Sri Mulyani Back to Campus: For Academic Lecturing, Not Political Reason

Sri Mulyani Indrawati, PhD, hari Senin lalu tampak kembali melenggang masuk ke kampus  FEUI. Kehadirannya di kampus makara abu-abu tersebut tentu saja bukan untuk menghadiri rapat pansus dan bukan untuk mengklarifikasi masalah kasus Bank Century yang sudah lewat.

Di tengah-tengah kesibukannya sebagai Menteri Keuangan RI, beliau menyempatkan diri untuk memberikan kuliah. Di tahun sebelumnya, setiap semester beliau memang selalu dijadwalkan untuk memberikan kuliah Pengantar Ekonomi 1 dan 2 untuk mahasiswa-mahasiswanya, yang kebanyakan berasal dari program studi S1 Ilmu Ekonomi tingkat satu.

Namun, pada kesempatan ini beliau dijadwalkan untuk memberikan kuliah umum dengan tajuk ‘Dinamika Perekonomian Indonesia”. Kuliah umum memang cukup istimewa, mengingat pada kesempatan itu turut hadir pula Dosen FEUI, Guru Besar FEUI dan Dekan FEUI, Firmanzah yang didaulat untuk memberikan sambutan. Mahasiswa yang hadir pun bukan hanya dari program studi S1 Ilmu Ekonomi, melainkan juga dari Akuntansi dan Manajemen dari berbagai angkatan.

Sri Mulyani membuka kuliah umum ini dengan menjelaskan kembali hakikat ilmu ekonomi yang berdasarkan kepada pilihan “choices”. Lalu, beliau pun menyinggung government roles (seperti yang dijalankannya saat ini) yang diibaratkan sebagai referee (wasit) dalam sebuah permainan. Beliau mengaku sengaja memberikan analogi-analogi sederhana untuk menjelaskan kuliahnya agar mudah dipahami.

Selanjutnya, Sri Mulyani memberikan penjelasan tentang empat komponen yang kita gunakan untuk melihat dinamika perekonomian suatu negara, yaitu neraca output, neraca fiskal, neraca pembayaran, dan neraca moneter. Beliau juga menjelaskan posisi Indonesia yang masih berada di jajaran third world countries dan untuk membuat Indonesia menjadi first atau second world countries diperlukan policy yang baik dan membangun institusi yang baik (bukan hanya membanguan secara fisik).

Sebagai negara terbuka, perekonomian Indonesia akan sangat dipengaruhi oleh situasi global dan regional. Lalu, beliau mulai memberikan gambaran dinamika perekonomian Indonesia melalui berbagai grafik dan kurva. Beliau juga sempat menceritakan latar belakang krisis moneter yang melanda Asia Tenggara di tahun 1997-1998.

Sri Mulyani menyelingi kegiatan kuliah umum ini dengan bercerita seputar pengalamannya selama menjabat Menteri Keuangan dan Plt. Menteri Koordinator Perekonomian RI. Beliau sesekali melemparkan guyonan yang menyegarkan dan mengundang gelak tawa. Beliau juga kerap kali memberikan nasehat-nasehat untuk mahasiswanya, termasuk nasehat agar orang tua mereka taat bayar pajak. Beliau berseru “Jangan gadaikan integritas anda!”

Beliau sempat pula mengutip ayat dari kitab suci Alquran, Surat Al-Ashr’, yang artinya, “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.”

Kuliah hampir mendekati penghujung saat slide sudah menampilkan kesimpulan. Setelah selesai mebacakan kesimpulan, Sri Mulyani memberikan kesempatan kepada tiga orang mahasiswa yang hadir untuk mengajukan pertanyaan. Penanya yang paling berkesan adalah Dzulfian Syafrian (IE’08) yang menyampaikan slogan Liverpool, “you’ll never walk alone” kepada Sri Mulyani, yang kemudian ditanggapi beliau dengan ungkapan, “You touched my heart.” Suasana pun menjadi riuh dengan tepuk tangan.

Beliau menolak untuk menjawab pertanyaan bernuansa politik terkait koalisi partai pendukung pemerintah yang malah ‘terkesan’ menjatuhkannya. Setelah selesai menjawab pertanyaan, beliau pun menutup kuliah umum itu. Pesan penutup dari beliau untuk para mahasiswanya adalah, “Rajin baca, lihat angka, lihat realita.”

Walaupun sempat terjadi kericuhan demonstrasi segelintir kecil mahasiswa yang menolak kedatangan Sri Mulyani, kuliah umum ini akhirnya bisa berjalan lancar.

(Budiono, Wakil Kepala Biro Penerbitan dan Informasi Kajian Ekonomi dan Pembangunan Indonesia (Kanopi) FEUI)

16 thoughts on “Sri Mulyani Back to Campus: For Academic Lecturing, Not Political Reason”

  1. Terima kasih untuk Bu Sri Mulyani smoga Allah selalu memberkati dan memberikanmu kesabaran atas para anggota DPR yang “blangsak”.

    Reply
  2. aaah gw ga ikut nih kuliahnya gara2 ada kuliah pagi.. eh tau2nya kuliahnya batal.. huaaaaaa super nyesel.. gapapa lah uda perna diajar ama dia 2 kali di PE1 n 2 hehehe..
    youll never walk alone, Bu Ani..

    Reply
  3. gw ada pertanyaan:

    lo punya motor. motor lo dipinjem A. entah gimana motornya dibawa kabur ama B. lo akan minta pertanggungjawaban ke A ga?

    DAN

    lo punya uang. uang itu diberikan kepada negara (dalam komponen pajak APBN tentunya). uang itu yg ngatur SMI. SMI mengeluarkan kebijakan. entah gimana, kebijakan itu menyebabkan uang tersebut dibawa kabur ama Robert Tantular. nah, SMI bertanggung jawab ga?

    Reply
  4. emangnya uang itu dibawa kabur gara2 policy yang dibuat sri mulyani?
    jangan suka memfitnah bajura, kalo ngerasa lebih pinter dan berpikir sri mulyani gak becus ngurur keuangan negara, mending kamu saja yang jadi menkeu..

    Reply
  5. yang jelas liat dulu itikad baiknya…kalo SMI memang beritikad baik mengeluarkan kebijakan itu, maka tetap yg hrs bertanggungjawab adalah RT..
    kita liat dari kasus yg dikasih… A pinjam dgn itikad baik lalu B membawa KABUR, berarti ga ada itikad baiknya…apa mungkin A harus bertanggung jawab dengan mengganti kehilangan tersebut???

    Reply
  6. lupa memperkenalkan diri. saya Yura Pratama

    # 6: anda bukan mau berdiskusi. anda hanya mau menjudge saya. jadi saya ga usah tanggapi. oke?

    #7: oke. artinya kalo lo keilangan motor, ga akan minta pertanggungjawaban si A ya?
    trus coba baca deh pasal ttg penggelapan (372 KUHP)
    disitu ada unsur2 sbb:
    1. tanpa melawan hukum
    2. menguntungkan pihak lain
    si A ga melawan hukum kan? dia cuma memiinjam kan? dan krn perbuatan si A itu, si B mendapatkan untung (motor lo). tp mnrt pasal ini dia harus bertanggungjwab. begitu bukan?
    nah, SMI ga melawan hukum kan? dia mengeluarkan kebijakan utk ini dan itu? krn perbuatannya SMI itu, uangnya dibawa kabur ama Robert Tantular. nah, artinya dia harusnya bertanggungjawab kan?
    masalah niat, silahkan datang ke pengadilan. apakah hakim bnar2 mempertimbangkan niat sbg hal yg penting dan perlu dibuktikan, pengalaman saya sih tidak. artinya ga perlu dibuktiin niat lo buruk atau ga, asal lo udah terkena hal2 yg formil ya lo kena…
    makanya gw miris, ketika kasus SMI smua orang bicara dia ga punya niat bla bla bla. tapi di kasus penggelapan yang pelakunya orang miskin, ga perlu tuh dibuktiin dia berniat ato ga. asal udah kena hal formil, ya penjara….

    so? ya anda yg bs jawab sendiri…

    Reply
  7. @bajura
    Yupz, SMI memang paling bertanggung jawab, entah apa ‘alasan’ dia, kurang data dr BI lah, apa lah..

    Yang jelas dia telah ‘melangkahi’ JK sebagai pemegang kekuasaan tertinggi saat itu..

    tolong deh, jangan mentang2 dia itu dosennya, jadi ‘bias’ membela SMI..

    Reply
  8. @bajura & Terow

    Tidak ada uang APBN di situ. Klo ga percaya, silahkan aja acak2 nota keuangan 2008 & 2009.

    Uang itu adalah dari pooling dana premi bank2 di LPS. Jadi itu adalah klaim atas “produk asuransi” yang diberikan oleh LPS.

    Perlu diketahui bahwa pengertian dana/uang dalam bailout century, bukanlah dalam pengertian M0 atw M1 seperti yang bs dibayangkan oleh masyarakat umum. Itu adalah uang jenis M2, M3, M dst..
    Klo ga ngerti apa itu M0, M1, M2, M dst..
    better u read Mishkin (Economics of Banking, Monetary..) first, then come back to this threat…

    Saran gw: Better u just see and follow, if u dont really know what happens there.

    @others: klo memang bingung menjelaskan duduk permasalahan, mending cuekin aja. Anjing menggonggong, kafilah berlalu. Jangan mau terpancing membawa isu ini menjadi isu personality atau menggunakan argumen berdasarkan personality.

    Salam.

    Reply
  9. bung, lo menggunakan 2 case yang berbeda

    1. lo minjemin motor , artinya lo akan ambil balik motor itu kan?

    2. lo sendiri yang nulis “memberikan”, bukan “meminjamkan” uang kepada negara. Artinya itu bukan duit lo lagi dong.

    Reply
  10. @ terow: fyi, gw tidak sedang menyalahkan SMI

    @ yudhis: idem dgn jawaban gw bwt terow. pemikiran simpel saja, kalo melibatkan uang negara itu korupsi. kalo bukan uang negara itu penggelapan. iya bukan?

    @ ga ada namanya: perdebatan keuangan negara memang tidak ada habisnya. krn aturannya sendiri kontradiktif satu sama lain spt tercantum di UU Perbendaharaan Negara dan UU Keuangan Negara. tapi yang ingin gw katakan motor tersebut bukan milik si A. uang tersebut bukan milik si SMI…

    saya sudah menduga kok akan ada jawaban baca ini baca itu, saya dituduh tidak faham masalah, saya sudah menduga itu semua. dan sekali lg, saya sedang tidak menyalahkan SMI….

    saya faham dan mungkin sepakat dengan anda bahwa SMI tidak bersalah. tidak melakukan perbuatan melawan hukum. krn itu sudah menjadi otoritas dia sbg menkeu. tapi kenyataannya uangnya dibawa kabur ama Robert Tantular? pasti kalian bilang, ya itu kan yang salah RObert Tantular. kenapa SMI bersalah atas tindakan Robert Tantular? atau ada yg bilang harus dibuktikan dulu niat SMI untuk menguntungkan robert t antular?
    nah, sampai sini, kalian ubek2 tuh pengadilan, cari putusan2 tindak pidana penggelapan. tentunya penggelapan yang kelas teri, yang melibatkan orang miskin…
    disitu kalian akan temukan tuh pertanyaan2 yang gw sampaikan di atas…
    banyak putusan yang tidak menggubris niat seseorang melakukan tindakan pidana. cukuplah bukti2 formil, lalu seseorang akan dihukum…
    bedanya apa? di SMI semua orang ramai2 membicarakan NIAT tersebut, tapi di kasus2 orang miskin NIAT tersebut dihiraukan. sehingga banyak orang2 miskin yang tidak tau apa2 harus mendekam di dalam penjara. niat itulah yg disebut tindak pidana materiil..
    skali lg, gw tidak menyalahkan SMI. perbuatan dia (mungkin) tidak melanggar hukum. tapi dia telah menguntungkan robert tantular. dia berniat atau tidak? balik lg ke putusan2 itu, niat tidak pernah menjadi bahan pertimbangan hakim yang cukup penting dalam memutus perkara orang miskin dalam kasus penggelapan, lantas knp pada kasus SMI menjadi penting?
    nah, tawarannya ada 2:
    1. kalo SMI bersalah, memang telah terjadi pengkhianatan besar2an thdp pmbuktian tindak pidana materiil, padahal itu merupakan hal yang esensi dalam sebuah proses pidana…
    2. kalo SMI tidak bersalah, saya sepakat. tapi tolong keluarkan orang2 miskin yang telah dituduh melakukan penggelapan itu dari penjara sekarang juga. karena ya SMI dan orang2 itu memang tidak pernah berniat melakukan tindakan kejahatan..
    silakan pilih. opsi 1 atau opsi 2 itu terserah anda smua…

    Reply
  11. nama gw raisa akhyar…

    gw hargai niat baik dan idealisme lo,bung.

    menurut gw, knp orang2 membesarbesarkan niat SMI itu hanya krn faktor pemberitaan media saja. Apalagi, ketika ketika Presiden dan orang2 di pemerintahan tidak mampu menjelaskan dengan baik mengapa SMI dikatakan tidak bersalah (karena mereka juga gak ngerti mekanisme dan konsekuensi policy itu).Di satu sisi, banyak masyarakat masih awam ttg policy yg diambil.

    fakta bahwa orang miskin didiskriminasi penegakan hukumnya, yaah, itu udah rahasia umum. biarlah itu cacat pemerintah yang,mungkin,akan diperbaiki oleh generasi kita dimasa mendatang..karena gw sendiri pesimis mengharapkan ada keadilan selagi negeri ini masih dipimpin politikus2 turunan orde lama dan orde baru.

    khusus argumen lo mengenai uang negara atau bukan, gw tertarik nih. menurut lo, apakah semua uang yang ada di negara ini (uang di bank, uang di dompet setiap orang, uang yang dipakai buat beli ini itu) adalah uang negara atau bukan?

    kalo bukan, berarti ada yang khusus uang negara ada yang tidak. Lalu, gimana lo menjelaskan bagaimana membedakan mana yg uang negara mana yang bukan?

    analoginya gini, apakah lo akan menganggap air sungai yang udah bercampur dengan air laut, air campuran tersebut masih dikatakan air sungai?

    Diskusi dgn lo kayaknya menarik nih.

    Reply

Leave a Comment