampai hari Rabu.
Seperti dikutip beberapa media pewarta, sebagian masyarakat menilai persiapan yang dilakukan terlalu berlebihan. Bahkan ada unsur mahasiswa yang secara terang-terangan menolak kedatangan Obama ke UI. Hal ini wajar-wajar saja dalam situasi demokrasi, yang perlu ditekankan adalah bahwa demokrasi selalu mendahulukan kepentingan bersama, bukan kepentingan golongan, kepentinga partai, maupun kepentingan sebagian elemen masyarakat saja.
Sebagai presiden Amerika Serikat, gerak-gerik Obama tentu selalu menjadi incaran perbincangan baik kaum intelektual maupun masyarakat sipil, termasuk rencana kedatangannya ke Indonesia. Obama dikenal memiliki kedekatan khusus dengan Indonesia karena pernah tinggal di Indonesia ketika usia sekolah dasar sehingga kedatangannya ke Indonesia yang ia anggap sebagai nostalgia cukup beralasan. Akan tetapi topik pembicaraan tidak difokuskan pada masalah tersebut karena terlalu cengeng jika  mengungkit sejarah Obama dan menjadikannya sebagai pokok permasalahan. Sebagai pertemuan dua kepala negara, tentu saja ada misi khusus baik untuk kepentingan Indonesia maupun untuk kepentingan Amerika Serikat.
Ekonomi
Indonesia sebagai salah satu negara sahabat dinilai memiliki peran penting bagi Amerika Serikat. Sebagai negara mayoritas Islam terbesar di dunia, Indonesia setidaknya dapat membantu kepentingan Amerika untuk memulihkan citra di negara Islam. Selain itu, cukup banyak investasi negara adikuasa tersebut di Indonesia. Sementara Indonesia yang tidak mungkin serta merta mampu melepaskan diri menilai Amerika masih menjadi salah satu tumpuan ekonomi.
Indonesia saat ini masih sangat tergantung dengan negara asing termasuk Amerika dalam urusan ekonomi. Sudah seharusnya indonesia memberikan kepercayaan untuk mengolah kekayaan kepada pemuda-pemuda Indonesia karena disadari atau tidak disadari, pemuda Indonesia memiliki potensi yang besar.
Konflik Internasional
Dilihat dari sudut pandang lain, Amerika Serikat yang bersekutu dengan Israel bukanlah sahabat yang dapat diandalkan diranah internasional. Sepak terjangnya dalam mendukung dan mempertahankan Israel sebagai sebuah negara dilatarbelakangi oleh banyak hal. Selain itu, konflik-konflik multinasional terutama di negara Islam sudah menjadi bukti pada siapa Amerika berpihak.
Salah satu isu yang populer adalah mengenai The New World Order yaitu isu internasional yang digerakkan oleh kaum zionist. Hal ini tidak sesuai dengan apa yang diperjuangkan bangsa Indonesia untuk membantu perdamaian dunia. Amerika tidak akan pernah menghentikan campur tangannya di negara timur tengah begitu pula keterlibatannya dalam gerakan-gerakan bawah tanah.
Seyogyanya hal ini dapat disadari sedini mungkin oleh Indonesia. Indonesia tidak seharusnya tersenyum dan terus-menerus mengaguk oleh setiap ucapan Amerika. Indonesia memiliki sikap dan harga diri yang pemuda-pemuda Indonesia namakan kedaulatan negara sebagai harga mati.
Sosial Budaya
Salah satu pemaklum sikap Indonesia yang seolah terlihat selalu ramah adalah karena budaya berperilaku bangsa Indonesia memang seperti itu. Meskipun kadang relatif terlihat seolah tidak berpendirian, akan tetapi budaya bukan sisi yang bisa dipertentangkan. Kebanggaan salah satunya timbul dari pengakuan terhadap kebudayaan, meskipun sebagian orang lebih memilih preferensi pribadinya untuk berperilaku ala Amerika yang menjamin semua hak asasi.
Kekhawatiran masyarakat Indonesia mengenai percampuran budaya yang sekarang terjadi bisa dipahami. Percampuran budaya Amerika ke Indonesia, misal budaya pop, sudah sangat mengkhawatirkan. Jika ada survey, kemungkinan besar masyarakat Indonesia lebih memahami budaya Amerika dibandingkan dengan budayanya sendiri. Meskipun keadaan ini tidak dapat dipersalahkan karena setiap orang memiliki haknya dalam memilih, termasuk memilih gaya berbudaya, bukan hal itu yang menjadi permasalahan.
Permasalahannya adalah, percampuran yang terjadi sifatnya asimilasi bukan akulturasi. Masyarakat Indonesia justru hampir-hampir tidak menyadari budaya asli. Meskipun perlu pembuktian lebih lanjut, insepsi kebudayaan Amerika sangat dipengaruhi oleh keberhasilan dalam menerapkan kontrol pikiran (mind control) sehingga seolah-olah budaya tersebut menyenangkan dan menjadi bagian dari individu.
Kesimpulan Umum
Sebagai tuan rumah dalam kunjungan kenegaraan, Indonesia dan UI sudah mampu menunjukkan i’tikad baik dalam menyambut tamunya sebaik mungkin. Kemampuan penyambutan ini tidak perlu dipermasalahkan karena hal tersebut merupakan common sense.
Meskipun demikian, Indonesia punya pendirian dan harga diri dalam meandang setiap hal, termasuk memandang apakah Amerika sebagai negara sahabat, atau negara musuh. Indonesia tidak akan selamanya mengandalkan Amerika. Indonesia harus menyadari bahwa misi Amerika meskipun dibungkus dengan apik dan secara eksplisit baik, tidak akan selamanya menguntungkan dan tidak selamanya memberikan maslahat.
Meskipun demikian, menaklukkan Amerika dengan cara-cara radikal dan dengan cara-cara yang tidak cerdas bukan lagi hal yang dapat diharapkan keberhasilannya. Bagaimanapun juga, kedekatan Indonesia dengan Amerika masih tetap dibutuhkan baik untuk kepentingan kenegaraan maupun kepentingan-kepentingan lainnya.
Daftar Isi
Positif thinkingnya mana neh anak UI, jadi terlihat membela n sekutu pasa gitu…
Utamakan kepentingan siapa tadi……??
Positive thinking itu harus. Terus terang saya kurang begitu senang dengan euforia yang berlebihan terhadap kedatangan Obama ke Indonesia. Logika sederhananya adalah tidak mungkin bangsa lain akan memperjuangkan bangsa Indonesia. Salut buat Obama yang berhasil menyampaikan kepentingan bangsanya dengan disambut tepuk tangan orang-orang Indonesia. Teringat komentar Eep Saefullah Fatah, “tidak penting ketika Obama datang tapi aksi apa yang akan Bangsa Indonesia (pemerintah) lakukan setelah kepergiannya.”
Meskipun demikian, menaklukkan Amerika dengan cara-cara radikal dan dengan cara-cara yang tidak cerdas bukan lagi hal yang dapat diharapkan keberhasilannya. Bagaimanapun juga, kedekatan Indonesia dengan Amerika masih tetap dibutuhkan baik untuk kepentingan kenegaraan maupun kepentingan-kepentingan lainnya –>> Thats Right!!
Americans should love muslim who are one in 4 possible customers on earth, because of Muslim, America will reach full employment and low taxes.
Just a few-americans hate and fear to muslim, and that is more “because of stereotypes”.
Now, Obama is trying to bridge hundred years conflict between western and muslim, he isn’t perfect but he is the best that WORLD have had in a long long long time.
Obama jauh lebih oke lah daripada Bush 😀
Kita tidak tahu apa yang dibicarakan antara Obama dan SBY ketika ngobrol empat mata.
Yang jelas, sekuasa apapun seorang tamu, ia akan bersikap selayaknya tamu. Begitupun dengan Mr. Obama.
Terkait konflik Barat dan Muslim, sejarahlah yang akan membuktikannya.