Masih inget lagu fenomenal sakitnya tuh di sini? Ya mungkin paling bener ngegambarin apa yang terjadi sama Perpusat UI sekarang ini. Puja-puji sering terlontar gegara perpus UI emang megah dan jumawa dibanding perpustakaan universitas lain.
Banyak universitas tetangga suka berkunjung ke perpusat UI, meskipun gak selalu cari buku, bisa aja iseng ke restoran Korea, liat-liat bule atau iseng berenang di danau. Lah, sakitnya di mana? Sakitnya itu di hati dan di otak, ketika melihat banyak kerusakan yang dialami Perpusat UI.
Gak pernah liat? Coba perhatikan lebih seksama.
Dari luar dulu deh. Ada retak sana-sini. Semua emang berjalan seperti biasa, gak ada yang salah. Asik-asik aja, nongkrong atau hilir-mudik sok sibuk di UI.
Bukannya sok mau nakut-nakutin, tapi jujur deh kalau Depok kena gempa, agak gak yakin kalau retak ini dan pengunjungnya akan baik-baik saja. Ini masih satu titik, loh. Orang emang banyak lewat aja gak peduli tapi siapa yang gak khawatir? Apalagi kalau liat kacanya lebih kokoh dari dindingnya. Kan gak lucu.
BACA JUGA: Mari Menjadi anak UI yang Tanggap Gempa dan Ancaman Tsunami!
Yang bikin memprihatinkan adalah yang rusak gak cuma di luar, tapi di dalem juga. Bocor sampai saat ini masih jadi permasalahan utama. Sebentar-sebentar, bocor? Bocor gimana? Ada anak numpahin minum terus bocor sampai lantai bawah?
Bukanlah. Gara-gara ujan. Tapi, sebentar, kapan terakhir kali Depok ujan gede? Kapan tau tuh udah lama banget. Depok kering. Terus dari mana gerangan datangnya itu bocor dan kerusakan yang diakibatkannya?
Kalo mau jujur-jujuran, sebenernya itu semua bocor dan kerusakan yang mengikutinya diakibatkan oleh hujan besar yang melanda Depok, tapi itu udah cukup lama dan nyatanya tidak terlihat ada usaha perbaikan dan sebagainya. Akhirnya malah beberapa bangku dan plastik pembatas yang jadi dekorasi tambahan di beberapa titik di dalam perpustakaan.
Ruang baca seperti yang terdapat di lantai 4 udah gak keruan bentuknya, meskipun masih banyak yang dateng dan beraktivitas di situ. Kondisinya gak berubah meskipun berbagai UTS dan UAS sudah berlalu.
BACA JUGA: Tips: Menelusur Informasi di Perpustakaan Kita
Kondisi miris gak keruan itu tidak hanya menjangkit daerah ruang baca, tapi bahkan sampai ke koridor dan ruang koleksi di lantai dua. Padahal seharusnya semua pecinta buku tahu bahwa kelembaban yang dihasilkan dapat merusak kondisi buku, bahkan memperparah kondisi buku-buku ‘senior’ atau buku lama yang banyak terdapat di ruang baca.
Titik-titik bocor juga ditemui di beberapa tempat lain seperti di Mac Room (meskipun tidak benar-benar di tengah, namun di ujung ruangan), lalu di ruang skripsi, dan juga di ruang booth yang macam labirin berhantu itu.
Situasi booth yang jarang dipakai dan banyak yang tidak terawat itu pun tampak memperparah reputasi pihak pengurus perpustakaan.
BACA JUGA: Komputer Mac Perpustakaan UI: Riwayatmu kini : (
Memang tidak banyak mahasiswa yang berkunjung ke berbagai tempat yang disebutkan di atas, tapi ada yang berkunjung dan semua merasa miris.
Akankah luka itu dibiarkan begitu saja? Ataukah akan diambil tindakan tegas yang solutif seperti halnya yang terjadi pada keretakan di luar perpustakaan, dengan menambalnya dengan selotip hitam? Atau dibiarkan saja dipajang seperti dekorasi kayu di pintu masuk yang kini jadi tampak jadi tiang kuning bekas atraksi sulap yang belum selesai? Bukankah ini untuk kenyamanan bersama dan menjaga reputasi perpustakaan UI? Kenapa Starbucks yang ada di dalamnya malah terlihat lebih terawat? Perpusku sayang, perpusku malang.
viva la Gumilar!
ini gedung ringkih atau gimana ya ?