Pasar Malam Gambir, Sebuah Bentuk Wisata Jakarta Jaman Doeloe

pasar malam gambir

Dua bulan yang lalu, Pekan Raya Jakarta Kemayoran hadir menjadi salah satu bentuk wisata Jakarta yang meriah, sebagai salah satu acara menyambut HUT Jakarta. Berbagai barang dipamerkan dan dijual, dengan target penjualan 5 trilliun rupiah dalam satu bulan pameran. Warga Jakarta tentu tidak asing lagi dengan pesta tahunan ini. Tapi siapa sangka, ternyata cikal bakal Pekan Raya Jakarta telah ada satu abad silam.

Bentuk wisata Jakarta berupa festival rakyat yang dinamakan Pasar Gambir telah hadir di awal abad ke-20. Kemeriahannya tidak kalah dengan Pekan Raya Jakarta yang digelar baru-baru ini. Pasar Gambir digelar sebagai peringatan Hari Ulang Tahun Ratu Wilhelmina yang jatuh di akhir Bulan Agustus. Oleh karena itu, biasanya Pasar Gambir digelar akhir Agustus hingga awal September.

Awalnya, Pasar Gambir adalah tontonan kaum militer. Karena melihat adanya peluang ekonomi yang bagus,pemerintah kotapraja Bataviamengambil alih dan memperluas penyelenggaraannya. Alhasil, Pasar Gambir menjadi ajang pesta rakyat Jakarta.Saat itu, Pasar Gambir memiliki konsep yang unik dan berbeda-beda dari tahun ke tahun. Sebagai contohnya, pada tahun 1925 Pasar Gambir mengambil tema bangunan-bangunan rumah Tiongkok. Pada tahun 1938, Pasar Gambir didesain sebagai miniatur rumah adat Toraja dan Bugis.

Bentuk wisata Jakarta tempo doeloe ini jika dibandingkan dengan Pekan Raya Jakarta memiliki beberapa kemiripan. Di bawah ini adalah beberapa kemiripan tersebut.

  1. Keduanya sama-sama mengusung nama daerah di Jakarta. Satu mengusung nama Gambir, yang lainnya mengusung nama Kemayoran. Adakah yang tahu alasan pemberian embel-embel nama daerah di kedua nama acara tersebut?
  2. Meskipun orientasi kepentingannya berbeda, kedua folkfest tersebut digelar untuk memperingati hari penting. Satu untuk memperingati hari ulang tahun Ratu Belanda, satu lagi untuk memperingati Hari Ulang Tahun Jakarta.
  3. Baik Pasar Gambir maupun Pekan Raya Jakarta digelar sebagai pesta tahunan, sehingga dinanti-nantikan banyak orang.
  4. Keduanya juga menjadi ajang berbagai perusahaan, UKM, lembaga, dan pedagang lainnya untuk menjual dan memamerkan berbagai macam produk.
  5. Pemerintah, baik Belanda maupun Indonesia menggembor-gemborkan Pasar Gambir dan Pekan Raya Jakarta sebagai folkfest yang menyediakan hiburan bagi semua lapisan rakyat.
  6. Akan tetapi pada kenyataannya ajang pesta tahunan tersebut hanya dinikmati sebagian besar oleh golongan kelas menengah ke atas yang mampu secara finansial. Masyarakat bawah hanya menjadi bagian yang terpinggirkan di bagian-bagian tertentu.
  7. Sebuah kemiripan lainnya, saat digelarnya acara, keduanya sama-sama menjadi tempat “mabuk” para warga Jakarta dan sekitarnya. Maksudnya hampir semua warga bisa dibilang “mabuk Pasar Gambir”, atau “mabuk Pekan Raya Jakarta” karena antusiasme mereka yang sangat besar.

Bentuk wisata Jakarta yang ada sekarang ternyata masih memiliki kemiripan dengan yang ada di zaman dulu. Di antaranya terlihat dari penyelenggaraan kedua atraksi wisata pesta rakyat di atas. Selain itu, permasalahan yang ditimbulkan juga cenderung sama, yaitu masalah segregasi sosial yang nampak di dalam penyelenggaraannya. Keduanya seakan-akan bukan menjadi pesta rakyat yang dapat secara merata dinikmati seluruh lapisan rakyat Jakarta.

Melalui bentuk wisata Jakarta, ternyata dapat pula belajar sejarah. Jakarta adalah sebuah daerah yang memiliki permasalahan kompleks. Penyelenggaraan Pekan Raya yang menjadi pesta tahunan juga menimbulkan masalah bagi beberapa pihak, terutama Pemerintah DKI dan penyelenggara. Barangkali dengan menengok sebentar melalui sejarah, akar permasalahan akan ditemukan dan jalan keluar yang paling bijak dapat diambil untuk kemajuan wisata Jakarta.

Nah bagi anda yang bertempat tinggal di luar Jakarta, dan ingin melihat wisata jakarta dan memahami sejarah Jakarta, di kota terbesar no satu di Indonesia ini juga menyediakan berbagai macam tempat menginap baik per malam maupun per bulan. Selain hotel di Jakarta yang sangat bervariasi harganya mulai dari yang termurah sampai berbintang, juga banyak apartemen yang bisa anda gunakan untuk tempat bermalam sambil menikmati pesta rakyat. Tips dari kami, carilah tempat menginap yang tidak jauh dari bandara atau stasiun kereta api atau dekat dengan tempat yang ingin anda datangi, karena seperti yang kita ketahui bersama Jakarta dari dulu sampai sekarang tetap saja macet.

Leave a Comment