“Self Driving – Menjadi Driver atau Passenger” dan “30 Paspor di Kelas Sang Profesor.”

“Self Driving – Menjadi Driver atau Passenger” dan “30 Paspor di Kelas Sang Profesor.”

“Tradisi memproteksi anak-­‐anak yang berlebihan di kalangan orangtua, yang terus dibawa hingga anak-­‐anaknya dewasa bisa mengakibatkan kemampuan kaum muda dalam mengambil keputusan menjadi lumpuh.” Tutur guru besar Universitas Indonesia (UI) dan pakar manajemen, Prof. Rhenald Kasali dalam orasinya di kampus Fakultas Ekonomi UI, Depok (2/10/2014). Mulanya anak-­‐anak dibedong, lalu digendong dan dituntun. Setelah menikah, anak-­‐anak diharapkan untuk tinggal bersama orangtua sampai memperoleh cucu.

Jangankan mengambil keputusan hidup, membeli baju sendiri saja harus dengan kesepakatan orangtua. Belakangan ini, Prof. Rhenald Kasali melihat, semakin banyak orangtua yang mendampingi anakya saat wawancara untuk masuk S2. Fenomena “passenger mentality” atau mental penumpang ini diamati dalam 10 tahun terakhir. “Ini salah satu penyebab utama yang mengakibatkan banyak kaum muda kalah dalam mengejar karier dan impiannya.” Tambah Rhenald.

Ia menyampaikan itu dalam peluncuran buku barunya “Self Driving” dan buku “30 Paspor” yang merupakan buah karya dari 30 mahasiswanya, yang kemudian dituliskan dalam bentuk buku oleh seorang sastrawan muda lulusan FE UI, Jombang Santani Khairen. Mentalitas penumpang itu harus didobrak, dan diubah menjadi mentalitas pengemudi atau driver, sehingga kaum muda menjadi lebih waspada, berinisiatif tinggi, berani mengambil langkah, lebih kreatif dan lebih kritis.

Sedangkan buku 30 Paspor menjelaskan bagaimana mental driver itu diaplikasikan pada mahasiswa yang dibina oleh Prof. Rhenald Kasali. Mereka yang biasanya hanya duduk manis di kelas mendengarkan dosen menyampaikan teori, 30 mahasiswa ini justru langsung dicemplungkan ke dunia internasional.

“30 mahasiswa ini diberikan tugas untuk pergi sendirian ke satu negara, tidak boleh negara yang bahasanya mirip-­‐mirip dengan Indonesia. Mereka harus mengurus segala macam sendirian termasuk paspor, visa, hingga rencana perjalanan.” Kata Khairen yang dulu juga mahasiswa dari Rhenald Kasali.

Khairen menambahkan tugas ini bertujuan agar para mahasiswa mampu berpikir sendiri ketika di tengah kesulitan. “Selama ini banyak mahasiswa yang hanya diajarkan teori dan teori saja, jadilah mereka sarjana kertas. Hanya mampu memindahkan isi buku ke kertas. Mereka yang bisa memindahkan ilmu dari otak ke seluruh tubuhnya, itu baru sarjana hebat.” Paparnya.

Bertempat di Auditorium FE UI Depok, Jawa Barat, peluncuran ini menghadirkan Dahlan Iskan, guru besar, dekan, dosen, alumni FE UI dan mahasiswa serta berbagai kalangan umum. 30 mahasiswa ini menceritakan pengalaman mereka kepada para undangan pada sesi interactive talk show. Mereka menceritakan proses perjuangan agar bisa pergi, bagaimana menghadapi dan meminta izin pada orangtua, hingga pengalaman nyasar di negara tujuan masing-­‐masing.

“Saya yakin suatu saat saya bisa menjadi manajer hebat, dan pengalaman kesasar di kelas pak Rhenald Kasali ini akan sangat berpengaruh untuk mimpi saya itu nantinya.” Papar Yudistira, salah satu mahasiswa yang ikut menuliskan pengalamannya dalam buku 30 Paspor ini. – END

Leave a Comment