Perdagangan Budak di Batavia

Perdagangan telah menjadi kegiatan perekonomian yang utama di Nusantara. Perdagangan ada sejak jaman Sriwijaya laluditeruskan pada jaman Majapahit pada abad 13-14. Pada Jaman Majapahit telah ditemukan bukti perdagangan dengan dunia Islam dengan ditemukannya mata uang yang disebut uang Gobog yang bertuliskan kalimat syahadat dibelakang mata uang yang berbentuk bulat dengan lubang ditengah. Bukti tersebut menunjukkan bahwa perdagangan yang dilakukan oleh kerajaan-kerajaan di Nusantara

Pada tahun 1400 terbentuklah bandar niaga besar yaitu Malaka. Kondisi geografis Malaka yang strategis sebagai penghubung antara Arab, India dan China membuat Malakan tumbuh menjadi emporium besar. Banyak sekali para pedagang yang memperdagangkan Sutera, Emas, Porselen, Minyak wangi dan lauin-lain.

Kebesaran Malaka pun diikuti oleh Batavia dimana kongsi dagang VOC Belanda menancapkan pengaruhnya di Nusantara pada tahun 1619 dengan Gubernur Jenderal yang pertama yaitu JP Coen. VOC berhasil membuat Batavia menjadi ramai. Para imigran mulai berdatangan baik yang legal maupun ilegal. Para imigran Cina yang ilegal biasanya tidak turun di Batavia namun turun di kepulauan seribu.

Barang yang diperdagangkan pun bermacam-macam diantaranya adalah budak. Budak merupakan komoditi utama dalam perdagangan. Para budak yang didatangkan ke Batavia kebanyakan dari Bengal, Malabar dan wilayah Asia Selatan lainnya. Namun sejak Makasar dikuasai VOC pada tahun 1667, wilayah Indonesia Timur menggantikan Asia Selatan sebagai pemasok budak bagi Batavia (Raben 1996;122). Makasaar bukan hanya memasok budak asal Makasar saja, namun juga dari Kalimantan, Button, Sumbawa, Solor.

Para Budak yang didatangkan ke Batavia ini lalu dibeli oleh para bangsawan sebagai abdi mereka. Pada tahun 1720 para budak ini  dikenai pajak 10 rijksdaalders. Para penjual budak ini ialah pedagang swasta pribumi dan non pribumi sera pembelinya pun orang-orang pribumi dan non pribumi. Sebagai contoh etnis Bali membeli budak etnis Bugis, etnis Cina membeli budak bali atau sebaliknya etnis Bali membeli budak etnis Cina. Para budak yang datang dari wilayah yang jauh dari Batavia ini biasanya sangat loyal kepada majikan.

Para budak dipekerjakan oleh majikan biasanya untuk memasak, menyapu, mengasuh anak dan menjaga rumah. Pekerjaan diluar rumah pun biasanya dikerjakan oleh para budak ini seperti, berternak, menanam tanaman, tukang kayu, membuat furniture dan menjaga toko.

Perdagangan budak merupakan fenomena historis yang perlu dikaji lebih lanjut agar wawasan bangsa Indonesia menjadi semakin terbuka.

Leave a Comment