Pembangunan di UI Sungguh Irrasional

Mari kita melihat pembangunan UI pasca terpilihnya rektor baru. Pembangunan besar-besaran atas jalur sepeda yang menghabiskan dana milyaran rupiah, pembangunan halte-halte yang sebenarnya tidak ada masalah, dan hadirnya Bikun baru full AC. Sepeda hanya digunakan untuk jalan-jalan, apakah ini tujuannya? Jika dikaji dengan seksama, manakah dari ketiganya yang bisa dikatakan berhasil dan sesuai tujuan. Menghamburkan dana yang sangat tidak masuk akal.

Jalur sepeda yang dibangun ini hanya akibat kelatahan dengan go green, semuanya harus hijau, back to nature. Jalur sepeda ini akan dibangun mengitari UI yang nantinya akan menghubungkan satu tempat dengan lainnya. Tempat yang tidak terjangkau dengan Bikun akan bisa dicapai dengan sepeda kuning -Sekun- ini. Namun jalur sepeda yang dibangun ini hanya menyediakan sejumlah sedikit sepeda di setiap posnya. Hanya ada 1-10 Sekun di setiap posnya. Memang mahasiswa UI ada berapa? Seratus sehingga hanya disediakan sejumlah itu. Jika kita ingin memakai dengan buru-buru untuk menuju ke suatu tempat di UI biasanya sudah tidak ada lagi. Contohnya di belakang MUI, sepedanya sering kali kosong.

Jika memang jalur sepeda yang jadi prioritas untuk mewujudkan go  green itu seharunya ada prioritas pada pembangunan infrastruktur dan jumlah sepeda yang memadai ini. Nyatanya sepeda lebih sering digunakan para mahasiswa untuk jalan-jalan keliling UI dari pada memaksimalkan penggunannya.

Selanjutnya, pembangunan halte di UI. Ada sebuah keanehan pada hal ini, halte-halte itu sebenarnya masih layak pakai, bahkan bisa dikatakan masih bagus semua. Tiba-tiba semuanya dibongkar, diganti dengan tampilan baru. Jika kita sempat mengamati bahwa ada halte baru di tengah-tengah antara FIK dan PKM. Halte itu baru dibangun dan terpaksa dibongkar lagi karena akan disesuaikan dengan rencana yang tiba-tiba berubah. Tujuan dari tampilan baru ini pun kurang jelas. Memangnya rektorat kelebihan uang sehingga menghamburkan dengan membangun halte yang gunanya sama saja. Menunggu Bikun datang.

Mengenai adanya Bikun yang baru semakin merancukan sebenarnya proioritas apa yang direncanakan oleh rektorat. Pembangunan sepeda kuning (Sekun) belum sukses disusul dengan hal boros lain. Kalau ada lima Bikun baru berapa anggaran biaya yang dikeluarkan per bulan? Menurut informasi sampai saat ini adalah baru mencapai puluhan  juta karena UI hanya menyewa.

Pembangunan jalur sepeda yang menghabiskan dana milyaran rupiah belum menunjukkan hasil yang mantap tiba-tiba disusul dengan hal aneh lain. Bikun baru, sedangkan bikun lama dibiarkan jadi sampah tak terolah di kandangnya.
Ditambah dengan halte-halte dengan wajah baru. Mungkin nanti jangan aneh jika ada hal baru yang tidak masuk akal dan sangat tidak perlu yang dilakukan oleh rektorat.

Harusnya ada prioritas pembangunan sarana dan prasarana di UI, bukan asal serang dan timpuk. Apakah rektor baru harus semua baru? Biar diakui melakukan perubahan? Pikiran konyol siapa ini. Memang ini memakai uang siapa? Uang
rektorat, rektor yang seenaknya sendiri menggelontorkan dana yang sebenarnya tidak perlu. Ujung-ujungnya berasalasan dengan meminta sumbangan ke mahasiswa baru bahwa biaya kuliah di UI sangat mahal. Padahal yang membuat mahal adalah pihak rektorat sendiri dengan pembangunan yang tidak terarah.

Rektor baru, aneh…konyol…
Ambisius dan latah…

23 thoughts on “Pembangunan di UI Sungguh Irrasional”

  1. gw kira dah oke adanya Bikun yang full AC, dah lebih manusiawi, mungkin si om yang nulis nech belum ngecek bagaimana klo pagi2 naik bikun sebelum adanya bikun baru, sejak gw kuliah di UI tahun 2005, baru tahun ini bikunnya paling manusiawi, dan standar keselamatannya Oke banget. Dari pada dulu, tak terhitung berapa kali gw berangkat ama pulang bergelantungan di pintu hampir jatuh….si Om belum flashback ke masa lalu ataw jangan-jangan jarang naik Bikun…gw bandingin naik bikun pagi2 dari Halte Gerbatama pagi2 tahun 2005 ama 2009 udah beda banget…..

    Adanya jalur sepeda juga gw kira sangat membantu klo misalnya kita ke perpus pusat ataw tempat yang susah di jangkau apalagi klo tempatnya jauh gtu/bikun penuh…
    klo jalan-jalan ataw tujuan lain ya ga paalah, sekali2 biar sehat, lagian juga [katanya] jalur sepeda ama sepedanya hasil sumbangan ko…

    klo masalah halte bikun, no commentlah, tapi klo akhirnya FH dalam sejarahnya di bangunin ama Rektorat Halte Bikin…

    Akhirnya, sampai pada kesimpulan..

    BIKUN, SEKUN, HAKUN (Halte Bikun), Program yang perlu di dukung kita semua dengan memanfaatkan dengan baik…[ngapain bayar DKFM klo ga dipake]

    Reply
  2. Gue pikir permasalahan bikun awalnya bukan pada sarana pendukung seperti sekarang. namun lebih kepada ketepatan waktu mahasiswa di tempat tujuan. (asumsi ini sebelum adanya bikun baru, karena saya yakin jika sudah mencicipinya akan berubah pemikiran.
    Gue hanya melihat ini sebagai reaksi jangka emosional jangka pendek rektorat atas tuntutan mahasiswa. baca artikel saya di http://www.uigue.com/2009/02/bikun-baru-reaksi-emosional-rektorat-jangka-pendek/ yang saya kaitkan dengan cost benefit nya.

    Berkaitan dengan sepeda saya tidak masalah karena itu dari sponsor.

    semoga kampus kita lebih baik lagi!amin..

    Reply
  3. hmm…
    yang gw liat sepertinya rektorat mungkin meniru kebijakan soekarno dulu…
    mau kayak apa mahasiswa dan orang lain ngomongin apa,yang penting sebagai rektor dia mampu membuat suatu hal atau benda yang nantinya akan menjadi simbol/ikon di UI.soekarno melakukan hal yang sama ketika membangun Monas dan stadion senayan.
    Populis lah pada intinya

    Reply
  4. to sururudin FH/Ilmu Hukum/2006 (penulis)
    —–
    wah … hati-hati loh tulisan bisa mendeskripsikan seperti apa sang penulis.
    think out of box dong sebelum nulis.
    tapi…. tulisan ini opini loe(jadi gak masalah)
    cuma kalau mau beropini…. coba merenung lebih dalam. tidak semua yang loe liat itu bener. ada kebenaran yang tersembunyi dibalik pengelihatan.

    to #5: putra
    yang gw liat sepertinya rektorat mungkin meniru kebijakan soekarno dulu…
    ——–
    wah menjudge nih , bener nih sama ? emang udah mengetahui kebijakan soekarno sejauh apa ? dan kebijakan gumilar sejauh apa ?
    weleh weleh

    to : #4: izal
    saya kaitkan dengan cost benefit nya :

    “Saya melihat, akar permasalahan awal bikun yang diperjuangkan mahasiswa bukanlah bikun yang mewah dengan berbagai fasilitas pendukungnya. Melainkan bagaimana bikun dapat membantu mahasiswa tepat waktu.”
    ——
    sekedar info : ada juga mahasiswa yang memang sudah datang kekampus telat. karena ia buru-buru, dan ketika ia di halte tidak ada bikun, maka jadilah ia memaki-maki bikun

    “Kaitan dengan kuantitas bikun lama yang berjumlah 10 (kalo gak salah-red) sudah mencukupi tanpa perlu adanya penambahan. maslahnya justru ada di berapa menit sekali bikun beroperasi. Ini yang sering dikesalkan mahasiswa, terkadang 1jam, setengah jam, 15 menit dan lain-lain. Waktu yang tidak menentu ini, karena selalu terjadi penumpukan bikun di asrama, yang menghambat mahasiswa untuk teat waktu”
    ——
    for info : setau gue bikun sekarang di jalankan operator yang didapat dari tender. (?) kenapa hal ini dilakukan.
    1. Coba deh loe perhatikan setau gue udah lebih dari 5 taon yang lalu mahasiswa mengeluh hal yang sama (waktu) tapi ketepatan bikun gak berubah.

    2. Dengan adanya operator, mungkin bisa ditekan agar waktu bikun lebih terkontrol. (lebih mudah mengontrol antar institusi) dari pada per individu (supir)
    3. Setau gue di dalam pengadaan angkutan maupun transportasi jalan raya … adalah wilayah dimana banyak biaya siluman yang muncul. Dengan operator hal ini lah yang mungkin ingin di tekan.

    —– (OOT)
    wah uigue.com — apa lagi nih. hahaha… makin banyak aja yang buat komunitas mhs ui sejenis blog anakui.com
    mungkin ini terkait dengan politik kampus kali ya (?) (bagus deh makin banyak blog sejenis makin seru, asal konstruktif)

    Reply
  5. Menyikapi sedikit opini penulis

    kebijakan yang dibuat organisasi itu haruslah mengacu kepada apa yang menjadi visi, misi, dan tujuan organisasi. kiat lihat apa yang menjadi visi, misi, dan tujuan UI.

    Visi

    “Menjadi Universitas Riset Kelas Dunia.”

    Misi

    * Menyelenggarakan Pendidikan Tinggi berbasis riset untuk pengembangan Ilmu, Teknologi, Seni dan Budaya.
    * Menyelenggarakan Pendidikan Tinggi yang mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf dan kualitas kehidupan masyarakat Indonesia serta kemanusiaan.

    Tujuan

    Mempertahankan reputasi UI sebagai universitas terbaik di Indonesia dengan menghasilkan kualitas lulusan yang mampu bersaing di pasar global dan kualitas riset yang bertaraf internasional serta menghasilkan produk Research & Design yang dapat mendukung daya saing Internasional.

    *Sumber http://www.ui.ac.id (tentang UI)

    jika di lihat terminal value UI di atas, saya memperkirakan bahwa instrumental value yang digunakan oleh pembuat kebijakan UI adalah kebijakan-kebijakan yang mengarah kepada pembangunan non-fisik (SDM)sebagai prioritas dari pada pembangunan fisik (infrastruktur). Tetapi, perkiraan saya salah, ternyata kebijakan pembangunan fiaik lebih banyak dari pada non fisik. Padahal sebaiknya kebijakan2 seperti merangsang peningkatan atmosfer riset sebagaimana amanat MWA tentang roadmap UI 2007-2010) {http://www.ui.ac.id/download/files/roadmap-ui.pdf} menjadi prioritas utama jika ingin menjadi Universitas riset kelas dunia daripada membangun trek sepeda, kecuali jika visi UI adalah menjadi universitas paling peduli lingkungan.saya rasa, tanpa ada trek sepedapun UI sudah cukup green kok, sebenarnya yang lebih penting green itu adalah behaviour manusianya daripada fisik lingkungannnya. Percuma saja kalau semuanya dibangun, toh nantinya akan dirusak oleh manusia.

    jika kita lihat dengan kaca mata berbaik sangka, kebijakan pembangunan fisik yang jalan selama ini, mungkin merupakan prasyarat dan prakondisi menuju tujuan organisasi. tapi, jika kita lihat dari segi ekonomi politik public choice, dengan asumsi rasional egois bahwa perilaku birokrat itu adalah budget maximizer. nah, inilah yang kita takutkan, mudah2an birokrat UI tidak seperti itu.

    jadi intinya, langkah kita harus sesuai, selaras, seirama dengan tujuan kita.

    tolong dikritisi!

    Reply
  6. to #7: Rendi Pratama

    ——-
    “tolong dikritisi!”
    ——->
    seperti permintaan Mas Rendi, saya mau sedikit mengkritisi komentar anda.
    ——-

    “kebijakan yang dibuat organisasi itu haruslah mengacu kepada apa yang menjadi visi, misi, dan tujuan organisasi”
    ——>
    bener nih… biar jelas organisasi ini mau mencapai apa. bukan kah organisasi terbentuk karena adanya sebuah kesamaan (mungkin dalam hal ini tujuannya)

    ——
    “….ternyata kebijakan pembangunan fiaik lebih banyak dari pada non fisik.”
    —–>
    tapi untuk statement ini, kayaknya ntar dulu deh. Adakah bukti bahwa pembangunan fisik lebih banyak dari non fisik (?)
    mungkinkah penilaian ini muncul karena kita (anda) lebih mudah melihat pembangunan dalam bentuk fisik dibandingkan non fisik (?)

    —-
    sebagaimana amanat MWA tentang roadmap UI 2007-2010){http://www.ui.ac.id/download/files/roadmap-ui.pdf
    —>
    bagus nih dokumen tapi udah dibaca semua belom mas (?)
    coba deh liat tiap tahun ada rencana strategisnya (2007-2012)
    nah disini baru bisa kita kritisi deh…. (karena lebih real dari pada visi dan misi) pembangunan UI sdh sesuai prioritas belum(?)

    2008-2009
    pokoknya ada lima (panjang kalo ditulis disini). manajemen keuangan, sistem SDM, resource sharing, road map penelitian pengajaran n pengabdian, program akademik.
    –> apakah hal ini mudah diperhatikan dibandingkan dengan bangunan fisik. mungkin akan lebih sulit. tapi coba amati lebih jauh. di tahun 2008 kemarin banyak terjadi perubahan di rektorat diantaranya :heboh sentralisasi keuangan (kewenangan fakultas jadi lebih berkurang), Penataan SDM di lingkung UI (lebih sulit untuk menjadi dosen tetap UI), unit-unit penelitian seperti kembali menggeliat, dan kebebasan kurikulum akademik sesuai dengan kebutuhan fakultas…. (mungkin ada yang lain lagi)

    dan untuk (2009-2010)
    buka dan baca sendiri deh biar lebih konfrehensif. tapi yg jadi kutipan disini : “periode kedua dilakukan setelah sarana dan infarstruktur perubahan pada tahapan pertama selesai dilakukan”.

    untuk selanjutnya (2009-2010),(2010-2011), (2011-2012). Ayo deh kita telaah sama-sama dan awasin rektorat apakah sudah sesuai apa belom ama renstra yang dibuat.(dan lanjutin diskusi kita)
    ——

    Think Out of Box.
    (biar kita “benar-benar” bisa meluruskam yang salah) baik itu rektorat maupun mahasiswa.
    tidak mudah mengatakan itu hitam atau itu putih

    ——
    terlepas dari itu, saya suka komentar anda yang mengutip visi misi dan tujuan UI sebagai sebuah organisasi, Hal ini menyentil saya. sejauh saya kuliah di UI mungkin baru kali ini saya membaca visi, misi dan tujuan UI. (mungkin pernah sekilas membaca ketika ada di lantai 1 rektorat).

    Bagaimana dengan rekan mahasiswa yg lain(?)
    apakah mereka se’ngeh’ mas Rendi Pratama bahwa UI punya Visi Misi dan tujuan (?)
    Sebenarnya bukankah mahasiswa bagian dari organisasi ini (UI) (?) dan turut andil dalam pencapaian visi misi tujuan UI (?)

    Reply
  7. menurut gw ud sangat berkembang lah UI dengan fasilitas2 baru yang lebih baik,,tapi klo mo wujudin jadi kampus riset kan mestinya infrastruktur penunjang dalam bidang riset itu yang harus diperbanyak,,,tapi gw ud salut ngeliat ui yang sekarang semoga perkembangannya ke arah yang positif terus,dan bisa dinikmati semuanya

    Reply
  8. To Iseng:
    Boss, ente kaya kampanye rektorat.
    kalo emang ente dari rektorat terlalu munafik pake nama palsu. Pake nama ‘iseng’..apaan ini?..ga usah marah ato emosi lagi deh

    Sepertinya ente juga cukup reaktif pada setiap tulisan dan tanggapan yang ente berikan..hampir semua anak ngomong ditanggapi..ga sibuk boss? ato ini memang kerjaannya? nanggapi mahasiswa..ga ngajar ato wakil rektor bidang kurang kerjaan? iseng benerr..hahaha

    Pake nama asli ato panggilan ajahh..
    kita fren disini..Oke Coyy

    saya melihat tulisan di atas dan membaca waktu baru awal terbit. Sebelumnya memang saya pikir begitu. Kurang ada prioritas dalam pembangunan di UI..

    Mungkin Gue juga masih sama2 mahasiswa seperti Penulis..Freedom to Speech..ga usah takut ma ancaman dari ‘Iseng’yang sedikit mendiskreditkan penulis:
    ” to sururudin FH/Ilmu Hukum/2006 (penulis)
    —–
    wah … hati-hati loh tulisan bisa mendeskripsikan seperti apa sang penulis.
    think out of box dong sebelum nulis. ”

    santai aja Coyy..kita bebas bicara, yang penting ada fakta dan terserah kita mau melihat out of the box ato ga..

    yang penting kita bertangung jawab dan HAM menjamin itu..

    Oke Coyy..baik penulis artikel ato ‘iseng’

    Reply
  9. udah lah nikmati aja….

    hati2 bung, kita memang bebas berbicara alias bebas beropini.
    karena hak.

    tapi semuanya perlu ditanggungjawabkan oleh data…

    kalo gua liat sih, rektor kita emang idealis banget.
    mbok, dengarkan orang juga lah pak…

    :beer:

    Reply
  10. to #10: alex
    ———-
    santai aja Coyy..kita bebas bicara, yang penting ada fakta dan terserah kita mau melihat out of the box ato ga..

    yang penting kita bertangung jawab dan HAM menjamin itu..

    ——->
    nah… kan kamu sendiri yang bilang tuh… jadi, saya pun bebas berbicara, yang penting bertanggung jawab dan HAM menjamin itu.

    Sesuai dengan statement saya sebelumnya :
    “tulisan itu bisa menggambarkan diri penulis”
    berarti siapapun (termasuk saya, anda dan penulis) sudah siap di nilai oleh orang lain ketika tulisannya masuk ke ranah publik.

    ——
    Boss, ente kaya kampanye rektorat.
    ——>
    silahkan kalau di nilai saya mengkampanyekan rektorat, itu hak yang menilai.

    ——
    iseng benerr..hahaha
    ——>
    enulis comment disini memang bukan pekerjaan saya, dan lagi iseng aja disela-sela kesibukan, jadi deh menulis disini.

    —–
    Mungkin Gue juga masih sama2 mahasiswa seperti Penulis..Freedom to Speech..
    —–>
    cuma mau ngasih tau, gue juga mahasiswa. Mungkin definisi mahasiswa sudah semakin sempit ya (?)
    apakah sebutan mahasiswa hanya untuk orang yang memiliki ide dan pemikiran tidak sepakat dengan sebuah kebijakan (rektorat dalm hal ini)(?)
    kalau kayak gitu sempit banget ya (?)

    ——
    Pake nama asli ato panggilan ajahh..
    kita fren disini..Oke Coyy
    ——>
    ini lah konsekuensi dunia maya, siapapun boleh berkomentar. dengan nama apapun.
    kecuali kalau admin anakui.com membatasi hanya member anakui.com saja yang boleh comment.

    —————————————-
    gue suka kata baygon Tumpah :
    “dah nikmatin aja”

    dan ayo lah kita berdiskusi yang kena ke esensi. Kita diskusi yuk, sesuai topik yang diutarakan penulis : Tentang Pembangunan di UI “.. Kayaknya #10: alex belum mengutarakan sama sekali tentang pendapatnya mengenai pembangunan di UI. (?) iya kan (?)

    Reply
  11. ada-ada saja penulis ini, selalu tidak mensyukuri ada yg telah diberikan…..
    bikun penuh ngomel- bagus ngomel
    ckckckc
    n klo sepeda yg dipake jalan2 ya ga masalah lah mas, drpada hanya jd pajangan dihalte…….. Tp mungkn yg harus diperbaiki adalah jumlah sepeda yang diperbanyak khusunya jam2 sibuk….

    Reply
  12. lagi deh….
    yg gw harapkan adalah dipercepatnya UI yang tidak lagi bisa dimasukin kendaraan bermotor
    itu berarti harus disipakan lahan parkir yang dapat memuat seluruh kendaraan civitas UI…..

    Reply
  13. gw juga mikirnya gitu…padahal halte2 bikun yang di ganti desainnya masih layak pakai. Halte yag d FIK misalnya padahal itu bari selesai dibangun udah harus dibongkar.
    mubazir banget.
    UNtuk sepeda, gw sering dengar tmn2 gw bilang buat jalan-jalan keliling UI doank, foto2 pakai sepeda yang kemudian di upload di Fb..sungguh ironis keadaan yang tidak sesuai dengan tujuan…

    padahal banyak infrastruktur yang masih perlu di perbaiki…..

    Reply
  14. Pokoknya Prioritas bung..
    Ngapain mahal2 kalo buat jalan2..
    dan ngapain susah2 bikin halte baru kalo pada akhirnya sama saja..
    ngabisin dana..

    Reply
  15. halte tidak bermasalah?? waduh ini yg bikin topic anak ui bukan ya? halte di ui itu walaupun ga semuanya kalau menurut saya sih bermasalah, udah gak layak lah untuk sebuah universitas terbaik di negeri ini, soalnya halte2 di universitas kita ini sudah mulai bobrok (kotor byk sticker gak karuan, atap halte juga udah gak menandai kl itu halte, butek banget,hehe) menurut saya adanya halte baru ni sih bagus bgt skrg ui jd lebih enak dipandang mata dan pasti nya atapnya kl hujan gak bocor.. itu dia intinya.
    trus kl sepeda kurang memadai? yaaah namanya juga proses bertahap lah, kan dana ga sebanyak itu juga, perlahan, namanya juga perubahan.. kl dibilang latah ‘go green’ sih ga setuju ah, saya sebagai orang yang sangat concern dengan global warming adanya sepeda bagus, lebih baik ada sedikit ‘latah go green’ kan daripada gak sm skali? 🙂

    Reply
  16. Om, maaf ya, kalau nggak bisa bicara sopan mending gk perlu posting di web yangbanyak diliat orang deh.

    Pertama: Anda itu bodoh. Apakah Anda tahu bahwa sejak lama organisasi mahasiswa di UI menyampaikan ke rektorat untuk memperbagus kualitas pelayanan Bus Kuning. Respon rektor dengan mendatangkan bus kuning yang full ac tentu adalah respon positif.

    Lah, setelah permintaan mahasiswa dipenuhi, Anda malah berteriak, mencak-mencak. Anda Bodoh sekali.

    Kedua: Saya lihat Anda itu berasal dari angkatan 2006, well, berarti sudah 6 semester di UI ini kan. Tentunya Anda, seharusnya, memiliki pikiran yang jernih, terstruktur, dan tidak dengan luapan emosi. Saya mau bertanya kepada yang menulis, Anda itu sebenarnya beneran anak UI atau bukan? Jangan2 cuma oknum ytak bertanggung jawab yang bisanya hanya melempar amarah ke tengah2 massa dan kemudian ambil langkah 1000 ketika massa sudah tidak terkontrol.

    Teori motivasi atau psikologi sudah memberi bukti, bahwa perasaan itu bisa menular. APakah Anda ingin menularkan kemarahan yang nggak jelas ini ke anak2 UI yang lain?

    Ketiga: Kalau Anda gentle, sampaikan kritik langsung ke rektor yang bersangkutan. Jangan nyampah di forum umum seperti ini. Rektor itu pemimpin Anda. APa hak2 pemimpin dalam agama? (Ah, jangan2 Anda tidak mengetahui sedikitpun hak pemimpin..)

    Apakah Anda tau, banyak perusahaan besar menganggarkan dana untuk menyaring kualitas informasi yang mereka terima. Anda tahu kenapa? Itu adalah karena dalam segala hal pasti ada cost of time <– ngerti gk??
    Anda, wahai penulis, harus mengetahui bahwa tulisan ANda ini telah menghamburkan banyak waktu dan uang para pembaca. KErugian untuk negara ini, secara ekonomi dan sosial. Belum dari sisi pertanggungjawaban Anda di akhirat nanti.

    Wa akhiru da’wana ‘anil hamdulillahi robbil ‘alamin.

    Denny J.

    Reply
  17. Hmm, jadi ingin ngepos juga membaca tulisan dari sururudin.

    1. mengenai masalah halte UI
    memang perlu dikritisi juga dengan keberadaan halte yang tahu-tahu dirombak padahal masih bagus (indikatornya: tidak bocor, atapnya masih oke, ada tempat duduk) di beberapa tempat. Kalaupun rektorat ingin mengubah bentuk halte jadi lebih minimalis atau terkesan UI banget *cat kuning* kenapa tidak mencat saja atau membangun pelengkap seperti papan pengumuman, jam dinding digital. Mengubah tampilan tapi tidak mengubah struktur bangunan.

    tapi permasalahannya, mau diubah berapa banyak pun sama rektorat, mahasiswa teteeeeeeppp aja menempel pengumuman tidak pada tempatnya. Iya khan? Sehingga halte kesannya kumuh dan bekas dicoret-coret dan ditempeli kertas bermacam-macam dari info kost, kegiatan yang gak ada hubungannya sama kegiatan akademik atau non akademik UI. Jadi ini salah siapa?

    2. mengenai sepeda kuning
    sebenernya jalur sepeda itu dibuat adalah mewujudkan green campus. buat saya ini sah-sah saja karena saya sering menggunakan sepeda ini kalau mau pergi ke perpus pusat atau ke fakultas yang tidak dilewati oleh bikin secara langsung (FIB or Fasilkom atau rektorat). Sepeda itu setahu saya sumbangan deh (mohon dikoreksi) dan UI hanya membangun infrastruktur saja agar nantinya bisa dipakai untuk mewujudkan visi green campus itu.

    tapi lagi-lagi, waktu saya iseng-iseng melewai rektorat UI, seharusnya pihak rektorat juga memberi contoh dengan menggunakan sepeda juga kalau mau pergi ke rektorat karena di sana persediaan sepedanya begitu banyak dan sepertinya jarang dipakai.

    3. mengenai bis kuning
    bis kuning sekarang memang terkesan sangat manusiawi dan cukup lux kalau dilihat karena pakai AC. Menurut saya itu bagus-bagus aja karena seringkali merasa kasihan yang harus berdesak-desakan sampai bergelantungan. Lebih aman istilahnya. Dan bukannya tambahan armada ini adalah permintaan dari kita, mahasiswa sendiri ya? Kadang-kadang “kasihan” juga melihat rektorat yang udah ngasih yang baik eh malah disalahkaprah.

    karena udah gak mungkin lagi jalur sepeda dan halte bis dibongkar maka satu-satunya jalan yang bisa kita lakukan adalah merawat semuanya itu, jangan sampe rusak, kalau rusak nanti yang rugi kita juga karena dana diambil dari DKFM (gak tahu berapa presentasenya).

    mengenai bis kuning, hmm, itu juga harus dirawat. at least jangan joroklah.

    dan yang terakhir sampaikan kritik dan saran sama rektorat melalui organ-organ kemahasiswaan kampus kayak BPM Fak atau bahkan DPM karena mereka itu representasi kita di tingkat fakultas atau UI. Koordinasilah yang baik sama organ-organ itu, adalah HAK kita untuk bersuara dan organ-organ itu pun juga mempunyai kewajiban untuk mendengarkan kita sebagai bagian dari mahasiswa.

    🙂

    Reply
  18. hummm…spakat…
    sedikit informasi…karena dana yang msuk dipusatkan di rektorat, maka saat ini departemen saya menjadi sulit untuk mengeluarkan dana karena birokrasi yang sulit untuk pengajuan dana ke rektorat…dan karena itu pula kami yang sedang penelitian harus membayar sejumlah dana tertentu untuk penggunaan instrumen. agak sedih memang…s
    eharusnya pelayanan diprioritaskan untuk akademis dan penelitian,bukan hanya membangun sarana umum sehingga terlihat mewah dilihat dari luar namun tidak nyaman di dalam…

    Reply
  19. # Iseng
    Lu memang pengecut!
    Tidak berani menampakkan nama,
    Okelah, gw nutupin nama gw aja deh klo gitu,
    Iseng memang pengecut
    Ini dunia demokrasi, bebas beropini sih, tapi kalau ente pengecut, gw juga gpp lah

    Reply
  20. assalaamu’alaykum
    wah, lagi2, sang penulis fenomenal… 🙂

    iya, sebaiknya di kroscek dulu ke pihak rektorat,
    supaya cover all sides…
    lagipula saya kok pikir irasional adja ya?
    kan mahasiswa sekarang bayarnya mahal banget…
    nah, uang pembangunannya ya dari situ bukan?
    *pragmatis

    Reply
  21. Betul, sebaiknya memang di kroscek dulu ke rektorat. Tapi just wondering, kalau mahasiswa biasa mau nanya2 ke rektorat, ke bagian apa ya?

    Kalau sudah tau harus ke bagian apa, pertanyaan selanjutnya adalah, apa iya pihak rektorat mau gitu aja memberikan informasi yang dibutuhkan.

    Hmm kayanya enggak deh. Jadi emang lebih efektif lewat forum seperti ini. Mudah-mudahan ada perwakilan dari rektorat yang baca, bisa memberikan informasi yang lebih akurat.

    Semoga..

    @sdenny : anda kok kasar sekali langsung men-judge penulis sebagai orang bodoh. Jangan ngerasa SOK PINTAR deh disini. Toh ini cuma ajang bertukar pikiran aja kok.

    Reply

Leave a Comment