Skenario Buruk Kampus Kuning Jika UKT Naik, Akankah Terjadi?

Masih ramai pembicaraan kenaikan UKT dan mahasiswa tentunya gak surut kalau udah masalah biaya. Kata dinaikin aja udah bikin miris, apalagi dinaikin dua kali lipat. Duh. Didobel, loh! Dikata Indomie. Jangan sampe aja udah didobel terus dipakein telor, tambah mahal deh tuh.

Perkara kenaikan ini, meski belum bisa sepenuhnya disebut kisruh, tapi memang agak berlarut-larut dan mengarah pada sesuatu yang buat sebagian besar mahasiswa dan tentunya calon mahasiswa berasa dapet mimpi buruk. Buruk banget. Yang tadinya bayar Rp5 juta satu semester jadi harus bayar Rp10 juta, yang tadinya bayar Rp6 juta jadi Rp12 juta, yang Rp7,5 juta jadi Rp15 juta, yang Rp8,5 juta jadi Rp17 juta, dan lain sebagainya. Itung sendiri, deh, paling gak bisa ngitung duit kalau bukan milik pribadi. Apalagi disuruh bayar dobel.

Lalu, apakah ada solusi?

Sekarang para mahasiswa masih menentang, tapi kalau bener-bener naik dan didobel, respons yang paling lembut tampaknya akan jadi ‘bayar lagi nih’? Memang mengelola UI butuh dana besar, tapi serius mau gini caranya? Duit segitu banyak ditarik dari mahasiswa buat apa? Beli rusa baru?

Ini beberapa skenario buruk yang mungkin akan terjadi kalau biaya benar-benar naik.

BACA JUGA: Surat Terbuka Nico Sarapang Kepada Rektor UI

 

Berkurangnya Beasiswa

Berkurangnya Beasiswa via yiim
Berkurangnya Beasiswa via yiim

Let’s be generous and say beasiswa dewasa ini berhasil menjangkau SEMUA mahasiswa yang butuh biaya untuk kuliah. Katakanlah all is well untuk sekarang ini. Tapi ketika biaya kuliah dinaikkan dan didobel, Bung, seberapa banyak beasiswa itu bisa bantu? Didobel loh, berarti kalau sebuah yayasan pemberi beasiswa biasanya bisa memberikan beasiswa untuk 100 orang, angka itu harus terpaksa dipotong jadi 50 orang karena mereka gak bisa mengalokasikan dana lebih. Beasiswa bisa aja nantinya gak bisa diandalkan untuk menolong.

Belum lagi kasus sulitnya pencairan dana beasiswa.

Nama beasiswanya gak usah disebut lah ya, gak enak sama yang bikin, tapi penulis masih ingat betul sama salah satu junior yang sudah dibidik mendapat beasiswa, namun dananya selalu telat cair sehingga dia jarang masuk dan terancam gak dilulusin.

Setelah diselidiki oleh Adkesma, ternyata yang bersangkutan harus kerja bantu orang tua untuk biayain adiknya, dan uang yang ada semua buat makan tanpa ada sisa untuk sekadar pergi ke kampus. Miris, apalagi setelah mendengar jurusan sendiri bersaksi bahwa mahasiswa tersebut punya potensi tinggi dan jurusan bersedia membantu sebisa mungkin. Mau berapa kasus miris mahasiswa cerdas kesulitan biaya yang harus diungkap?

 

Paceklik Prestasi

Panceklik prestasi: semoga hal tersebut tidak benar-benar terjadi via monsterbunney
Panceklik prestasi: semoga hal tersebut tidak benar-benar terjadi via monsterbunney

Worst case scenario.

Semua tahu UI membidik untuk terus meraih posisi lebih baik di kancah internasional. Sana lewat Stasiun UI atau FH atau fakultas lain, lihat itu baliho yang isinya mahasiswa berprestasi berlaga di kancah internasional, berkarya dengan membawa nama UI. UI itu berprestasi, loh. Mari jujur dan hadapi fakta bahwa banyak bibit unggul dari UI berasal dari daerah, berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah.

Skenario terburuk adalah ketika UI mulai paceklik prestasi gara-gara banyak calon mahasiswa unggul yang bahkan gak sebersit pun terpikir untuk masuk UI karena biaya. Generasi baru UI malah diisi sama (not pointing finger, this is purely fictional, and hopefully stay that way) mahasiswa-mahasiswa yang berhasil masuk UI hanya karena orang tuanya bisa bayar, mahasiswa yang sejak kecil sudah terbiasa terpenuhi kebutuhannya tanpa menghadapi kesulitan berarti, sehingga pikirannya simplistis dan tidak terbiasa bersaing untuk jadi yang terbaik. Boro-boro untuk bersaing di skala internasional, berburu IP tinggi saja males karena yang penting udah kuliah di UI. UI-nya sendiri juga jadi susah kan?

Pengin UI kita jadi lebih baik? Bagikan Informasi ini lewat Facebook, LINE dan Twitter kamu sekarang!

 

Leave a Comment