Pandemi Covid masih menjadi masalah yang belum teratasi dengan baik di Indonesia. Kasus baru terus saja bermunculan meski ada beberapa daerah yang mulai membaik. Rumah sakit terkena imbasnya dengan banyaknya pasien yang menderita Covid. Banyak rumah sakit yang mengatasi hal tersebut dengan merekrut relawan dari kalangan tenaga medis maupun mahasiswa. Kali ini, salah satu teman penulis yang menjadi relawan Covid di RSUI ingin membagi kisahnya selama berhadapan langsung merawat pasien Covid, namanya Adisti.
1. Proses jadi Relawan Covid di RSUI
Salah satu motivasi terbesar Adisti untuk gabung jadi relawan adalah keinginan untuk belajar banyak dari pengalaman langsung di lapangan sekaligus bisa mendapatkan pahala karena menolong orang yang sakit. Dengan terjun langsung dilapangan, Adisti bisa lihat langsung cara menangani pasien Covid dan membandingkannya dengan teori yang dipelajari di kuliah.
Sebelum menjadi relawan, tentunya perlu dilakukan proses seleksi terlebih dahulu. Adisti sebenarnya mendaftarkan diri menjadi relawan di banyak tempat yaitu relawan di Kemdikbud, Tim Puskris (Pusat Krisis) Indonesia, dan RSUI. Adisti mengirimkan CV-nya secara daring melalui link yang ia dapatkan informasinya melalui akun Instagram lembaga yang merekrut. Selanjutnya langsung ke tahap wawancara untuk menjadi relawan Covid.
Kebetulan dari beberapa tempat Adisti mendaftar untuk menjadi relawan, RSUI yang menghubungi Adisti untuk jadi salah satu relawan Covid. Setelah itu, Adisti ikut orientasi terlebih dahulu terkait pengendalian infeksi sebelum terjun ke lapangan.
2. Ngapain aja sih jadi Relawan Covid?
Adisti ditempatkan oleh RSUI menjadi relawan di poli primer perawatan pasien Covid. Kegiatan sehari-hari saat praktek yaitu melakukan assesment (pengkajian) awal dalam rangka menyeleksi pasien yang masuk ke RSUI.
Ada beberapa pertanyaan dalam lembar screening seperti riwayat demam, flu, batuk, pernah atau tidak mengunjungi wilayah Covid dan lain-lain. Selain mengajukan pertanyaan, Adisti juga melakukan pemeriksaan awal seperti mengecek suhu tubuh, saturasi oksigen, tanda-tanda vital dan lain-lain.
Klien yang memiliki gejala Covid tidak boleh masuk RSUI melainkan diarahkan menuju klinik melati untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut seperti tes swab ataupun tes PCR. Poli primer tempat Adisti praktek ini termasuk rawat jalan sehingga ia tidak merawat langsung pasien Covid di ruangan. Dari satu minggu, teman penulis ini hanya libur satu hari dan selebihnya menjadi relawan di RSUI.
BACA JUGA:Â Strategi Optimisme dan Pesimisme Sebagai Upaya Penanganan COVID-19
3. Fasilitas apa saja yang disedikan RSUI untuk Relawan?
Seperti yang kita ketahui, Covid ini merupakan penyakit yang mudah menular dari satu pasien ke pasien yang lain. Adisti sendiri merasa tidak khawatir tertular karena APD yang disediakan oleh RSUI sangat memadai.
Selain APD, juga disediakan fasilitas untuk menginap berupa camp di dalam rumah sakit namanya rescue start quarter. Camp yang disediakan pun cukup nyaman seperti kamar di asrama UI dan dilengkapi dengan AC. RSUI juga menyediakan makanan selama hampir 3 bulan menjadi relawan Covid. Selain itu, ternyata menjadi relawan Covid mendapatkan apresiasi dari RSUI dengan memberi kompensasi sebesar Rp2.000.000-5.000.000 juta per bulan.
4. Suka dukanya jadi Relawan Covid di RSUI
Selain menjadi relawan, Adisti juga masih harus menjalani perkuliahan di UI. Adisti harus bisa pintar-pinter bagi waktu untuk mengerjakan tugas di sela-sela kesibukan menjadi relawan. Beberapa dosen memberikan  dengan tidak memberikan tugas kelompok kepada Adisti.
BACA JUGA:Â Keren, Mahasiswa UI Juarai Kompetisi MIT COVID-19 Challenge
Meskipun kadang tidak hadir dalam kelas, dosen juga tetap menghitung Adisti masuk kelas. Untuk masalah ujian, Adisti juga harus bisa menyesuaikan dengan jadwal dinas di RSUI. Kalau ada jadwal yang bentrok, sebisa mungkin Adisti mencari cara dengan nego dengan teman sejawatnya untuk bertukar shift. Kalau kebetulan tidak ada yang bersedia switch shift, Adisti akan nego dengan dosen yang bersangkutan.
Selama praktek di RSUI, Adisti pastinya mengalami suka dukanya menjadi relawan Covid. Menurut Adisti, keuntungan jadi relawan tuh bisa dapet banyak relasi, ga cuman dari profesi perawat tetapi juga dari keahlian yang lain kayak laboran, radiologi, dan farmasis. Adisti Juga bisa lebih banyak tahu tentang gambaran real praktek di rumah sakit kayak alur mekanisme pasien datang, manajemen rumah sakit dan peran setiap tenaga medis dalam merawat terutama pasien Covid. Kalau dukanya sebagai relawan, Adisti jadi ga bisa pulang ke rumah sejak kurang lebih 4 bulan. Adisti sendiri menjadi relawan dari tanggal 1 April sampai 31 September.
Sebagai relawan Covid, Adisti berharap agar pandemi ini cepat berlalu sehingga perkuliahan bisa dilakukan tatap muka lagi. Selain itu, Adisti juga berharap praktek klinis (PK) bisa dilakukan lagi karena sayang banget kalau tidak mencicipi pengalaman praktek langsung di Rumah Sakit. Adisti ingin bukan hanya dia yang merasakan PK selama pandemi ini karena banyak pengalaman yang hanya bisa didapatkan selama PK.
Nah itu dia cerita dari Adisti yang menjadi relawan Covid di RSUI. Menurutku, keren banget sih mau berjuang langsung berhadapan dengan pasien Covid yang riskan. Kalau aku mungkin belum bisa berperan langsung karena ga dapet ijin dari ortu euy wkwkwk. Sebagai Mahasiswa, apa nih kontribusi untuk bangsa dalam rangka melawan Covid? Karena tanpa peran dari kalian, pandemi ini tidak mudah untuk berakhir. Indonesia butuh gerakan Mahasiswa dalam melawan pandemi ini. Yuk! Mari kita mulai berkontribusi nyata untuk negeri seperti Adisti ini hehe.
BACA JUGA:Â Sektor Apa Aja Yang Mengalami Untung dan Rugi selama Pandemi COVID-19?
Daftar Isi