Susahnya Naik Bikun, Gara-gara Mahasiswa Egois yang Berdiri Di Dekat Pintu

Suatu hari, gw berniat naik bikun dari FMIPA ke stasiun UI. Alangkah lamanya menunggu..dan menunggu. Niatnya sih jalan kaki aja tapi takutnya ketika kuberpaling *halah* bikun datang. Yasudah deh, ditunggu aja…

Ceritanya belum selesai, beberapa menit kemudian bikun tiba. Tapi begitu ingin naik, alangkah kecewanya gw gak bisa naik padahal bikun masih kosong. Loh? Kok bisa? Itu gara-gara mahasiswa yang egois yang tak lain dan tak bukan senang berdiri di dekat pintu padahal tengah masih kosong. Akibatnya penumpang bikun pun numplek di pintu dan bikun yang harusnya muat seolah-olah penuh karena penumpang yang ingin naik tidak bisa masuk.

Pernah juga sewaktu gw naik bikun dari stasiun UI menuju MIPA, saking masih kosongnya tapi tetap saja mahasiswa egois itu senang berdiri di dekat pintu, sang supir sambil ngomong dan terkadang dengan emosi : “Masuk terus ke tengah! Masuk itu masih kosong!”

Ayolah kawan! Masa kalian masih harus diatur-atur sih? Seharusnya kita sadar kalo bikun itu bukan milik pribadi tapi milik bersama. Geserlah sedikit ke tengah, hormati penumpang lainnya. Kita semua sama-sama punya hak untuk naik bikun karena bikun adalah milik bersama.

Atau, apakah kamu memang mahasiswa egois itu?

17 thoughts on “Susahnya Naik Bikun, Gara-gara Mahasiswa Egois yang Berdiri Di Dekat Pintu”

  1. iya bener bgt…
    mereka pengennya cepet keluar…
    masuknya cepet,keluarnya cepet juga…haha

    untung kalo saya sich selalu naik bikun ada di tengah,kalo pun dipinggir ga di deket pintu bgt..
    kasian yang cw..kadang-kadang sampai berhimpit mau keluar gara2 kena halangan org-org yang senantiasa di dekat pintu…haha

    Reply
  2. bentar lagi gw turun kok, kalo geser ke tengah ntar gw susah mau turunnya, apalagi kalo rame,hehehehe

    Reply
  3. @buL: website yg lo kasih under construction

    Ya gitu deh, pada manja banget dkt2 pintu, padahal tengah kosong. Klo deket ya jln atau naik sepeda aja.

    Tipsnya klo lg berdiri di tengah ya siap2 satu halte sblm halte tujuan.

    Reply
  4. setuju banget, masih banyak yg males buat ke bagian tengah aja 🙁 *korban yang ga bisa masuk padahal tengah masih kosong*

    Reply
  5. Fenomena ini sudah saya perhatikan sejak tahun pertama kuliah di UI. Dulu seingat saya ada aturan kalau naik bikin harus dr belakang dan turun dari depan. Mudah2an pihak BEM UI bisa membantu untuk sosialisasi dan advokasi aturan ini. Karena saya yakin waktu yg bisa di-save akan jauh lebih banyak dibanding cara naik bikun seperti saat ini. Complain seperti yang disampaikan penulis juga bisa dihindari sebab setiap penumpang yg turun pasti bergerak kea rah depan(supir) sambil mengucapkan terima kasih dengan ikhlas.

    Reply
  6. setuju dengan sofandre =)
    bener juga ya, kalo misalnya takut ga bisa turun karena deket doang, kenapa ga jalan ato naik sepeda aja ya. setuju =)

    lagian apa susahnya ya ke tengah juga, insyaAllah kan bapaknya mau nungguin juga, ga kayak naik kereta yang emang ada timing berhentinya. jadi ya ga perlu khawatirlah..

    yang perlu dikhawatirin, terkadang ada supir bikun yang ga sabaran, orang banyak yang mau naik, tapi uda dijalanin aja bikunnya, padahal masi muat banyak.

    satu pertanyaan: kalo turunnya lewat pintu belakang, efektif ga si bilang terimakasi? kan supirnya ga denger juga. how? gw kadang suka males teriaknya.hehe

    Reply
  7. ayo dong, kalian ini mahasiswa, masa hal sepele seperti itu masih disuruh-suruh.

    hidu mahasiswa, hidup rakyat indonesia.

    Reply

Leave a Comment