oleh Arif Nur Setiawan
Depok, 20 Mei 2011
Pagiku,
pagi yang tak terganggu,
kaya dan digdaya
Tubuhku yang bertahtakan mutiara,
membuat aku semakin dipuja
Indah rupa jiwa,
yang memesona pria
Aku penguasa,
penguasa dari kehidupan manusia
di atas bumi ini aku ada
Detak detik jantungku semakin hilang
Bak mayat berjalan yang berjualan ilalang
Tangisku tak henti membanjiri sawah dan ladang
Tapi sengatan matahari yang menguapkannya menjadi awan bayang
Tanahku kini kering dan bernasib malang
Hartaku habis tergadaikan burung elang
Senja semakin menyelimutiku
ditanahku
Diiringi dengan nyanyian kemenangan tikus penipu itu
Mereka berpesta, mereka membangun gedung bintang tujuh
Padahal aku lapar dan badanku merapuh
Liang kuburku sudah ku gali sendiri
Pak tani sudah tak punya waktu lagi
Hanya taburan racun penghias batu nisan,
yang mereka berikan
“Terima kasih Bu Elang, Pak Tikus, dan pak tani
serta semua, yang selalu setia menemani jasad ini”, ucap terakhir Sri.
ciyeee ayiiiip