[Puisi] Jembatan Tua

kau tahu jembatan kota itu?

terlintas megah mobil mobil pejabat tua

tergilas indah gerobak gerobak asongan

terpilukan nasib anak anak desa

jembatan kota yang memilukan

jika bisa bicara mungkin dia akan berkata

“aku lelah menyaksikan kau setiap pagi

dengan sibuknya tanpa menengok kanan kiri

sedangkan aku, harus melihat anak kecil tak berbaju

mengais ngais di bawahku

mencari setitik cahaya untuk sang perut

indah kau lihat katamu?

dasar manusia batu”

sedangkan di pelosok sana

di kegelapan pagi dan gemuruhnya ombak

tersaksikan di hati banyak manusia rendah

kurcaci kurcaci kecil siap bergelantungan

meniti setiap titik dari jembatan tua

mengiba pada nasib yang malang

dan merintih pada tangan yang kasar semerah darah

jika mereka bisa mengadu

kurcaci itu akan bersuara

menggema dalam hutan belantara

tanpa ada yang menyaksikan

semangat kami sekuat baja

katanya negeri boneka ini harus berpendidikan tinggi

dan kami menuruti

jembatan tua itu saksinya

tapi sekali orang menengok, tersenyum kecut dan pergi

dua kali orang menatap pergi, kembali membawa media media megah kota

ingin memperlihatkan bantuannya pada kami

cciiihhh. . .

jembatan tua sekuat tenaga menopang tubuhnya

walalu terlihat tua dan lemah

dia tak ingin merubuhkan diri

dia tahu, sungai begitu deras, bahkan terkadang ombak dan guntur ikut menyapa

tak ingin sepatu kebesaran kurcaci basah

dan kurcaci enggan sekolah

bah, , apakah masih butuh sekolah dengan nyawa taruhannya

apa masih butuh pendidikan diatas tiang jembatan tua

negeri ini memang adil, menatap tak bersuara

menengok membawa media

tak berbelas kasih hanya tertawa

jembatan tua mulai mengeluh

merasakan tubuhnya yang sakit dan terhimpit

malu pada sang kurcaci yang daya juang tinggi

dan bersumpah serapah pada pejabat tinggi

menancapkan papan tak bersuara

dan hanya omong kosong belaka

“PROYEK PEMBANGUNAN JEMBATAN”

sedetik, semenit hingga setahun

sampai papan itu tua

tak ada yang tahu apa yang akan terjadi pada nasib sang kurcaci

sedang, di gedung itu terdengar rintihan

bah, ruang karaoke disini

apa jadinya negeri?

jembatan tua dan ruang karaoke

jembatan mengamuk, tersingkir dan tabah

kurcaci sabar, menangis dan tetap meniti

pejabat aman, tertawa dan mencari media

siap membantu dengan kanan kiri tahu

 

#kehebohan media diantara jembatan tua dan roboh tempat meniti anak anak perkasa berjuang demi pendidikan

sedangkan penggembar gembor pendidikan hanya duduk manis di kursi seharga 25 juta

IRONIS

Leave a Comment