Press Release SALAM UI
Mengenai Hasil Dan Kronologis Aksi Penyikapan Film Porno
Rabu, 14 Mei 2008. Menuju LSF (Jl. MT. Haryono) dan Indika Production (Jl. Gatot Subroto)
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Latar Belakang
Reformasi ternyata tidak sepenuhnya menaruh harapan positif bagi kehidupan bermasyarakat. Pasca reformasi, kebebasan berekspresi yang berpuluh-puluh tahun dikekang akhirnya dapat bebas bergerak. Segalanya dibuka, segalanya dikeluarkan. Banyak yang menyebut ini adalah titik balik bagi perjalanan kebebasan berekspresi di negeri ini. Bagi sebagian orang perubahan gradual seperti ini sangatlah positif dan membawa angin perubahan bagi dirinya. Tetapi sebagian yang lain justeru menyayangkan perubahan ini karena setelah dievaluasi ternyata kebebasan tersebut begitu bebasnya bahkan tanpa peduli batasan sosial dan etika.
Di antara yang menjadi sorotan adalah industri perfilman di negeri ini. Banyak orang yang bersemangat menyambut gelagat kebangkitan perfilman Indonesia. Banyak film-film produksi nasional yang secara heroik kembali membangkitkan semangat akan industri ini. Tidak perlu disebutkan satu-persatu, yang jelas kebangkitan ini haruslah dimaknai sebagai salah satu sumbangsih pembangunan nasional. Ini adalah hal yang sangat positif.
Tetapi di tengah semangat tadi, ada juga yang memanfaatkannya sebagai sarana bisnis kotor, pengumbar nafsu birahi dan merusak moral generasi. Seperti yang kita ketahui bersama, akhir-akhir ini dunia perfilman Indonesia dihiasi oleh film-film yang bertemakan seksualitas, gaya hidup barat, dan pergaulan bebas. Kalau tidak bertema cinta, ya yang bertema horror. Begitu sempitnya kreatifitas sebagian pembuat film. Tidak lain dan tidak bukan, karena mereka mengikuti trend dimana peluang keuntungan ada. Parahnya lagi, mereka berlindung di balik keagungan seni dan pendidikan. Sejatinya, film-film tersebut haruslah menyampaikan pesan nilai-nilai positif dalam membangun kehidupan masyarakat demi tercapainya peradaban manusia yang lebih tinggi. Nilai-nilai luhur bangsa, prinsip dan filosofi hidup dalam masyarakat yang beradab haruslah menjadi referensi utama dalam setiap pembuatan film. Tidak hanya itu, film juga kemudian harus menjadi sarana edukasi bagi setiap penontonnya. Sehingga, dapat dipastikan, setiap hal yang di-‘kampanye’kan dalam film, akan masuk kedalam memori penonton dan menjadi dasar dalam pembentukan perilaku masyarakat yang menontonnya.
Film ML adalah satu diantara sekian contoh banyak film Indonesia saat ini yang telah kehilangan orientasinya dalam membangun bangsa yang bermartabat dan menjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan dalam masyarakat. Dalam hal ini, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata seharusnya bertanggungjawab penuh terhadap insiden memalukan keluarnya film-film yang mencoreng citra bangsa Indonesia sebagai bangsa timur yang menjunjung tinggi nilai-nilai luhur kehidupan manusia dan berpartisipasi dalam menyebarkan nilai-nilai kebaikan dalam masyarakat.
Tuntutan
Untuk itu, Aliansi Pemuda Selamatkan Bangsa dan SALAM UI menuntut dengan tegas:
1. Meminta pemerintah khususnya Menteri Kebudayaan dan Pariwisata beserta jajaran lembaga di bawahnya (LSF) untuk mencabut izin penayangan film ML (Mau Lagi)
2. Meminta pemerintah untuk lebih tegas dan kritis terhadap media dan mengarahkan pelaku perfilman dan periklanan untuk kembali merujuk kepada nilai-nilai luhur bangsa. Menindak tegas pihak Produsen, Production House, Sutradara, Artis, dan para sineas yang telibat aksi pornografi dalam produksi film-film sejenis (dengan tema utama seksualitas)
3. Menuntut kepada Lembaga Sensor Film Indonesia untuk bekerja sesuai dengan pedoman penyensoran yang diamanahkan Undang-Undang
Hasil
Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah, dan atas kekuatan serta petunjuk-Nya lah, aksi kami kali ini mendapat respon dan hasil yang luar biasa. Dari empat tuntutan yang disampaikan saat aksi, satu tuntutan inti disepakati. Yaitu jaminan LSF untuk mencabut izin “ML” ke publik, juga pihak Indika sebagai Production House tidak akan mengeluarkan film tersebut. Dari pihak LSF sendiri langsung turun tangan Bapak Jhon dan Ibu Tatik yang menjamin dengan “Jika film ‘ML’ ini lolos, tebas leher saya”. Kemudian dari ASA, Ibu Amelia juga menyatakan dukungannya kepada mahasiswa untuk terus mengawal perilaku menyimpang dari dunia industri, yang menurutnya sudah dikotori oleh kapitalisme yang hanya mengeruk keuntungan bisnis. Juga Anwar Fuadi yang mengatakan bahwa “ML” ini belum lolos sensor, dan tidak akan pernah lolos sensor.
Kronologis
Aksi ini (di UI) dimulai dengan berkumpul di Bundaran Psikologi pukul 08.00-09.00. Orasi dan berkeliling UI hingga pukul 10.00 pukul 10.20 massa UI berangkat menuju lokasi terpusat. Aksi di mulai dari Masjid Jami Maulana Ihsanudin tidak beberapa jauh dari LSF. Massa melakukan Long March dari sini menuju LSF. Sampai di LSF kami disambut oleh barikade polisi tanpa perlengkapan. Cukup banyak polisi dengan seragam petinggi. Dan ternyata, intelnya justeru lebih banyak. Sampai-sampai ada yang memperkenalkan diri kepada Sekjen SALAM UI, “Mana korlapnya?, Saya Kanit Intel”. Barisan panji dan spanduk tuntutan berada di deretan terdepan di samping mobil sound. Barisan spanduk tuntutan kedua berjejer di trotoar Jalan Raya MT. Haryono, sembari membagi-bagikan selebaran pencerdasan. Orasi dilakukan bergantian dari masing-masing perwakilan lembaga mahasiswa. Di samping itu, tim negosiasi melakukan lobi untuk dapat bertemu langsung dengan pengurus LSF di dalam gedung. Setelah diizinkan (hanya beberapa orang saja, dari 7 orang, tiga anak UI), mereka melakukan negosiasi dengan damai. Sempat terjadi ketegangan, karena ternyata banyak pihak yang berada di dalam, diantaranya. Cukup lama proses negosiasi berlangsung. Di luar massa terus melakukan orasi dan pencerdasan. Akhirnya tim negosiasi keluar didampingi oleh pengurus LSF. Langsung saja tim negosiasi yang dipimpin oleh Ivan Ahda selaku korlap, menyampaikan hasil negosiasi di dalam. Hasilnya adalah LSF menerima tuntutan aksi. Kemudian untuk mempertegas komitmen LSF, salah seorang pengurus LSF yaitu Bapak Jhon berorasi menyatakan dukungan dan jaminan terhadap tuntutan aksi. Ia pun berkata jika ternyata “ML” masih juga lolos, dialah yang pertama kali mundur dari jabatan. Kemudian ia pun menambahkan, tebas lehernya jika “ML” lolos sensor. Massa menyambut dengan sorakan dan tepukan tangan. Setelah itu, Ibu Amelia dari ASA (Aliansi Selamatkan Anak Indonesia) juga menyampaikan uneg-unegnya akan krisis moral yang melanda bangsa, dan menyatakan dukungan penuh terhadap gerakan mahasiwa mengawal moral bangsa ke depan. Ia pun terharu, hari gini masih ada anak-anak yang peduli terhadap permasalahan moral. Di tengah orasi, ada yang menyatakan, permasalahan moral lebih penting dari kenaikan BBM, maka aksi ini lebih penting ketimbang aksi peringatan reformasi sekalipun. Polisi pun yang berbincang dengan massa aksi menyatakan hal yang sama. Intinya mendukung aksi ini, selama untuk kepentingan bangsa yang lebih luas. Karena efeknya jangka panjang. Ini menjadi pengingatan bagi Badan Eksekutif di kampus-kampus untuk melakukan hal yang sama.
Kemudian rombingan menuju Jalan Gatot Subroto, tepat di depan gedung Telkom. Tempat tersebut adalah kantor Indika Production, rumah produksi pembuat film “ML”. Saat sampai, seperti biasa massa aksi disambut oleh polisi yang berjejer di depan gedung perkantoran tempat Indika berada. Strateginya sama seperti aksi di LSF, yaitu ada orasi dan pemajangan tuntutan. Kemudian tim negosiasi berusaha masuk ke dalam, dengan difasilitasi oleh Komandan Polisi. Sempat terjadi ketegangan saat perwakilan massa aksi akan masuk ke dalam. Di awal konfirmasi, disepakati akan ada negosiasi antara perwakilan mahasiswa dengan pihak Indika, tetapi hal ini dipungkiri oleh pihak Indika sendiri. Tidak ada negosiasi, yang ada hanya diskusi. Terang saja dari pihak mahasiswa menolak hal itu. Maka terjadilah negosiasi yang cukup alot di luar gedung. Akhrinya disepakati bahwa akan ada negosiasi tuntutan dengan pihak Indika di dalam gedung. Kemudian terjadi perdebatan lagi, berapa orang yang akan masuk. Dan oleh polisi sebagai fasilitator akhirnya diperbolehkan setiap perwakilan dari elemen mahasiswa, sejumlah tujuh orang. Ternyata di dalam gedung terjadi debat dan negosiasi yang sangat alot. Pihak Indika dalam salah satu tendensinya menyatakan, mengapa hanya filmya saja yang dituntut untuk mundur, bukankah banyak film yang lebih parah lagi dari film yang mereka buat. Kemudian mereka menunjukkan beberapa film yang memang ternyata lebih parah dari film “ML”. Mereka menuntut kepada perwakilan mahasiswa untuk melakukan hal yang sama terhadap film-film tersebut. Dan akhirnya, pihak Indika menyepakati untuk menarik kembali niatan mengedarkan film “ML” ke pasaran.
Ucapan Terima Kasih
Kami mengucapkan Jazakumullah Khairan Katsira kepada seluruh pihak yang telah membantu mensukseskan Aksi Penyikapan Moral Bangsa ini. Kepada Badko Syiar UI, BMS (Barisan Merah Saga), BPI FKG, FSI FK, FUKI Fasilkom, Serambi FH, FUSI Psikologi, FSI FISIP, FORMASI FIB, FSI FE, NURANI FKM, FPPI FIK, MII MIPA, FUSI FT, dan Sahabat Asrama, beserta rekan-rekan mahasiswa/I Universitas Indonesia. Rekan-rekan dari Univ. Trisakti, Univ. Binus, Univ. BSI, Univ UPN, beserta UIN Serang sebagai PUSKOMDA Banten dan Univ. Pancasila sebagai PUSKOMDA Jadebek.
Juga kepada Aliansi Pemuda Selamatkan Bangsa yang di dalamnya bergabung berbagai elemen mahasiswa yang terdiri dari: [Amorno (Aliansi Masyarakat Anti Porno), FIM (Forum Indonesia Muda), ASA Indonesia (Aliansi Selamatkan Anak Indonesia), LMPI (Lembaga Manajemen Pendidikan Indonesia), Gerakan JBDK (Jangan Bugil Depan Kamera), KIP3, Djakarta Public Society, IMM Jawa Barat (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah), YKBH (Yayasan Kita dan Buah Hati), FSLDK Nasional (Forum Silaturrahmi Lembaga Dakwah Kampus), PPSDMS Bandung, MTP (Masyarakat Tolak Pornografi), HMI ITB, Kabinet KM-ITB, BEM UI, HATI ITB (Harmoni Amal Titian Ilmu), KAMMI ITB, PMK ITB (Persatuan Mahasiswa Kristen), KMK ITB (Keluarga Mahasiswa Kristen), KMH ITB, KMB ITB (Keluarga Mahasiswa Budha), Gamais ITB (Keluarga Mahasiswa Islam), Liga Film Mahasiswa ITB, Aliansi BEM Se-Bogor Raya, Indication (Institute For Democracy and Civic Education), KARISMA Salman, Dewan Tani Indonesia, Yayasan Bina Anak Pertiwi].
Wa bil khusus Ivan Ahda, Bang Parlan, Titos, Mba Moli, anak-anak Arsitektur UI.
Demikian Press Release ini dikeluarkan. Agar dapat menjadi informasi yang bermanfaat untuk kita semua dan menjadi transparansi gerakan yang utuh. Gerakan untuk tetap mengawal perjalanan moral bangsa, agar sesuai dengan karakter dan jati diri bangsa Indonesia.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Atas nama,
LDK Nasional SALAM UI Dekade 1
Ketua Umum Sekretaris Jenderal
Achmad Fahrozi Herriy Cahyadi
Press Release ini dikeluarkan oleh Sekjen SALAM UI bekerja sama dengan Humas, Hubungan Luar, Kajian Strategis dan Med-C SALAM UI.
Hmm oke. Tapi apa yang dimaksud dengan dkk dalam konteks ini?
Bagaimana dengan genre film horror Indonesia, yang selain merusak pasaran film bagi kami penikmat film bercita rasa tinggi juga jelas-jelas mengaburkan aqidah dan akhlaq masyarakat?
+iR+
iya, tepat sekali. sebenarnya yg saya tau, dari aksi ini utk menyikapi film2 yg sejenis, termasuk klenik. tetapi momen yg ada film ML, maka film itulah yg menjadi target. dalam tuntutannya kan menyinggung semua film yang berbau porno. untuk film horor atau yg tidak mendidik, sudah ada penyikapan serupa. oia, sekedar info, sebelum aksi kita melakukan banyak penyikapan, contoh audiensi, pencerdasan, diskusi, dll. setelah tuntutan kita tidak diterima, barulah kita melakukan aksi turun ke jala.
thnx.
bagaimana dengan momen-momen yang telah ada sebelumnya, seperti film horror Indonesia yang tak pernah habis itu, kenapa tidak dimanfaatkan?
mengenai pencerdasan, diskusi dsb, peserta siapa aja? hasil konsensus siapa aja, udah mewakili masyarakat apa belum?
kalo diskusi ini pamfletnya aja kagak nyebar di kampus, berarti ini mewakili siapa? *jangan salahkan mahasiswa yang kurang proaktif cari-cari info acara, kalo publikasi acaranya aja juga kagak ada*
+iR+
saya dukung 100 %
SETUJU>…..
beo
+iR+
sangat mendukung aksi ini..
Kalo mo bilang “gue ga suka aksi loe!!” ga usah bertele2..
Kalo punya semangat juang dan tekad yang sama, mari bergabung, toh ini sudah jelas hitam dan putihnya kan? (jangan bilang kalo loe masih ga tau…)
Dan kelanjutannya?
+iR+
si Ir ini kalo masuk kampus gw pasti jadi bulan2an senior, ato malah dia yg ngebulan2in karena dia dah senior?
Memangnya senior cuma berfungsi untuk mbulan-bulani? Konservatif sekali
+iR+
hohohoho
Berarti ada dong kerjaan mbulan2-bulani itu?
Kita bicara there exists, bukan forall, tanya Ilman kalo ga ngeti
-iR-