Salah Kaprah Bila Subsidi BBM Tidak Tepat Sasaran

Karikatur Kenaikan BBM (Matanews.com)

   Telah kita ketahui bersama sejak Negara ini berdiri telah beberapakali terjadi kenaikan harga BBM. Sejak masa pemerintahan SBY saja sudah tiga kali terjadi kenaikan BBM yakni dimulai waktu harga BBM bersubsidi Rp 2100 naik menjadi Rp 2500, lalu dari Rp 2500 menjadi Rp 4500 pada tahun 2005. lalu puncaknya pada tahun 2007 harga BBM bersubsidi bersubsidi menjadi Rp 6000. Lalu dampak yang ditimbulkan dari kenaikan harga BBM bersubsidi ini ialah harga-harga komoditas lain juga menjadi naik karena biaya distribusi mengalami peningkatan.

Konseptual di Balik Subsidi BBM

   Dalam hal ini perhatian bukan untuk mengkritisi harga BBM yang pernah dinaikan tetapi memahami kembali hakikat dari adanya subsidi BBM. Bila dikaji secara logis kenaikan harga BBM secara otomatis menaikan dengan sendirinya harga kebutuhan dan komoditas lain yang disebabkan oleh meningkatnya biaya distribusi dan pemicu lainnya. Dengan ini kita bisa memahami bahwa makna dari subsidi BBM ialah mengendalikan dan menekan segala harga barang dan jasa yang ada agar harga barang dan jasa tidak terlalu mahal.

Subsidi BBM Cara Terbaik Mensejahterakan Rakyat

   Mengingat fakta bahwa dengan adanya subsidi BBM harga barang dan jasa menjadi tidak terlalu mahal maka terbukti subsidi BBM merupakan cara terbaik dalam mensejahterakan rakyat. Terlihat jelas bahwa dengan adanya pengendalian harga barang dan jasa oleh subsidi BBM, rakyat tidak terbebani dengan harga kebutuhan yang mahal. Hal ini menunjukan kesajahteraan rakyat bergantung pada subsidi BBM yang konsisten.

   Baik pada iklan-iklan pelayanan masyarakat maupun pernyataan pihak pemerintah dan pihak lain sering dikatakan bahwa subsidi BBM tidak tepat sasaran. Faktanya dengan subsidi BBM yang membuat harga BBM bersubsidi menjadi murah, harga-harga barang kebutuhan juga cenderung murah. Bila ada pihak yang bersih keras menyatakan subsidi BBM tidak tepat sasaran mohon dicermati kembali. Bilapun ada mobil mewah yang mengisi bahan bakarnya dengan BBM bersubsidi toh sah-sah saja karena anggaran subsidi BBM juga berasal dari pajak-pajak yang mereka bayarkan, cukup adil bila dicermati. Masyarakat patut menolak keras pernyataan bahwa subsidi BBM tidak berkeadilan. Lalu dengan ini semakin jelas bahwa subsidi BBM cara yang tepat untuk mensejahterakan rakyat karena percuma saja bila subsidi BBM dialokasikan ke sektor lain toh harga barang kebutuhan cenderung menjadi mahal dan walaupun ada BLT rakyat menengah maupun rakyat kecil tetap terbebani dengan harga barang kebutuhan yang menjadi mahal.

Dengan adanya subsidi BBM rakyat merasa diringankan sekali bebannya karena harga-harga barang kebutuhan cenderung murah. Menaikan harga BBM bersubsidi justru menyebabkan harga-harga barang kebutuhan menjadi mahal. Sangatlah bijak bila harga BBM bersubsidi selalu bisa dipertahankan dari masa ke masa.

3 thoughts on “Salah Kaprah Bila Subsidi BBM Tidak Tepat Sasaran”

  1. Justru adanya subsidi BBM itu ditujukan kepada yang kurang mampu. Dan definisi kurang mampu bagi pemerintah yakni mereka yang tidak menggunakan BBM untuk kendaraan pribadi. Saya merasa agak skeptis dengan teman-teman yang kontra kenaikan BBM.

    Mohon maaf sebelumnya karena terlalu frontal atau nge judge. Saya bertanya-tanya apakah benar mereka itu memperjuangkan kepentingan rakyat banyak atau kepentingan pribadi agar pengeluaran tidak menjadi lebih besar.

    Nah, silahkan dikonfirmasi ya. Terima kasih.

    Reply
    • Oke cukup masuk akal jika BBM bersubsidi tujuan pemerintah untuk membantu yang tidak mampu. Tapi apakah masuk akal jika pemerintah tidak mampu berfikir bahwa subsidi BBM sejatinya ialah mengendalikan harga barang dan jasa agar tidak melambung tinggi. Tapi memang cara berfikir konvensional bahwa tujuan subsidi BBM untuk yang kurang mampu perlu dikritisi

      Lalu tentang kebingungan saudara apakah yg mereka perjuangkan demi kepentingan rakyat atau demi masalah pengeluaran pribadi yang tidak ingin lebih besar. Pada dasarnya kepentingan rakyat adalah Kesejahteraan. Apakah ada teori yang mengatakan kesejahteraan rakyat dapat terwujud dengan harga-harga barang kebutuhan yang mahal? Atau mungkin saudara punya definisi lain mengenai kepentingan rakyat?

      Dan berikut ini saya punya info mengenai carut marut BBM antara pihak pemerintah dan pertamina.
      Sumber uraian ini dari seseorang yang bernama Marvin Jupiter Walukow.
      inilah uraiannya :
      Berikut ini data yang saya kompilasi dari berbagai sumber, terutama dari para ekonom yang tidak bermahzab neolib!
      >>
      >> Indonesia menghasilkan 930.000 Barel/hari, 1 Barel = 159 liter
      >> Harga Minyak Mentah = 105 USD per Barel
      >> Biaya Lifting + Refining + Transporting (LRT) 10 USD per Barel
      >> = (10/159) x Rp.9000 = Rp. 566 per Liter
      >> Biaya LRT untuk 63 Milyar Liter
      >> = 63 Milyar x Rp.566,- = Rp. 35,658 trilyun
      >> Lifting = 930.000 barel per hari,
      >> atau = 930.000 x 365 = 339,450 juta barel per tahun
      >> Hak Indonesia adalah 70%, maka = 237,615 Juta Barel per tahun
      >> Konsumsi BBM di Indonesia = 63 Milyar Liter per tahun,
      >> atau dibagi dengan 159 = 396,226 juta barel per tahun
      >> Pertamina memperoleh dari Konsumen :
      >> = Rp 63 Milyar Liter x Rp.4500,-
      >> = Rp. 283,5 Trilyun
      >> Pertamina membeli dari Pemerintah
      >> = 237,615 Juta barel @USD 105 x Rp. 9000,-
      >> = Rp. 224,546 Trilyun
      >> Kekurangan yang harus di IMPOR
      >> = Konsumsi BBM di Indonesia – Pembelian Pertamina ke pemerintah = 158,611 Juta barel

      >> = 158,611 juta barel @USD 105 x Rp. 9000,-
      >> = Rp. 149,887 Trilyun
      >>
      >> KESIMPULAN:

      >>
      >> Pertamina memperoleh hasil penjualan BBM premium sebanyak 63 Milyar liter dengan harga Rp.4500,- yang hasilnya Rp. 283,5 Trilyun.
      >> Pertamina harus impor dari Pasar Internasional Rp. 149,887 Trilyun
      >> Pertamina membeli dari Pemerintah Rp. 224,546 Trilyun
      >> Pertamina mengeluarkan uang untuk LRT 63 Milyar Liter @Rp.566,-
      >> = Rp. 35,658 Trilyun
      >> Jumlah pengeluaran Pertamina Rp. 410,091 trilyun
      >> Pertamina kekurangan uang, maka Pemerintah yang membayar kekurangan ini yang di Indonesia pembayaran kekurangan ini di sebut “SUBSIDI”

      >> Kekurangan yang dibayar pemerintah (SUBSIDI) = Jumlah pengeluaran Pertamina dikurangi dengan hasil penjualan Pertamina BBM kebutuhan di Indonesia
      >> = Rp. 410,091 trilyun – Rp. 283,5 Trilyun

      >> = Rp. 126,591 trilyun
      >> Tapi ingat, Pemerintah juga memperoleh hasil penjualan juga kepada Pertamina (karena Pertamina juga membeli dari pemerintah) sebesar Rp. 224,546 trilyun. Catatan Penting: hal inilah yang tidak pernah disampaikan oleh Pemerintah kepada masyarakat.
      >> Maka kesimpulannya adalah pemerintah malah kelebihan uang, yaitu sebesar perolehan hasil penjualan ke pertamina – kekurangan yang dibayar Pemerintah (subsidi)
      >> = Rp. 224,546 Trilyun – Rp. 126,591 Trilyun

      >> = Rp. 97,955 Trilyun
      >>
      >> Artinya, APBN tidak Jebol justru saya jadi bertanya: dimana sisa uang keuntungan SBY jual BBM Sebesar Rp. 97,955 trilyun, itu baru hitungan 1 tahun. Dimana uang rakyat yang merupakan keuntungan SBY jual BBM selama 7 tahun kekuasaannya?

      Reply
      • ini jawaban gw copas dari tred sebelah, lo juga ngopas2 itu artikel disana

        kayaknya itu itung2an diatas uda dibantah berbagai orang deh.. kwik mengatakan kalo anggito abimanyu ikut ngebuat ini itung2an trus si anggito ngebantah kalo dia ikut ngitung2 dan memanipulasi data buat itung2an diatas.

        apa sih arti neolib buat lo? itu itung2an dibuat ama kwik yg notabene dibawah PDIP, oposisi, sehingga jelas harus dipertanyakan tujuannya. inget pas jaman mega BBM kita naek 2 kali n kita jual indosat? cukup neolib untuk anda? mungkin nggak, tau apa kita jaman dulu? tau apa kita soal neolib2an?

        btw biaya LRT sebenernya skitar 24 dolar per barel.

        lanjut, negara kita emang negara penghasil minyak, tapi minyak yg kita hasilkan lebih sedikit dr yg kita konsumsi. mau ga mau pemerintah beli minyak mentah dari luar negeri.

        debat beginian jangan diisolasi, liat secara keseluruhan budget negara. setahun belanja infrastruktur aja uda lebih dari 1000T padahal kapasitas pemerintah aja cuma 30%, sisanya ngandelin private sector ama joint project.. blom lagi blanja2 buat PNS dll, kalaupun ada surplus, apalah artinya 97 M? nih lengkapnya baca di http://cafesalemba.blogspot.com/2012/03/as-rizal-emailed-me-our-debate-with.html
        di artikel itu ada file excel yg bisa lo pake buat itung2an subsidi bbm dan menurut itung2an tsb, kita defisit. (itu pun kalo lo ngerti pakenya)

        “kenapa kita anak2 ekonomi ga perna ngomongin soal kanker pankreas? karena kami ga ngerti, itu adalah spesialisasi anak FK. copas2 dari blog sana sini juga bisa, tapi apa artinya kalo kita ga ngerti? yg ada malah dicap bodoh sama yg ngerti. ada baiknya jgn asal copas, tapi tanya dulu sama orang2 yg emang bergerak di bidangnya.”

        Reply

Leave a Comment