Surat untuk UI

Ilustrasi Surat
Surat (Ilustrasi ditambahkan admin) (flickr/cc/kattekrab)

Dear UI,

 

Entah harus dari mana saya memulai tulisan ini. Terlalu banyak perasaan campur aduk yang ada didalam benak saya, saya prihatin terhadap anda.

Saya merasa ada sedikit penyimpangan dalam diri anda ini. Yang saya maksud bukanlah penyimpangan dana atau apapun yang pernah menjadi isu hangat sebelumnya di lingkungan anda, melainkan penyimpangan kata ‘Indonesia’ dalam kalimat ‘Universitas Indonesia’. Ya, anda sudah tidak meng-Indonesia lagi. Anda terlihat lebih sombong sekarang.

Mungkin, hanya mungkin, terlalu banyak pujian, terlalu banyak sanjungan yang pada akhirnya membuat anda seperti ini. Demi ego, popularitas, ‘integritas’ dan ‘kredibiltas’ nampaknya anda rela untuk mengorbankan banyak hal untuk mencapainya, termasuk budaya asli akan negara yang namanya anda gunakan.

Saya mengambil contoh perpustakaan pusat. Coba luangkan waktu anda sebentar untuk melihat gambaran anda saat ini. Sesaat setelah selesai dibuat, anda dengan bangganya mengatakan itu menjadi ‘Perpustakaan Terbesar se-Asia Tenggara’, namun, apakah itu menjadi suatu hal penting? Memiliki perpustakaan terbesar, termewah dan terlengkap di Asia Tenggara apakah menjadi suatu kebanggan dengan kenyataan perpustakaan itu sendiri tidak sedikitpun menunjukan identitas tempat perpustakaan itu berada. Ya, memang sangat modern, saya akui itu. Tapi itu hanya seperti mengkapitalisasi diri sendiri.

Masih ada banyak pembangunan lainnya yang mungkin akan bernasip sama. Menjadi bangunan ‘bule’ ditengah kegagahan para ‘pribumi’. Dari sekedar gambaran awal, lihatlah gedung fasilkom dan gedung vokasi yang sedang anda dirikan. Bandingkan dengan gedung fakultas lainnya yang begitu ‘Indonesia’. Dengan atap berundak, bata merah yang menjadi ciri khas bangunan gedung fakultas anda. Dikalahkan oleh estetika minimalis yang mementingkan modernisasi ketimbang nasionalisme yang mungkin anda anggap sekarang ketinggalan jaman. Sekali lagi, saya prihatin terhadap anda.

Terlebih masalah lain yang semakin menunjukan kesombongan anda.  Biaya pendidikan contohnya, pernahkan anda melihat seperti apa bangku dan meja yang anda jual sekian juta di dalam kelas? Sarana dan prasarana di setiap fakultas yang masih kurang disana sini? Biaya yang mahal kini menjadi beban kami. Apa yang bisa anda beri? Sekedar beasiswa? Beasiswa untuk mahasiswa berprestasi? Beasiswa untuk mahasiswa yang tidak mampu? Mengapa untuk mendapatkan ilmu dengan mudah di negeri sendiripun harus disekat pada keterbatasan seperti itu?

Anda terlalu sibuk menyuarakan nama anda, menunjukan pada dunia bahwa anda harus diperhitungkan, bahwa anda memang dapat diunggulkan, namun apa yang anda inginkan sebetulnya dapat dengan mudah tercapai, melalui mahasiswa, mahasiswa yang menghidupi anda. Karena anda hanyalah latar, mahasiswalah aktor sesungguhnya. Latar mungkin bersinar, tapi penonton tetaplah menatap aktor, karena aktor yang memiliki peran, karena aktor yang mengetahui cerita, dan latar? Tetaplah sebuah latar. Pembahasanya bukan hanya pada input yang dapat anda tawarkan kepada dunia, melainkan output apa yang mampu anda hasilkan untuk dunia.

Tulisan ini hanya sekedar mengingatkan, anda adalah Universitas Indonesia. Andalah lambang pendidikan di negeri ini. Nilai nilai keramahan, kesederhanaan yang sudah melekat pada budaya kita sudah seharusnya untuk dilestarikan.Untuk apa menjadi Universitas Kelas Dunia jika negeri asalnya pun dilupakan?

Coba sedikit kembali ke dasar. Lihatlah makara yang begitu gagah mendampangi. Makara tersebut bukanlah simbol keangkuhan. Tiap garis yang digambarkan melambangkan wujud asli dari pendidikan, pendidikan yang tidak peduli pada kemunafikan.

 

 

Salam sayang,

 

Mahasiswa yang mencintaimu.

 

p.s: tidak perlu dibalas, mari kita renungkan saja.

9 thoughts on “Surat untuk UI”

    • monggo dibahas mas, tulisan saya pun masih banyak kekurangan, siapa tau bisa menambah ilmu untuk teman teman yang membaca lainnya 🙂

      Reply

Leave a Comment