Gak hanya terkenal cerdas di akademis, Mahasiswa UI juga terkenal kreatif dan berjiwa sosial tinggi. Itu terbukti dengan banyaknya inovasi buatan Anak UI yang telah menoreh prestasi dan bermanfaat untuk masyarakat. Berikut 3 inovasi karya Mahasiswa UI yang sudah AnakUI rangkum untuk kamu!
Beda fakultas gak jadi penghalang bagi mahasiswa UI untuk terus menciptakan inovasi. Lima mahasiswa dari Fakultas Teknik dan Fakultas Kedokteran UI yang terdiri dari Refanka Nabil (Teknik Industri 2016), Rendi Chevi (Teknik Elektro 2016), Hanif Rachmadani (Teknik Elektro 2016), Yolanda Natalia (Teknik Industri 2016) dan Nurchalis Rasyid (Pendidikan Dokter 2017) berhasil menciptakan Cleft Sintesa, metode sintesis wajah tiga dimensi (3D) untuk menangani kasus bibir sumbing di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Bekerja sama dengan Cleft & Craniofacial Center RSCM, gagasan ini berawal dari diskusi dengan para dokter spesialis. Lambatnya kemajuan inovasi teknologi medis di Indonesia membuat kasus bibir sumbing menjadi kasus penyakit bawaan lahir terbanyak ketiga di Indonesia. Hasil diskusi tersebut berkembang menjadi ide kolaborasi interdisiplin untuk menghasikan solusi untuk menangani kasus bibir sumbing di Indonesia.
Sekarang kamu bisa berdonasi tanpa perlu repot menyisihkan uang jajan bulanan dengan platform ciptaan AnakUI. Yup, Gotongroyong.in! Platform buatan mahasiswa UI angkatan 2014, yaitu M. Radhiyan Pasopati Pribadi (FISIP), Luthfi Abdurrahim (FASILKOM), dan Mutsla Qanitah (FISIP) ini punya konsep menarik yang mengajak kamu untuk selalu berbagi. Dengan konsep utama berdonasi tanpa uang, kamu hanya cukup menonton iklan sepanjang 10 detik saja. Setelah itu, lakukan share atau like dari konten donasi yang tersedia di Gotongroyong.in.
Sumber: Gotongroyong.in
Nantinya, jumlah view iklan yang terkumpul akan dikonversi dalam bentuk uang dan didonasikan untuk keperluan proyek sosial. Dengan sistem seperti ini, pastinya kamu bisa berdonasi tanpa harus mengeluarkan uang pribadi.
Sejauh ini, Gotongroyong.in sukses melakukan beberapa penggalangan dana seperti 1000 sabun gratis untuk Palu-Donggala dan 1001 susu gratis untuk korban tsunami Selat Sunda yang bekerja sama dengan Badan Amil Zakat Nasional.
Inovasi selanjutnya datang dari mahasiswa lintas jurusan. Tiga mahasiswa UI Angkatan 2016 dari Fakultas Teknik dan Fakultas Ekonomi Bisnis UI berhasil menciptakan Afta B-ionik, tangan buatan yang ditujukan untuk penyandang disabilitas ini memanfaatkan teknologi Electroencephalography (EEG) yang dikendalikan oleh gelombang otak. Inovasi canggih buatan Muhamad Arifin Julian (FT UI), Muhammad Yusuf Abdurrahman (FT UI) dan Aulia Ulfah (FEB UI) ini dapat menghasilkan perintah sesuai keinginan penggunanya.
Gagasan ini dilatar belakangi kepedulian terhadap penyandang disabilitas yang memiliki keterbatasan akses dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Untuk beraktivitas, para penyandang disabilitas membutuhkan prostesis (alat bantu) yang relatif mahal. Dari situlah, Arifin dan tim membuat Afta B-ionik dengan harga yang lebih terjangkau, mudah dipasang dan dilepas, tidak perlu tindakan operasi, dan dapat dikendalikan langsung menggunakan gelombang otak.
Tangan palsu canggih buatan mahasiswa UI ini berhasil memperoleh sejumlah penghargaan, yaitu 110 Inovasi Indonesia tahun 2018 dari Business and Innovation Center (BIC), Most Impactful Innovation 2019 dari Obara Award dan medali perak pada ajang International Science and Innovation Fair 2019.
Disclaimer: Cerita ini berasal dari salah satu mahasiswi UI angkatan 2017 yang mau berbaik hati menjadi narasumber dan berbagi pengalamannya sebagai korban ghosting seorang mahasiswa UI angkatan 2018. Hmm.. ada yang bisa relate?
Plis banget, semoga pada gak nangis atau malah ketawa ya pas baca ini. Gue sebenernya bingung mau mulai dan mengakhiri darimana, sama kayak kisah cinta gue dulu sama si doi. Gak pernah dimulai, dan gak pernah diakhirin. Miris ya.
Sesuai dengan judul artikel di atas, gue mau berbagi kisah singkat (kalau kepanjangan nanti pada bosen) tentang pengalaman gue di-ghosting sama seorang cowok yang gue kenal sejak SMA. Bahkan selain gue di-ghosting, gue juga merasakan apa itu yang namanya dimanfaatin tanpa pernah menerima kata terimakasih dari orang yang memanfaatkan gue.
Semuanya itu terjadi selama bertahun-tahun, dan setelah pada akhirnya gue sadar sama apa yang dilakukan cowok itu terhadap gue adalah hal yang salah, gue masih butuh lebih banyak waktu lagi buat gue bangkit dan berhenti nyalahin diri gue sendiri. Ternyata gak gampang, guys. Gue butuh waktu sekitar empat semester buat ngeyakinin kalau dia adalah orang yang jahat, dan Tuhan pun tahu kalau dia bukanlah orang yang pantas untuk menjadi pasangan gue.
Oke, gue cerita ya
Sumber: womenworking.com
Dimulai dari apa itu ghosting. Mungkin kalian udah pada tahu artinya apa, tapi kalau belum tahu ya gak papa juga. Supaya gak bertele-tele, gue jelasin aja ya. Ghosting adalah suatu bentuk taktik dalam mengakhiri hubungan yang dilakukan dengan menghilang dan memutus komunikasi tiba-tiba tanpa menyediakan penjelasan.
Kelihatannya sih sederhana ya, tapi dampaknya bisa berupa penyiksaan psikologis yang cukup parah. Si korban akan mulai mempertanyakan tentang harga dirinya di mata orang lain. Selain harga diri, korban juga akan terus menerus memikirkan kekurangan dan salah apa yang Ia sebabkan sampai membuat seseorang ‘kabur’ dari dirinya secara tiba-tiba. Di situlah ‘fase-fase’ kritis yang harus dihadapi korban untuk beberapa saat, oh ya jangan lupa, korban juga dapat dipastikan mengalami kerusakan kepercayaan pada orang lain. Yakin deh.
Gue sendiri masih sulit untuk menerima kalau diri gue adalah satu dari korban ghosting. Mungkin karena dulu gue terlalu suka sama si pelaku, jadi apa yang ada di otak gue jadinya gak rasional. Gue selalu melihat pelaku sebagai sosok yang menawan dan apa yang udah dia lakuin ke gue ya karena kesalahan gue.
Berawal dari dia yang memperkenalkan dirinya duluan ke gue dan berlanjut ke chat-chat di LINE dan juga DM Instagram, saat itu gue melihat dia sebagai sosok yang cool dan berbeda dari yang lainnya. Obrolan kita nyambung terus, dan rasanya kok kita saling melengkapi satu sama lain. Kesukaan dan kebiasaan kita bisa sama. Gue jadi mulai berpikir kalau kita meant to be together. cieee
Pada akhirnya dia mula meminta bermacam-macam pertolongan ke gue, mulai dari permintaan tolong sesederhana ngerjain PR, sampai minta diajarin soal-soal SBMPTN. Terlepas dari semua bantuan yang gue berikan, gue bangga karena bantuan-bantuan yang gue berikan berhasil mengantarkannya menjadi mahasiswa UI meskipun harus gap year sebelumnya.
Tapi guys, kabar bahagia itu kayaknya bukan untuk gue. Kabar keberhasilan dia menyusul gue ke UI ternyata adalah momen penanda berhentinya hubungan gue dan dia yang udah terjalin selama itu. Semua jerih payah gue, di mana gue selalu meluangkan waktu untuk mengajarkan dan mengerjakan tugasnya, gak dihargai sama sekali. Hal ini sempet bikin gue gak percaya saat melihat kenyataan bahwa dia langsung nge-block semua media sosial gue, setelah beberapa jam pengumuman SBMPTN keluar. Waktu itu gue nanya ke semua temennya yang gue kenal. Dan untungnya semua temannya mau bantu gue untuk menanyakan alasan kenapa dia nge-block semua media sosial gue, walaupun hasilnya sih nihil, yang mana dia gak memberikan jawaban apa-apa. Hufftt..
Satu hal yang membuat gue sadar kenapa ada aja orang yang mau melakukan ghosting, yaitu karena mereka (pelaku) melihat kita (korban) lebih rendah dan rapuh dari mereka. Apalagi kalau korbannya masih terus mencari-cari si pelaku, berusaha meminta kejelasan apa yang sebenarnya terjadi seperti yang gue lakukan. Dan ada baiknya untuk si korban yang lagi merasa tidak nyaman karena emosi yang berkecamuk, sebaiknya gak berusaha menelan mentah-mentah emosi tersebut.
Perlu banget disadari bahwa apa yang dilakukan pelaku tersebut bukan karena kesalahan kita, melainkan lebih pada ketidakdewasaan pelaku dalam bersikap. Atau emang udah dari sananya aja menjadi tabiat si pelaku. Gue belom coba research lebih jauh sih, apakah emang ada kepribadian tertentu yang membuat seseorang cenderung menjadi pelaku ghosting apa enggak.
Dari pengalaman gue sih, gue iseng waktu itu ngesearch nama pelaku di twitter. Percaya gak percaya, ternyata si pelaku udah terkenal jadi tukang ghosting bahkan dari SMP. Gue bisa tahu ini karena gue nemuin beberapa tweet dari cewek-cewek yang pernah menjadi korban, dan mereka bikin thread tentang pelaku. Haduh, kayaknya emang guenya yang sial ya? Bisa kenal sama orang kayak gini. Hehehe
Hmmm.. sekian nih cerita dari narasumber.
Untuk pembaca sendiri, apakah ada yang pernah mengalami hal yang sama? Atau mirip-mirip? Duh, gimana dong caranya biar kita-kita yang jadi korban bisa move on? Ada saran?
Tenang aja! hal pertama yang perlu kamu lakukan untuk mengatasi ketidaknyamanan emosi yang kamu alami adalah berhenti mempertanyakan harga dirimu. Jujur deh, pastinya kamu malu kan ngeliat semua pesan-pesanmu cuma diread doang atau mungkin malah diblock kayak yang narasumber alami. Gak papa. Kamu gak perlu memaksakan dirimu untuk melupakan rasa malu tersebut. Embrace it! Tapi jangan lupa, kamu juga harus ingat bahwa apa yang terjadi, semua ini, disebabkan karena pelaku yang belum dewasa dalam mengakui perasaan mereka. Dan kamu, ya kamu, jauhhhh lebih baik dari mereka
Bukalah lembaran baru dengan orang baru. Mungkin kamu masih merasakan trauma dengan apa yang terjadi pada dirimu. Kamu pun mulai memiliki konsep yang negatif untuk memulai percintaan. Berhenti terjebak dalam situasi itu dan mulailah melakukan apa yang membuatmu kembali menjadi dirimu sendiri. Berkenalan lah dengan orang baru. Yakin deh, kamu pasti akan dengan cepat melupakan rasa sakitmu itu.
Ceritakanlah ketidaknyamanan yang kamu alami pada orang-orang terdekatmu. Tahu gak, dengan menceritakannya kembali, kamu akan mendapatkan kesempatan untuk melihat apa yang kamu alami ini dari sisi atau perspektif lain. Kamu pun akan tersadar bahwa tidak ada gunanya untuk menyesali apa yang terjadi dan semuanya hanyalah hal sepele yang biasa dilakukan oleh segelintir orang yang tidak dewasa.
Berhenti hubungi mereka. Hal ini dikarenakan apa yang kamu lakukan ini hanyalah membuang-buang waktumu saja. Lagipula, kamu tidak kehilangan satu hal pun dari mereka, dan mereka tidak akan mengubah keputusan mereka meskipun kamu membanjiri kotak pesan mereka dengan berbagai pesan. Tapi jika memang suatu saat dia kembali menghubungimu, take a step back! Jangan kembali jatuh ke dalam perangkap yang mereka buat dan cobalah untuk selalu hiraukan pesan mereka. You are so much better than this!
Nah… sekian tips dan trik yang bisa kamu terapkan apabila kamu sedang terjebak dalam situasi ini dan hatimu merasakan perasaan yang tidak nyaman akibat kelakuan dari si pelaku ghosting. Seperti apa yang dibilang oleh Jennice Vilhauer, PhD, seorang psikolog dan konsultasi yang menulis buku tentang ghosting, bahwa hal yang paling penting dalam suatu hubungan adalah:
“Know your own value, It’s really important to understand that you have value as a human being and to know that. If you don’t feel that you’re being treated in a way where you are being valued, it’s important to be able to make that choice yourself to say that this is not acceptable to you. This behavior is not okay. And you are willing to walk away from this”
Sebagai mahasiswa UI, kita pastinya memiliki kegiatan atau jadwal yang cukup padat, baik untuk urusan akademik, non-akademik, sampai yang cuma hura-hura sekali pun. Tak jarang kita memilih untuk membuat to do list agar kita tidak melupakan kegiatan atau jadwal yang telah kita susun sebelumnya.
Namun, ada beberapa hal yang tidak menjadi prioritas kita dan sering kali membuat kita lupa. Padahal, hal-hal tersebut bisa dibilang cukup penting, loh. Apa sajakah itu? Berikut anakui.com akan merangkum tiga hal yang sering membuat mahasiswa UI skip.
1. Mengisi EDOM
Sumber gambar: edom.ui.ac.id
EDOM adalah singkatan dari Evaluasi Dosen Oleh Mahasiswa. Sesuai namanya, merupakan situs khusus bagi mahasiswa untuk memberikan penilaian, saran, dan kritik untuk dosen yang telah mengajar mereka pada semester tertentu. Terdapat 16 poin yang harus diisi oleh mahasiswa dengan rentang skor 1—6. Selain itu, mahasiswa dapat menuliskan saran, kritik, atau sekadar apresiasi pada kolom komentar yang telah disediakan.
Nah, karena pengisian EDOM ini biasanya dilakukan setiap akhir semester, mahasiswa UI sering lupa untuk melakukannya. Mereka baru ingat untuk mengisinya ketika mendapat informasi bahwa nilai dari mata kuliah mereka telah dipublikasikan di SIAK (Sistem Akademik). Hal ini karena mereka baru bisa melihat nilai setelah mengisi EDOM.
Mumpung sekarang sedang menjelang akhir semester nih, jangan lupa isi EDOM, ya. Kelihatannya memang sepele, tapi dengan mengisi EDOM, kamu bisa memberikan masukan pada dosen sehingga mereka bisa mengajar dengan lebih baik lagi.
Meminjam buku di Perpustakaan Pusat (Perpusat) sudah menjadi kebiasaan bagi mahasiswa UI. Perpusat memang memiliki koleksi buku, jurnal, skripsi, dan referensi lain yang cukup lengkap. Selain itu, meminjam buku di Perpusat juga lebih hemat dibandingkan dengan membeli buku baru.
Saat kita meminjam buku, kita akan diberi masa pinjam selama dua minggu dengan batas maksimal 10 buku. Jika terlambat mengembalikan, kita akan dikenai denda sebesar Rp2000 per buku dan per harinya. Sayangnya, tidak semua mahasiswa mengingat batas waktu dari masa pinjam itu. Akibatnya, mereka sering lupa dan ujung-ujungnya kena denda, deh.
Selain itu, alasan malas ke Perpusat juga bisa jadi penyebabnya. Padahal, kemalasan itu bisa diatasi dengan memperpanjang masa pinjam via email. Khusus untuk hal tersebut, kita harus mengirimkan email H-1 sebelum masa pinjam habis agar pada hari H batas pinjamnya permohonan perpanjangan masa pinjam kita dapat diproses. Biar tidak lupa lagi, kamu bisa menulis masa batas pinjam buku tersebut di to do list-mu. Jadi, kamu bisa terhindar dari denda, deh.
Untungnya, selama pandemi Corona ini, Perpusat membuat kebijakan untuk membebaskan masa pinjam bagi kamu yang belum mengembalikan buku. Namun, setelah semua kembali seperti biasa, jangan lupa segera dikembalikan, ya.
UI memiliki sistem Single Sign On (SSO) untuk mengakses hal-hal penting yang berkaitan dengan akademik, seperti SIAK dan akses jurnal. Selain itu, SSO ini juga berguna untuk mengakses wifi di lingkungan kampus UI. Jadi, keberadaan SSO cukup penting bagi kehidupan sivitas akademika UI, termasuk mahasiswa.
SSO memiliki password yang harus diperpanjang atau diperbarui selama enam bulan sekali. Melakukannya pun cukup dengan membuat password baru di laman SSO. Masalahnya, tidak semua mahasiswa UI ingat untuk memperbarui password mereka. Alhasil, mau tidak mau mereka harus mengurusnya ke Direktorat Sistem dan Teknologi Informasi (DSTI) UI. Lebih ribet, kan?
Nah, itu tadi tiga sepele yang sering membuat mahasiswa UI skip, padahal ketiganya penting banget untuk dilakukan. Kira-kira, masih ada lagi nggak hal-hal yang bikin kamu skip? Bisa kamu tambahkan di kolom komentar, ya!
Kita tahu pasti setiap fakultas di UI ini punya cerita mistisnya masing-masing, mau itu di fakultas rumpun teknologi, sosial humaniora ataupun kesehatan, ya kan? Nah, kali ini ceritanya datang dari rumpun sains, tepatnya FMIPA. FMIPA? Pesantrennya UI? Fakultas dengan mahasiswa terbanyak di UI? Emang iya? Pasti banyak banget julukan-julukannya, ya kan? Selain itu, konon katanya FMIPA ini adalah fakultas pertama di UI yang pindah ke Depok lho, benarkah? Hayo, hayo, hayo, pada tahu nggak nih?
Nah Sobat Anak UI sekalian, kalian kalau udah denger kata horor pasti langsung mikir makhluk gaib; Kuntilanak? Tuyul? Pocong? Eits, meskipun memang di FMIPA ini juga ada banyak makhluk horornya, tapi ada juga lho hal-hal yang berbau horor. Jadi, kata horor disini bukan diartikan sebagai makhluk-makhluk mistis. Kata ‘horor’ disini lebih kepada kegiatan yang dianggap ekstrim (horor) oleh mahasiswa FMIPA. Apa aja itu, yuk diintip!
Di UI ini terutama di fakultas kamu-kamu semua, dosen pasti bermacam-macam jenisnya dari mulai yang ‘killer’ sampai yang lembut selembut sutera hatinya. Nah, kalau dosen FMIPA pun sama sampe-sampe bikin pusing kepala. Berikut adalah keunikan dosen-dosen tersebut; berkata ‘nilai A untuk Tuhan, nilai A- untuk saya, dan sisanya kalian’
Namun percayalah tidak semua dosen seperti ini, memiliki aturan main ketika masuk kelas dan aturannya adalah seperti ini loh;
“Mahasiswa yang datang setelah saya masuk harus keluar walaupun jam kuliah belum dimulai. Ketika saya sudah ada di kelas, tidak boleh lagi ada mahasiswa yang masuk meskipun dia tidak terlambat.” Cukup unik memang. Satu kata buat kamu yang dapet dosen kayak begini: Sabar. Ini ujian.
Yup, bener banget. Pasti kalian udah tahu kan, pre-test dan post-test ini biasanya juga rangkap bareng Jurnal Praktikum dan Laprak. Jadi, selain harus ngelaprak dan ngejurnal, kalian juga harus belajar buat menghadapi pre-test atau post-test ini untuk praktikum. Eits, pre-test dan post-test ini bukan cuma buat praktikum kimia aja, tapi juga untuk jenis praktikum lain. Nah, kalian tahukan bedanya pre-test dan post-test? Ya, dalam waktu pelaksanaannya. Kalau pre-test itu dilakukan sebelum praktikum, sedangkan post-test sesudah praktikum. Kebanyakan mahasiswa lebih merasa enak di post-test. Kenapa? Karena bakalan ada pemaparan materi terlebih dulu.
Umumnya, pre-test dan post-test ini diperuntukkan bagi program studi yang ada unsur praktikumnya seperti Kimia, Biologi, dan mungkin Fisika atau Geografi. Kalau di FMIPA sendiri, pre-test dan post-test sering dilakukan sebanyak 2-3 kali selama seminggu atau bahkan ada saja yang lebih dari itu. Kalau kalian punya 3 mata kuliah berbasis praktikum dalam seminggu, maka kalian akan ujian harian (pre-test/post-test) sebanyak tiga kali selama seminggu itu. Jadi, kalian bisa ujian harian sebanyak belasan kali selama sebulan. Itu sih kalau mata kuliah praktikumnya cuma 3, kalau 4, bisa sampai 20 kali.
Disamping itu, pre-test dan post-test punya kelebihan masing-masing, lho. Pre-test membuat kamu berlatih sebelum masuk kuliah, agar ketika perkuliahan berlangsung dapat menyamakan perspektif dan menggali lebih banyak materi dengan bertanya, sedangkan post-test dapat menuntut kamu untuk mengikuti seluruh jalannya perkuliahan. Gimana, pilih post-test atau pre-test?
Jawabannya pasti nggak dua-duanya sih. Hehe.
Cenat Cenut Tutup
Eh sumpah Cenat Cenut tutup!!! Eh gimana dong…?
Apa itu Cenat Cenut? Cenat Cenut adalah tempat serbaguna untuk mahasiswa FMIPA yang didirikan oleh babang-babang perkasa. Kalau di fakultas kamu ada foto-kopian, tempat nge-print, tempat cetak foto, bahkan koperasi yang nyediain alat tulis dan barang-barang keperluan mahasiswa, maka Cenat Cenut adalah gabungan dari itu semua. Cenat Cenut adalah tempat terlaris, teramai dan tersibuk di FMIPA.
Kenapa namanya Cenat Cenut?
Sumpah, dari dulu nggak ada yang pernah tahu makna terselubung dari nama ini dan nggak berani juga nanya ke babang-babang perkasa yang ada di sana. Mungkin karena Cenat Cenut adalah tempat yang selalu on time setia dari pagi sampai sore, makanya dinamain Cenat Cenut (kayak jantung yang berdetak terus, jadi ber-Cenat Cenut). Kalau si Cenat Cenut ini tutup, percayalah mahasiswa FMIPA bakal gentayangan nggak jelas untuk nyari tempat macam Cenat Cenut. Tutupnya Cenat Cenut adalah bencana besar buat mereka-mereka yang deadliner dan para ambiser.
Laprak? Makanan? Itu Ketoprak! Laprak? Laprak aja, biar kapok! Itu sih Labrak.
Laprak itu adalah kependekan dari Laporan Praktikum, ya pasti semua manusia tau lah ya. Laprak bukan hanya ada di FMIPA tapi juga ada di fakultas-fakultas Rumpun Ilmu Kesehatan contohnya FKM. Nah, hampir semua jurusan di FMIPA ini memuat matkul yang ada lapraknya. Konon katanya, anak-anak Kimia sering banget nggak tidur gara-gara nge-labrak, eh, nge-laprak maksudnya. Jelas, Kimia basisnya praktikum banget, Sob.
Nah, gimana kalau ada yang belum nge-Laprak?
SKS (sistem kebut sedetik)
Nih ciri orang yang belum ng-laprak; diem-dieman tapi dalam hati panik, bergaya santai tapi tangannya gerak cepat, kena tremor secara tiba-tiba, pas jam praktikum belum dimulai masih muka-muka biasa, pas temen bilang “masuk, ada dosen” baru bilang “eh laprak gue belum kelar” baru deh rasa panik meningkat signifikan. Jangan tiru adegan itu ya, karena Laprak dapat sangat berpengaruh pada rekap nilai kita nanti.
Buat kalian yang belum tahu, Laprak ini muatannya terdiri dari data pengamatan, pembahasan yang bisa sampe berlembar-lembar , perhitungan, lembar dokumentasi praktikum dan MSDS (Material Safety Data Sheet) yang berisi informasi tentang zat-zat yang ada di praktikum. Dan, semua muatan di atas itu dari mulai data pengamatan, pembahasan, perhitungan sampai MSDS wajib ditulis tangan tanpa terkecuali.
Terkesan ribet memang, tapi bobotnya lumayan. Selain itu tahu nggak sih, kalau untuk praktikum Kimia, si Laprak ini selalu barengnya sama Jurnal Praktikum yang kira-kira 3-4 lembar. Pokoknya, Laprak sama Jurnal Praktikum ini kayak Romeo dan Julietnya semua tugas-tugas, mereka takkan bisa terpisah oleh ruang dan waktu deh.
Ujian Teng-Tengan
Hah? Ayu Ting-ting? Ada Ayu Ting-ting di FMIPA?!
Parah. Bukan Ayu Ting-Ting ya, Sobat. Tapi Ujian Teng-tengan. Adanya dimana tuh? Fisika? Kimia? Matematika? Geosains? Geografi? Biologi? Yup, jawaban yang terakhir saaaangaat tepat. Apa sih ujian teng-tengan? Ujian yang paling dipertanyakan dan ditakutkan maba-maba Biologi.
Berbeda dengan jenis ujian lain, dalam ujian teng-tengan ini kamu bakal dikasih 50 soal isian tepat bisa beranak pinak macam ayam, setiap soal berada di meja yang berbeda dan dikasih nomor soalnya, lalu setiap satu menit sekali ketika lonceng dipukul berbunyi “Teng” maka Sobat harus berpindah ke soal berikutnya. Kenapa harus pindah? Karena teman di samping kita akan bergeser ke tempat kita untuk mengisi soal tadi. Pergeseran akan terus berganti sampai semua mahasiswa mencicipi 50 soal tersebut.
Tidak boleh ada yang lirik kanan lirik kiri lho. Ya kali mau nyebrang. Kalau ada yang ketahuan lirik kanan lirik kiri, percayalah semua yang ikut ujian itu akan terkena imbasnya. Kok bisa? Karena semua Asisten Lab berdiri di setiap sudut, Sobat. Dan saat satu orang ketahuan sedikit saja melirik, lonceng akan berbunyi sangat cepat meskipun belum tepat satu menit. Jadi, semua mahasiswa bakal berpindah terus-terusan tanpa mengisi soal. Jangankan mengisi, ngeliatpun nggak bakal sempat karena kalau sudah dipinta “geser” wajib “geser”.
Nah, yang ditakutkan dari ujian ini adalah kalau ada lebih dari 5 orang yang lirik kanan lirik kiri di waktu yang berbeda, bakal ada banyak soal yang nggak keisi. Kalau udah kayak gini, suhu ruangan akan meningkat, udara menipis, keringat bercucuran, tubuh panas dingin, dan jantung akan berkontraksi lebih cepat dari biasanya!
Jadi jangan berani lirik-lirik saat ujian ini, ya. Mau kalian bertanya atau tidak, mencontek atau tidak, saat ujian ini semua harus menunduk. Karena di sini bukan lagi ‘lirikan matamu menarik hati’, tapi ‘lirikan matamu membuat rugi’.
Nah, itulah beberapa hal ‘horor’ yang sering banget dilalui mahasiswa FMIPA. Dari yang awalnya simple-simple saja sampai yang bikin tubuh panas dingin luar biasa. Nggak kerasa sudah selesai perjumpaan kita, Sobat AnakUI.com. Gimana? Gimana apanya? Ya, gimana habis bacanya, seru atau serem atau kaget atau sedih? Pasti perasaan kalian beragam, ya kan? Iya aja lah, mumpung perasaan kalian masih anget-anget, Yuk share biar semua pada tahu dan biar semua pada ingat dengan nge-Labrak, eh, nge-Laprak maksudnya.
Bagi teman-teman yang baru saja menjalani UN, memilih tujuan hidup berikutnya tentu tidaklah mudah. Ada banyak faktor yang harus dipertimbangkan, mulai dari kondisi keluarga, kemampuan studimu, hingga cita-cita yang akan kamu raih. Jika kamu memilih untuk meneruskan petualangan hidupmu dengan berkuliah di Universitas Indonesia, tentunya kamu membutuhkan arahan yang tepat akan jurusan apa yang tepat untuk kamu pelajari. Dan berikut ulasannya!
Ada pepatah yang mengatakan, “If you do what you love, you’ll never work another day in your life”. Nah, logika yang sama juga dapat kamu terapkan saat memilih jurusan kuliah nantinya. Jangan sampai kamu menyesal kemudian hanya karena saat memilih prodi kamu cuma ikut-ikutan teman atau karena prodi tertentu lagi ngetren. Layaknya menentukan pasangan hidup, hal ini hanya bisa kamu lakukan once in your life, so make it wise.
Di tahun terakhir SMA, apa sih mata pelajaran favorit kamu? Bidang-bidang apa saja yang kamu kuasai di kelas? Nilai-nilai mata pelajaran apa saja yang memiliki poin tertinggi dari rapor terakhirmu?
Catat dan buat list-nya. Hal ini akan ngebantu kamu memahami diri kamu sendiri sama apa yang kamu sukai dan apa yang kamu kuasai. Karena terkadang, ada hal-hal yang kamu sukai namun belum kamu kuasai, bisa terjadi karena minimnya sumber dari lingkungan kamu yang sekarang atau hal-hal lainnya.
Setelah semua berurut dengan baik, kamu harus memutuskan, apakah kamu akan mempelajari bidang yang belum kamu kuasai tapi kamu suka atau bidang yang kamu kuasai tapi kamu tidak menyukainya? Atau keduanya? Apa pun itu, tanamkan dalam sanubarimu bahwa pilihanmu hanya berlaku sekali seumur hidup.
Belajar Hal Baru
Lakukan riset kecil-kecilan tentang prodi pilihan kamu via satrioarismunandar6
Prodi di dunia perkuliahan membuka matamu bahwa pengetahuan yang akan kamu pelajari masih luas dan tak terbatas. Jika kamu memutuskan untuk mempelajari hal yang benar-benar belum kamu kuasai atau belum kamu ketahui, Kriminilogi misalnya, maka lakukanlah riset kecil-kecilan—buka Google atau YouTube dan simak apa saja yang dipelajari di perkuliahan Kriminologi. Dan perhatikan apa yang kriminolog lakukan saat mereka bekerja di tengah masyarakat.
Hal ini akan ngebuat kamu mengerti tentang hal baru yang akan kamu pelajari. Kamu bisa membayangkan akan menjadi orang yang seperti apa kelak jika mengambil prodi tertentu.
Apa pun pilihanmu, hindarilah keraguan dan percayakan pilihanmu pada suara hati kecilmu. Jangan biarkan faktor eksternal seperti dorongan orang tua atau usulan teman-teman yang agak memaksa memengaruhi keputusanmu. Karena yang memahami hidupmu hari ini dan di masa depan hanyalah dirimu sendiri.
Karier
Searching gimana karier yang sesuai prodi yang bakal diambil via jurusankuliah
Jika kamu masih bingung dengan prodi apa yang akan kamu pilih di Universitas Indonesia, kamu bisa melihat-lihat buku dan film atau tayangan dokumentasi tertentu terkait profesi yang berhubungan dengan prodi-prodi pilihanmu.
Misal, anak teknik nantinya di dunia kerja akan jadi apa sih? Kamu bisa mencari karier yang relevan dengan lulusan teknik seperti insinyur teknik atau bahkan insiyur robotik. Ragam profesi yang ada di tengah masyarakat kita hari ini semua dibentuk oleh prodi-prodi yang ada di setiap universitas. Tentunya hal ini dapat menjadi input untuk memperkuat pilihammu.
Setelah menentukan pilihan, hal terakhir yang perlu kamu lakukan adalah mendapatkan review atau feedback.
Kamu bisa bertanya pada orang tua, teman-teman, kakak, atau saudara bahkan tetanggamu yang pernah menjalani kuliah di Kampus Kuning dengan jurusan tertentu. Kamu bisa menanyakan pendapat mereka tentang bagaimana, sih, lingkungan kuliah di UI dan apa saja yang akan kamu dapatkan jika kamu mengambil prodi tersebut.
Dari sekian banyak pendapat yang kamu kumpulkan, ditambah dengan pilihan-pilihan hidupmu seperti yang disebutkan di atas, maka diharapakan kamu sudah dapat menentukan apa prodi yang tepat untukmu saat menginjakkan kaki di kampus perjuangan ini.
Apa pun pilihannya, kami yakin itu adalah pilihan terbaik yang pernah kamu buat. Kami tak sabar untuk menanti dan bertemu muka dengan teman-teman generasi penerus perjuangan yang akan meneruskan perjalanan hidupnya di kampus UI.
Have a faith on whatever decision you make in life, then you will live the life to the fullest!
Yuk, bagikan inspirasi ini lewat Facebook, Twitter, dan LINE kamu sekarang!
Ayo, mahasiswa, pagi-pagi ngapain biasanya? BMKG kini kembali beraksi membahas hal-hal yang… gak penting dan gak krusial karena memang sesungguhnya BMKG kurang gawean. Pasca mewawancarai segala jenis mahasiswa, ini adalah beberapa kebiasaan mahasiswa kalo pagi-pagi. Apa aja tuh?
Lucunya mahasiswa, ada yang memang akrab sama alarm, ada yang musuhan. Musuhan itu as in ketika si alarm ‘ngomong’ tapi si mahasiswa menhiraukannya, macam dua cewek lagi betengkar berebut cowok yang padahal mereka berdua pun belom kenalan. Sedangkan yang akrab, mereka mau mendengarkan alarm bahkan hubungannya saling pengertian.
Sepengertian apa? Nah, salah satu kasus yang lucu adalah ada mahasiswa nyetel alarm pukul tujuh kurang lima menit, lalu pukul tujuh lewat tujuh menit. Kenapa?
Katanya, ini alarm jadi mengingatkan si mahasiswa bahwa ada 5 menit ekstra sebelum pukul tujuh. Dan dia kembali dibangunin pada jam tujuh lewat tujuh, supaya si mahasiswa bangun dan ada waktu tiga menit untuk ngumpulin nyawa sampe 7 lewat 10. Absurd, tapi membuktikan keakraban mereka dengan alarm ekstra.
Malah ke kantin
Biar ada dosen, karena kebiasaan tetep aja ke kantin dulu via Mufid Afif
Kebiasaan mahasiswa pecinta kantin adalah ketika mereka sampe kampus, kaki mereka secara otomatis menuju kantin. Entah kenapa ya, tapi memang begitu adanya. Mungkin mitos mata kaki bisa menentukan jalannya sendiri.
Seringnya lagi, ketika udah tau kelas pukul 8 dan mereka menginjakkan kaki di kampus pukul 8 lewat pun, mereka malah ke kantin. Mereka merelakan dateng telat dan risiko dimarahin dosen cuma untuk duduk di kantin pagi-pagi, mungkin tambah kopi, gorengan, dan rokok.
Nyampe kelas ngantuk
Nyampe kelas ngantuk
Mahasiswa punya kualitas yang mendarah daging, yaitu ngantuk yang eternal. Nah, yakin seyakin-yakinnya, ini skenario yang sering terjadi dan dialami oleh mahasiswa. Mahasiswa udah berhasil bangun dari kasur dengan penuh perjuangan, dan berangkat tanpa rasa kantuk.
Eh, ternyata itu rasa kantuk ada sequel-nya. Nyampe kelas, baru aja duduk, gak lama langsung ngantuk lagi. Jidat udah nempel meja atau dagu ditopang tangan biar gak jatoh gara-gara ngantuk.
Entah gak sempet bangun, atau gak jadi berangkat, atau nyangkut di kantin. Mereka ujungnya malah gak nyampe kelas sama sekali. Kebiasaan pagi mahasiswa yang meskipun enak awalnya, tapi bisa berakibat fatal dan menunda atau bahkan membatalkan kelulusan. Ati-ati deh.
Nah, apa kebiasaan kamu kalo pagi-pagi? Ayo share tulisan ini via Facebook, Twitter dan Line dan berbagi kebiasaan pagi dengan mahasiswa lain!
Pernah kebayang kok sidang para wakil rakyat bisa seamburadul itu? Ada yang berantem saat sidang berlangsung, ada yang tidur saat sidang tentang rakyat, ada juga yang pake masker padahal gak ada asap di ruang sidang. Gimana ya kalau perwakilan Indonesia diminta ikut sidang ke PBB?
Setidaknya saat ini kita tidak perlu khawatir, bahwa yang akan mewakili Indonesia di PBB di masa yang akan datang bukan lagi mereka yang berdasi rapi namun perilakunya tidak serapi dasinya. Bahwa kita masih memiliki harapan. Harapan akan bangsa yang dapat tampil di hadapan pemimpin dunia dengan terampil dan penuh percaya diri akan kekuatan yang dimiliki. Harapan yang mungkin nantinya akan dipercayakan pada Adeline Tiffanie Suwana (FEB 2013), Adry Garcio (FEB 2013), Anyssa Rizka (FISIP 2014), Lestari Cinta Zanidya (FT 2014), Muhammad Ali Riza (FT 2011), Sherley Mega Sandiori (FH 2013), dan Syarifah Nadhira Anggitasari (FEB 2013).
Wah kok anak UI? Siapa mereka?
Perwakilan mahasiswa UI dalam simulasi sidang PBB.
Mereka adalah delegasi Universitas Indonesia untuk Model United Nations Club (UI MUN Club) yang berhasil meraih penghargaan dalam kompetisi simulasi sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Asia Pacific Model United Nations Conference (AMUNC). Sebuah ajang internasional yang berlangsung pada 29 Juni-04 Juli lalu di Perth, Australia.
Diikuti oleh ratusan mahasiswa dari berbagai negara di Asia Pasifik, tujuh delegasi mahasiwa UI tersebut berhasil membawa pulang empat penghargaan yang layak kita sandarkan sebagai sebuah harapan untuk masa depan Indonesia yang lebih baik di mata dunia.
Empat penghargaan tersebut adalah Best Diplomacy Award dalam United Nations Development Programme (UNDP) oleh Adry Garcio, Best Diplomacy Award dalam United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) oleh Sherley Mega Sandiori, Honorable Mention dalam Special Political and Decolonization Committe (SPECPOL) oleh Anyssa Rizka, dan Honorable Mention dalam League of Arab States (LAS) oleh Muhammad Ali Riza.
Penghargaan yang diraih delegasi mahasiswa UI tahun ini merupakan jumlah terbanyak sejak UI mengirimkan delegasi pertamanya ke AMUNC pada 2010 lalu. Pada perhelatan AMUNC ke- 21 di Perth, Australia, tim delegasi UI harus bersaing dengan lebih dari 700 mahasiswa dari berbagai negara di Asia Pasifik.
Selain memahami etika persidangan dan menguasai dinamika bersidang dengan elegan, mereka juga dituntut harus memiliki dan menguasai pengetahuan serta wawasan mengenai isu-isu nasional, regional, maupun internasional agar mampu bersaing dengan peserta lainnya.
AMUNC merupakan ajang perlombaan simulasi sidang PBB terbesar di Asia Pasifik yang menguji kemampuan berdiplomasi dan wawasan peserta mengenai isu-isu dunia, serta kemampuan untuk berdebat, berunding, dan mengajukan solusi-solusi baik untuk kepentingan nasional masing-masing negara maupun kepentingan dunia secara menyeluruh. Peserta tidak hanya ditantang untuk mampu mengutarakan idenya secara verbal, namun juga mampu menuangkan dalam dokumen tertulis layaknya resolusi-resolusi yang dibuat PBB dalam dunia nyata.
Peserta harus mampu bernegosiasi dengan peserta lain agar mau menyetujui ide dan solusi yang ditawarkannya. Pemenang lombanya adalah mereka yang mampu memberikan ide yang cemerlang untuk menyelesaikan masalah, mampu memimpin peserta lain untuk menciptakan resolusi, dan mampu menyampaikan idenya.
Sejak AMUNC pertama kali, telah banyak penghargaan yang diraih UI, seperti Best Delegate oleh Kevin Emeraldi dan Top 5 Best Position Paper oleh Hilya Nisrina pada AMUNC 2014, Best Diplomacy Award oleh Rangga Husnaprawira dan Honorable Mention oleh Sartika Hasirman serta juara umum untuk delegasi kecil (best small delegation) pada AMUNC 2013, Honorable Mention oleh Ardhanti Nurwidya pada AMUNC 2012, Best Delegate oleh Garlan Archista Duarsa pada AMUNC 2011, dan Honorable Mention oleh Rainintha Siahaan pada AMUNC 2010.
Melalui torehan prestasi-prestasi anak UI inilah kita titipkan harapan kita untuk membangun kembali jati diri Inndonesia di kancah Internasional.
Prestasi yang mereka raih, bukan sekadar titel semata, melainkan sebuah harapan untuk memotivasi dan menginspirasi banyak pemuda Indonesia untuk terus berusaha dalam mengharumkan Indonesia di tingkat internasional.
Kamu pun bisa menjadi inspirasi seperti mereka. Sebarkan inspirasi ini melalaui Facebook, Twitter, dan LINE kamu sekarang!
Pernahkah kamu membayangkan memesan makanan semudah menjentikkan jemari pada jam tangan? “Ha? Pesan makanan lewat jam? Aneh-aneh aja”.
Mungkin, begitu yang ada di benak teman-teman saat ini. Namun, ingatlah bahwa teknologi smartwatch kini sudah menjadi trend dan bukan hal yang tidak mungkin bahwa saat ini dunia dapat berubah dengan segala inovasi terkininya. Semakin kekinian, semakin canggih. 😉
Dalam artikel kali ini kami akan membahas, siapa aja sih Anak UI yang kekinian banget dan memiliki prestasi dan bisa mengubah dunia dengan inovasinya? Dari sekian banyak Anak UI yang berprestasi, kami memilih 3 orang berikut yang menurut kami, inovasi mereka dapat mengubah dunia!
Prestasi Pandago Studio dalam Startup Asia Singapore 2014
Bukan, bukan! Pandago Studio bukan nama mahasiswa UI melainkan nama tim studio yang didirikan oleh Auzan Helmi S., Caraka Nur Azmi, Enreina Annisa R., dan Rasmunandar Rustam yang kesemuanya merupakan Mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia (Fasilkom UI).
Keempat anak UI ini berhasil mengukir prestasi dalam ajang Hackathon yang diselenggarakan oleh Startup Asia Singapore 2014 lalu. Dalam ajang tersebut, Pandago Studio mempresentasikan aplikasi pertama untuk smartwatch yang mereka desain sendiri, LocaFood – sebuah aplikasi rekomendasi restoran atau café dalam bentuk foto-foto dengan style Instagram yang diakses melalui smartwatch Samsung Gear.
Aplikasi yang memanfaatkan platform Tizen Wearable ini juga dilengkapi dengan informasi step-by-step directions untuk berjalan ke restoran atau café yang diinginkan dan menampilkan foto tempat makan yang dekat dan dapat dijangkau dengan berjalan kaki (di bawah radius 1 km). Wow!
Tidak hanya berhasil mengantongi hadiah senilai $1000 (SGD) dari ajang tersebut, Pandago Studio juga telah berhasil memberikan informasi yang dibutuhkan dengan tetap mengutamakan kesederhanaan dan kemudahan dalam penggunaannya.
Nakoela & Sadewa
Nakoela Hore & Sadewa Hore dalam Kontes Mobil Hemat Energi via jabar.pojoksatu
Tidak kalah dengan Pandago, baru-baru ini sebuah tim yang bernama Nakoela Hore & Sadewa Hore turut menyabet prestasi yang membanggakan. Mereka berhasil merebut gelar Juara 1 untuk Kategori Prototipe Gasoline, Juara 1 untuk Best Design kategori kendaraan Prototipe, dan Juara 1 untuk Kategori Urban Concept Gasoline dalam ajang Kontes Mobil Hemat Energi yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dan Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, 21-25 Oktober 2015.
Kontes tersebut merupakan ajang yang mewadahi mahasiswa teknik terbaik dari seluruh Indonesia untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang didapat dari bangku kuliah serta meningkatkan kreativitas, disiplin, serta kemampuan soft skill dan hard skill.
Pada ajang tersebut, Tim Nakoela Hore berhasil meraih pencapaian satu liter bensin untuk 740 kilometer, sedangkan Tim Sadewa Hore dengan karyanya bernama Kalabia Evo.5 berhasil meraih perolehan satu liter bensin untuk 292 kilometer. Wow, fantastis bukan!?
Siapa sangka, Indonesia menyimpan potensi besar untuk teknologi mobil hemat energi? Kebayang deh di masa yang akan datang kita bakalan jarang atau bahkan mungkin tidak lagi ngantre di pom bensin. Tidak hanya itu, dengan hemat energi, kita pun mampu menghemat energi untuk berpuluh-puluh tahun ke depan!
Adika Bintang Sulaeman, Jendra Riyan Dwiputra, dan I Made Sanadhi Sutandi
Salah satu inovasi anakUI dalam Pagelaran Mahasiswa Teknologi Informasi dan Komunikasi via uiupdate
Berbeda dengan Nakoela & Sadewa serta Pandago Studio, ketiga mahasiswa ini tidak memiliki nama yang unik untuk timnya. Namun, siapa sangka, mereka berhasil membangun dan mengembangkan stasiun cuaca mini berbasis piranti cerdas dan Internet of Things!
Nah, buat kamu yang masih bertanya-tanya, apaan sih Internet of Things? Internet of Things (IoT) adalah sebuah konsep yang bertujuan untuk memperluas manfaat dari konektivitas internet yang tersambung secara terus-menerus. Gampangnya, dengan Internet of Things semua benda mati dapat terkoneksi melalui internet, seperti menyalakan lampu dengan voice recognition. Jadi kayak di film Iron Man gitu deh.
Ialah Adika Bintang Sulaeman (Teknik Komputer 2012), Jendra Riyan Dwiputra (Teknik Elektro 2012), dan I Made Sanadhi Sutandi (Teknik Komputer 2012) yang berada di bawah bimbingan pak, F. Astha Ekadiyanto (dosen Teknik Komputer FTUI), yang mengembangkan stasiun cuaca portable tersebut dalam Pagelaran Mahasiswa Teknologi Informasi dan Komunikasi (Gemastik) ke-8 yang diselenggarakan di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, pada 26—29 Oktober 2015 lalu.
Berangkat dari masalah pertanian di Indonesia, dimana cuaca menjadi salah satu faktor yang menentukan kesejahteraan para petani, ketiga mahasiswa UI ini mengajukan sebuah sistem komputasi yang dapat membedakan cuaca berdasarkan parameter pertanian yang ada, seperti suhu, kelembapan udara, kecepatan angin, intensitas cahaya, curah hujan, dan tekanan udara. Tidak hanya cerdas secara fungsional, stasiun cuaca yang mereka kembangkan memiliki mekanisme suplai daya mandiri (cerdas operasional) dengan mengandalkan tenaga surya (solar panel).
Bayangkan, jika akhirnya inovasi ini diproduksi secara massal, tentunya mitos tanah air kita tanah surga dapat kembali menjadi kenyataan.
Dan tentunya, masih banyak prestasi dan inovasi anak UI lainnya yang tidak dapat kita sebutkan satu per satu di artikel ini. Namun, pastinya ini dapat menjadi inspirasi bagi kamu yang jeli melihat ada masalah apa sih di sekitar dan apa yang dapat kita perbuat untuk memperbaikinya?
Sudah sejatinya mahasiswa Universitas Indonesia, untuk tidak hanya menjalani perkuliahan, namun juga kembali ke masyarakat dan menjadi Indonesia. Yuk, share tulisan ini ke teman-teman kamu di Facebook, Twitter atau pun LINE supaya mereka ikut terinspirasi!
Kamu mahasiswa yang aktif di berbagai kegiatan kampus pasti kenal dong yang namanya eval? Taukan, evaluasi?
Nah, eval ini punya tujuan supaya yang namanya kinerja panitia bisa meningkat, kalau ada masalah atau kendala bisa dicariin solusinya, apa yang kurang dan gimana cara memperbaikinya. Alasannya baik meskipun gak jarang ada yang merasa kalau yang namanya eval itu hanya ngabisin waktu dan membosankan.
Apalagi sih yang biasanya terjadi ketika evaluasi dan bisa bikin awkward bahkan jadi rusuh? Coba yuk disimak.
Silent
Lagi rapat dan tiba-tiba hening itu emang bikin awkward via dpm.ui.ac.id
Ini sering banget terjadi ketika eval. Agak-agak mirip ketika lagi di kelas, dosen ngejelasin tapi gak ada yang peduli atau gak ada yang ngerti. Atau ketika temen lu ngelawak gegayaan stand up comedy, tapi malah jayus gak keruan. Hasilnya, Hening, macam lagunya The Samsons. Tau deh itu band gimana juntrungannya.
Keheningan yang awkward itu bisa ngebunuh, loh. Ngebunuh as in kamu yang lagi ngomong di depan ampe mati gaya. Nah dalam eval, ini kerap terjadi dan bisa berarti banyak hal, misal gak ada yang peduli, gak ada yang ngerti, atau yang di depan lagi marah-marah sok negur terus yang lain diem di mulut tapi dalam hati nyerocos macam Busta Rhymes.
Cara menghindari silent, paling ampuh nih, tegur aja secara individual satu orang, minimal situ gak dianggurin begitu aja macam makanan basi.
Malah bercanda
Untungnya, gak selalu bercanda ngerusak suasana pas rapat via upnjatim
Yeeee maah bercanda! Iya banget gitu loh, karena kalo situ udah bosen ya pasti becanda. Dan sejujurnya becanda ini gak selalu merusak suasana eval kok. Kadang emang mereka, para panitia, butuh becandaan untuk bisa rileks dari tegangnya ngurus acara.
Becanda juga bisa jadi metode evaluasi loh, apabila yang mimpin rapat evaluasi ini emang orangnya suka bercanda dan bisa mengarahkan pembicaraan meskipun sambil bercanda. Enak banget loh, bisa bercanda bareng-bareng ketika eval dan biasanya evaluasinya jadi seru dan lebih efektif.
Jadi berantem
Tapi berantemnya gak malu-maluin kayak gini kok via kompasiana
Ya ya ya. Ini kebalikannya bercanda saat evaluasi. Para panitia ternyata kesel-keselan satu sama lain dan menganggap dirinya atau divisinya memiliki performa paling bagus dan yang lain itu cuma ecek-ecek anak ayam atau anak ingusan kemaren sore yang gak ngerti caranya ngurus acara. Maka, bertengkarlah mereka itu saat eval.
Salah-salahan itu agak mengerikan dan bisa jadi mencekam ketika beberapa panitia udah baper atau malah yang lebih parah adalah bawa-bawa masalah pribadi ke dalam pekerjaannya sebagai panitia, gak profesional gitu. Berantem ini bisa dibumbui storming out atau bahkan bisa bikin yang lain memilih pihak dan permasalahan kecil bisa berubah jadi perpecahan satu kepanitiaan.
Tugas yang mimpin rapat adalah mengatur supaya semua tetap tenang dan kondusif selama rapat evaluasi dan kalau bisa menyediakan solusi, bukannya malah berpihak. Tapi sebenernya tugas masing-masing panitia adalah berlaku profesional dan dewasa layaknya mahasiswa, bukannya anarkis non solutif berasa preman di perapatan.
Ini juga bisa jadi mengundang perpecahan. Ada panitia yang gak pengin ikut eval karena merasa gak penting atau mau lari biar gak disalahin jadinya dia buru-buru pulang duluan. Jago banget pulangnya, dia macam ninja, tau-tau raib berasa berubah jadi gaib.
Ini bisa mengundang perpecahan karena ketika rapat nanti, kalau panitia yang bersangkutan ternyata udah jalan pulang sementara yang punya grudge masih ada, pasti ujungnya adalah ada yang ngambek dan gak dapet pelampiasan, which is gak sehat karena tujuan eval itu sendiri termasuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kepanitiaan ampe tuntas.
Ini agak melankolis, tapi terbukti memang ada yang demikian. Biasanya di eval terakhir, fenomena ini terlihat. Ada subjek yang seharusnya diberi penghargaan tapi malah gak kesebut atau dilupakan gara-gara seisi rapat evaluasi sibuknya minta ampun kalau udah ngomongin kesalahan orang lain.
Banyak yang melupakan bahwa eval itu juga berarti mengakui dan menghargai mereka yang menyelesaikan pekerjaan dengan baik, going beyond their duty karena mereka secara pribadi berdedikasi tinggi dan profesional. Mereka yang kerjanya bagus gak ada waktu untuk cari-cari kesalahan orang, karena mereka bekerja dengan maksimal, dan justru itulah yang harus dicontoh sama panitia yang lain. Sayang, yang sering terjadi adalah the people who get things done malah dilupakan, dikata mereka mantan yang perlu dilupakan.
Akan lebih baik bagi yang mimpin rapat untuk memulai evaluasi dengan mengapresiasi, karena dengan menunjukkan apresiasi pada mereka yang bekerja dengan baik, orang-orang yang banyak salah itu akan merasa inferior dan mungkin, kalau mereka niat, memperbaiki kinerjanya sebagai panitia.
Nah, yang sering hadir evaluasi, ayo share tulisan ini via Facebook, Twitter dan Line dan suarakan rapat evaluasi yang ideal sebagaimana mestinya!
Era sekarang ini, siapa yang tak menggunakan fasilitas komputer? Mulai dari ibu rumah tangga sampai eksekutif kantoran, pasti pernah bahkan sering menggunakan komputer. Gadget yang satu ini memang sudah masuk konsumsi publik. Kalau barangnya saja sudah mengemuka, apalagi dengan bidang keilmuannya?
Ilmu Komputer adalah salah satu program studi yang terdapat di Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom) UI. Selain Ilmu Komputer, terdapat Program Studi Sistem Informasi. Bahasan berikut ini akan membantu kamu untuk lebih memahami Jurusan Ilmu Komputer UI.
Berdasarkan sejarahnya, Fasilkom UI merupakan institusi pertama di Indonesia yang bergerak di ranah Ilmu Komputer (http://www.cs.ui.ac.id/id/visi-dan-misi/). Dalam prosesnya, pendirian fakultas ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan Pusat Ilmu Komputer (Pusilkom) UI. Pusilkom lebih berperan sebagai unit usaha untuk pelayanan masyarakat di bidang Ilmu Komputer yang dilakukan oleh staf Fasilkom.
Program studi Ilmu Komputer sendiri baru diselenggarakan pada tahun 1986. Sedangkan jenjang S2 untuk Program Studi Ilmu Komputer baru diadakan kemudian, yakni di tahun 1988. Fasilkom sendiri secara resmi baru terbentuk pada tahun 1993.
Deskripsi Umum Jurusan Ilmu Komputer
Deskripsi Umum Jurusan Ilmu Komputer via BEM fasilkom
Salah satu bidang keilmuan yang makin hari makin digandrungi oleh masyarakat luas adalah teknologi komputer. Ilmu Komputer, atau yang juga disebut informatika adalah ilmu yang mampu menstimulus munculnya beragam bentuk teknologi terbaru. Sebagai contoh, teknologi internet serta multimedia. Tidak dapat dipungkiri, kemajuan kedua teknologi tersebut mampu memberikan perubahan besar dalam pola kehidupan masyarakat modern.
Karena tingginya kebutuhan akan perkembangan bidang keilmuan itulah, Ilmu Komputer lahir menjadi jurusan yang masuk di jajaran primadona kampus. Perlu kamu ketahui, jurusan ini tidak berkutat pada cara merancang sebuah komputer, melainkan pada tata cara terkait pemrograman komputer.
Jurusan Ilmu Komputer bertujuan untuk menelurkan lulusan-lulusan yang kuat dalam sisi pengembangan teknologi, pemrograman, dan mampu melahirkan software atau teknologi terbaru.
Ilmu komputer berfokus pada rekayasa perangkat lunak (software engineering) di antaranya meliputi ilmu dalam perancangan, konstruksi dan implementasi, pengelolaan serta evolusi software yang efektif digunakan dalam berbagai industri, perkantoran, maupun rumah tangga. Oleh karena itu, dalam Ilmu Komputer dipelajari algoritma, bahasa pemrograman, struktur data, jaringan komputer, sistem operasi, kompilator, basis data, arsitektur komputer, kecerdasan buatan, robotika, dan grafika komputer (http://dialog.ui.ac.id/id/browse/detil/09.00.12.01).
Sedangkan untuk Sistem Informasi lebih banyak memberikan keilmuan seputar bidang manajemen. Dan tata laksana pemanfaatan teknologi dan komputer untuk kepentingan berorganisasi. Jadi, bisa kamu lihat kedua program studi tersebut memiliki wilayah kerja yang berbeda namun saling melengkapi.
Terdapat 4 bidang peminatan di Jurusan Ilmu Komputer UI, yaitu Arsitektur dan Infrastruktur TI, Teknologi Perangkat Lunak, Pengolahan Informasi Multimedia, dan Kecerdasan Komputasional. Kamu bisa memilih bidang peminatan yang dirasa paling sesuai untuk kebutuhanmu. Pilihan minat ini menentukan arah minat karier yang akan kamu bangun kelak.
Prospek Lulusan Jurusan Ilmu Komputer
Prospek Lulusan Jurusan Ilmu Komputer via ririsatria40
Lulusan Jurusan Ilmu Komputer sangat banyak dicari. Terlebih saat sekarang ini, ketika pertumbuhan pengguna teknologi internet dan multimedia semakin maju. Bisa dibilang di perusahaan mana pun dibutuhkan lulusan Ilmu Komputer.
Profesi yang umumnya digeluti oleh lulusan Ilmu Komputer antara lain; programmer, system analyst, konsultan dan manajer TI, software/web developer, dan sejenisnya. Data menyebutkan bahwa lulusan Ilmu Komputer dengan rata-rata IPK 3.15 selama empat tahun terakhir langsung terserap di pasaran tenaga kerja tanah air (75,25%) setelah lulus. Sedangkan sisanya (24,75%) cenderung melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Lebih jauh lagi, dengan berkembangnya teknologi smartphone, khususnya pengguna android di tanah air, porsi kebutuhan akan lulusan Ilmu Komputer pun jadi semakin meningkat. Semakin banyak lulusan Ilmu Komputer yang kini terjun dan merancang berbagai aplikasi android. Penghasilannya sudah barang tentu tidak terbatas.
Lulusan Ilmu Komputer banyak juga ditemui lebih memilih untuk berwirausaha ketimbang bekerja terikat pada satu perusahaan. Karena profesi ini memang sebenarnya sangat mungkin untuk berkembang mandiri. Tentu saja, selama masih banyak orang menggunakan teknologi informatika, maka prospek usaha lulusan Ilmu Komputer tidak akan pernah surut.
Jurusan Ilmu Komputer di Universitas Lain
Jurusan Ilmu Komputer di Universitas Lain via bem.cs.ui.ac
Ilmu Komputer di UI telah memperoleh akreditasi A. Tapi tidak hanya di universitas ini jurusan Ilmu Komputer memperoleh penilaian akreditasi yang terbaik. Terdapat 3 kampus negeri lainnya yang juga memperoleh akreditasi A untuk jurusan Ilmu Komputer, yakni IPB, UGM, USU.
Sisanya, Jurusan Ilmu Komputer dengan akreditasi terbaik juga dapat ditemui pada universitas swasta di seluruh penjuru negeri. Tentu saja perbedaan yang paling mencolok adalah dari sisi biaya perkuliahan. Universitas negeri cenderung memiliki pembiayaan yang relatif lebih ramah ketimbang universitas swasta unggulan.
Biaya Kuliah Jurusan Ilmu Komputer
Berapa biaya Kuliah Jurusan Ilmu Komputer via bitmagz
Biaya yang perlu kamu keluarkan untuk mengambil jurusan Ilmu Komputer di UI relatif menengah, yakni Rp7.500.000,00 per semester. Biaya tersebut berlaku untuk mahasiswa yang mengikuti program reguler. Sedangkan uang pangkal yang perlu kamu siapkan adalah sebesar Rp25.000.000,00.
Jangan khawatir, untuk setiap mahasiswa yang berprestasi, selalu tersedia keringanan biaya. Keringanan ini diberikan oleh kampus dalam bentuk beasiswa. Ada yang berupa beasiswa penuh, yang meliputi biaya per semester bahkan sampai membayar uang pangkal, dan ada pula yang hanya sebagian saja. Segala informasi tentang beasiswa kami rangkum pada kategori Info Beasiswa.
Biaya ekstra tentu tetap perlu disiapkan jika kamu berencana kos selama perkuliahan berlangsung. Biaya kos di kawasan UI mulai dari Rp700.000,00 sampai jutaan pun tersedia. Harga sangat bergantung pada fasilitas apa saja yang kamu inginkan. Selamat berkuliah, ya.
—
Nah gimana sekarang kamu udah taukan betapa cerahnya prospek kedepan dari lulusan Fasilkom UI? Yuk share juga tulisan ini ke Facebook, Twitter, dan Line agar temen-temen kamu yang mau kuliah di Fasilkom UI bisa dapat informasi yang berharga ini.
BMKG telah mengamati berbagai hal yang gak seharusnya diamati atau gak penting-penting amat untuk diamati. Kali ini, BMKG mau membahas tentang tas yang dibawa oleh mahasiswa. Beda mahasiswa beda pula tasnya. Seberapa banyak sih jenis tas yang dibawa oleh mahasiswa? Berikut ini adalah hasil pengamatan sementara BMKG atas tas-tas mahasiswa UI.
Cewek badai gak bawa tas ransel. Cewek badai yang ngerasa dirinya badai pasti bawa hand bag yang ketika awal muncul, bikin mereka terlihat seperti emak-emak atau tante-tante, namun setelah jadi suatu tren yang universal, tas mereka itu jadi semacam fashion statement kalau mereka adalah cewek badai, entah emang badai atau cuma gegayaan berasa badai. Isinya? Segala peralatan make up sampe-sampe itu buku kuliah jadi harus mereka tenteng. Gak ngerti kenapa bawa tas tapi harus nenteng buku juga. Terserah, yang penting badai.
Tas selempang
Menurut riset, mereka yang ke kampus emang gak segitu excited via imgarcade
Bawaannya ke kampus pasti sekenanya aja yang bisa masuk ke itu tas, dan tas selempang emang nampaknya dikodratkan untuk terlihat keren kalau gak penuh alias bentuknya ramping. Berdasarkan riset, bisa diasumsikan bahwa mereka yang bawa tas selempang emang gak segitu excited dateng ke kampus untuk belajar. Bisa jadi asumsi ini benar ketika moment surga yang dirindukan oleh mahasiswa itu tiba.
Banyak merek, yang jelas ini tas emang isinya banyak. Semua buku ampe kamus muat masuk, dan ditambah lagi muat masukin laptop dan lain-lainnya macam baju ganti etc. Mereka yang bawa tas ransel umumnya punya agenda yang gak sekadar kuliah, tapi yang lain juga, misal mau kerja kelompok atau emang mau nyicil tugas. Cukup bisa diasumsikan kalau mereka rajin.
Yeah, you know what I mean. Tas yang warna warni mulai dari ijo stabilo sampe ke merah merana (eh apa merona?) lalu ke gambar union jack dan gambar bintang galaksi sesuatu entah apaan. Gak bisa diitung sama kaya tas ransel karena meskipun bentuknya ransel, tipe mahasiswa yang bawa tas ini ga, serajin tas ransel.
Mereka umunya bawa buku secukupnya aja, bawa peralatan sekenanya aja karena tas mainstream ini bakal aneh kalau keliatannya terlalu kempes ataupun terlalu penuh. Jadi ya medium aja lah tingkat kerajinannya. Tapi emang lebih ‘stylish’ dibanding tas selempang dan tas ransel biasa pada umumnya.
Tas atlet
Mereka passionnya pasti sama olahraga via tokopedia
Paham betul bahwa mereka umumnya kuliah cuma formalitas dan passionnya terletak pada olahraga. Tasnya tas gede yang isinya sepatu anduk botol minum etc etc yang menunjang seorang atlet.
Tasnya merek tanda centang tiga garis atau malah tas orang ngegym. Tipe ini juga termasuk mereka yang not really into sport atau not really have the budget to seems like an athlete jadi cuma bawa tas yang isinya sepatu ganti dan baju gantinya dimasukin di tas yang satu lagi. Intinya mereka sporty.
Tas sebenernya masih muat, cuma entah terlalu berat atau jadi keliatan jelek kalau terlalu penuh, maka barang-barang lain seperti buku ataupun kertas-kertas penting disematkan dalam goodie bag dan dibawa kemana-mana bareng itu tas.
Umumnya sibuk, atau ada juga yang gak sibuk-sibuk amat tapi khawatir kalau nanti ketika sampe kampus sibuk dan harus selalu bawa semua catetan supaya gak panik nantinya.
Cuma bawa charger. Bawaannya lebih dikit lagi dari yang bawa goodie bag, tapi yang dia bawa tetep gak muat di kantong, jadi bawa tas pinggang. Jelas gak dateng buat kuliah yang nyatet-nyatet, dia cuma dateng buat nongkrong.
Setelah dianalisis, ada mahasiswa yang emang gak bawa tas sama sekali saat kuliah, dia cuma bawa pulpen dan bawa satu notebook kecil yang muat ditaro kantong. Asumsinya kuliah yang dia hadiri itu gak penting dan gak banyak nyatet, atau isinya ceramah dan bisa direkam pake hape, atau malah dia lagi UTS atau UAS.
Gak bawa tas ketika UTS atau UAS bisa berarti dua hal: dia pinter dan udah siap tes jadi dateng tinggal ngerjain trus pulang atau dia males dan udah pasrah jadi dateng tinggal ngerjain sekenanya terus pulang berpasrah diri. Dasar mahasiswa.
—
Nah, kamu bawa tas yang mana? Ayo share tulisan ini via Facebook, Twitter dan Line supaya temen kamu juga bisa liat, mereka bawanya tas yang mana dan termasuk jenis mahasiswa yang gimana.
Udah lihat lampu lalu lintas aka Traffic Light UI yang ada di depan halte Stasiun UI? Nah, kali ini BMKG mau membahas fasilitas ini dari sudut pandang mahasiswa, karena BMKG kurang gawean.
Asal muasal
Asal muasal
Asal muasal, atau bahasa kerennya Traffic Light U: Origin (berasa judul film), diakibatkan peliknya situasi di lokasi tersebut pada momen-momen tertentu, seperti sekitaran pukul 8 pagi dan sekitaran pukul 4 sore dan 6 sore. Seberapa pelik? Peliknya itu bisa sampai dibilang rusuh, macam bola muntahan di kotak penalti dengan sepuluh orang berebut itu bola. Agak nyebelin emang, kalau dipikir.
Pukul 8 pagi, sekitaran seratus orang mahasiswa berusaha dateng gak telat-telat amat. Mereka itu ada yang naik mobil, ada yang jalan, dan ada yang naik kereta lalu ada yang naik bikun. Nah, berebut lah mereka. Ada yang nunggu bikun dan berbaris dengan riang di sepanjang jalan, ada yang berusaha menerobos pager betis penunggu bikun karena mau nyebrang, ada mobil yang kehalangan mereka yang mau nyebrang, atau ada bikun yang ngalang-ngalangin semua orang yang mau nyebrang.
Awalnya dipekerjakan beberapa pegawai lalu lintas (bukan polantas, bukan juga satpam tampaknya), tapi gak efisien dan gak terlalu ngebantu juga. Malah ada beberapa satpam yang miskoordinasi dan gak ngerti kapan saatnya menyebrangkan dan kapan saatnya membiarkan mobil lewat. Dan para pegawai lalu lintas ini juga hanya hadir pagi hari dan sore hari, gak bisa terus-terusan hadir ‘melayani’ pengguna lalu lintas. Entah ide dari mana, muncullah lampu lalu lintas yang cuma merah dan hijau itu.
Penting?
Seberapa pentingnya untuk mahasiswa UI? via PetaDepok
Penting gak sih? Penting sih penting, tapi ga selalu terlihat penting ga’ sih? Oke ketika hectic macam pukul 8 pagi memang penting karena semuanya tentu harus mematuhi aturannya si lampu supaya gak berebut dan tetep lancar. Tapi ketika bukan masa hectic, itu lampu cuma jadi gurauan belaka.
Kadang itu lampu merah buat para penyebrang padahal gak ada mobil, jadi pejalan kaki ya nyebrang aja. Kadang hijau buat mobil tapi mobil malah ngalah dan memberikan pejalan kaki jalan, atau pejalan kaki ada yang batu udah tau merah masih jalan terus mobil juga jadi ikut bingung. Penting memang untuk keteraturan, namun sedih ketika melihat banyak mereka yang berlalu lalang udah terbiasa nyebrang seenak jidat. Langkah yang baik dari UI menyediakan itu tapi kurang disambut baik oleh kelakuan dan kebiasaan mereka yang sering lewat.
Efisien?
Apakah dengan adanya traffic light jadi efisien? via moertiannisa
Kalau bahas efisiensi, sebenernya ada yang aneh dan harus dipertanyakan. Kombinasi pegawai lalu lintas dan lampu lalu lintas itu bagus, efektif. Teratur karena selain ada lampu, ada pegawai lalu lintas juga yang bisa negur mereka yang nyebrang atau nyetir seenaknya. Namun jadi gak efisien karena itu lampu tetep nyala ampe malem, dan pegawai hanya ada di jam-jam tertentu.
Kalau berpikiran positif, kelak semua bakal nurut sama lampu lalu lintas dan pegawai pun akan tidak diperlukan lagi, akan lebih efisien kalau cuma ada satu fasilitas. Tapi terus pegawainya mau dikemanain?
Realita
Apakah fungsinya sudah digunakans ecara baik? via inspirazis
BMKG merasa kenyataannya lampu lalu lintas dan pegawainya sangat membantu. Namun, yang jadi permasalahan adalah pembatas-pembatas jingga yang mempersulit pejalan kaki untuk lewat. Pembatas itu tujuannya agar tidak ada yang parkir, tapi malah jadi menghalangi. Akan menarik kalau petugas lalu lintas yang punya pos persis di depan halte itu terus berjaga supaya tidak ada yang parkir, jadi pembatas jingga itu bisa disingkirkan supaya gak menghalangi dan petugas lalu lintas bisa hadir dan bertugas kalau bukan nyebrangin, ya mencegah orang parkir di depan halte. Lebih efisien dan gak mengganggu. Tapi gini juga udah lumayan kece, setidaknya zebra cross-nya lurus dan gak belok-belok. Saran doang sih, BMKG mah tau apaan. Cuma kurang gawean doang.
—
Ayo share tulisan ini via Facebook, Twitter dan Line, siapa tau kenyamanan pengguna lalu lintas di UI bisa lebih ditingkatkan dan efisien, dan mungkin mahasiswa UI lain punya ide yang lebih baik dan bisa sekalian menyuarakan idenya!
Ya itu potongan lirik lagu, yang sebenernya bisa menggambarkan sedikit tentang pembahasan kali ini. Kamu, mahasiswa S1 adalah mayoritas di kampus. Di bawah kamu, ya ada dosen dan mahasiswa tingkat S2 dan S3 yang sangat lah minoritas. Kali ini, anakui.com akan bahas tentang mahasiswa S2 di kampus UI yang ‘berasa’ minoritas setelah berdiskusi dengan beberapa mahasiswa S2 setempat.
Seserem dan setua apa pun wajah kamu, kamu tetep aja mahasiswa S1, beda dengan mahasiswa S2. Lawakan zaman S1 yang terlontar untuk temen berwajah boros alias tuwir itu awalnya lucu kalo kamu emang sebenernya masih muda. Lain cerita kalo kamu mahasiswa S2 dan seringkali datang dengan pakaian rapi karena menyesuaikan dengan mahasiswa S2 lain.
Alhasil, sebagian mahasiswa S2 sering dikira dosen. Meskipun sebenernya ada mahasiswa S2 yang magang, atau dosen baday –iya, gue pake ‘y’ –yang disangka mahasiswa S2, tapi intinya suka ketuker antara mahasiswa S2 dan dosen, secara pemikiran umum kalau kamu main ke kampus tapi bukan mahasiswa, berarti ya dosen.
Yap, ini bener banget. Karena mahasiswa S2 jumlahnya gak banyak luber bikin sempit, kamu harus paham bahwa mereka jadi minoritas. Tambah parah kalau sebenernya mereka juga pernah S1 di kampus yang sama, dan cita rasa nuansa kantin udah berubah drastis.
Biasanya di setiap ujung kantin ada temen dari jurusan lain bertebaran dan bisa bikin mahasiswa kesana-kemari riang gembira, sekarang harus nongkrong di satu meja aja karena gak kenal yang lain. Berasa minoritas karena kalau ketawa gak bisa sebebas dan seanarkis anak S1 yang memang mayoritas. Beda, deh pokoknya.
Beberapa lomba dalam fakultas umumnya punya sarat memiliki status mahasiswa aktif. Which means, sebenernya anak S2 bisa aja ikut lomba, dong. Tapi entah kenapa, jarang atau malah gak ada.
Entah mereka yang sibuk atau merasa terisolasi, atau memang gak mau ikut. Atau malah ada skenario kurang orang, misalnya tanding sepak bola S2 lawan S1, ya S2 gak sebanyak itu orangnya.
Temen seangkatan…
Teman angkatan yang terbilang sedikit via catatandosen43
Gak ada temen seangkatan, maksudnya beda sensasi antara temen seangkatan S2 dan S1. Waktu S1, kamu punya temen seangkatan bisa ampe ratusan. Waktu S2, kamu bisa hafal semua temen S2 dalam waktu sebulan. Lebih sedikit, karena memang jumlahnya dikit.
Dan malah temen seangkatan gak selalu punya umur yang sama atau mirip. Kadang beda jauh, gegara baru dapet kesempatan kuliah S2 setelah 3 tahun lulus S1. Atau malah ada yang udah nikah jadi gak bisa berharap kamu diundang ke nikahan dia karena udah selesai tuh nikahannya.
Lucunya, kalau ada mahasiswa S2 yang baru masuk 2015, berarti dia itungannya juga maba, loh. Dia maba 2015, tapi maba S2. Gak sama juga sih sama maba S1. Yaaa… setidaknya gak perlu ikut ospek, so, well.
Panitia-panitiaan
Udah gak terlibat lagi jadi panitia-panitiaan via fahnissa
Pasti ada beberapa mahasiswa S2 yang dulunya aktif sana-sini jadi panitia atau anggota organisasi. Namun ketika S2, gak ada kesempatan. Padahal mungkin kampusnya sama, tapi dia gak bisa ikut organisasi gara-gara ya emang bukan jatahnya dia. Meskipun dia pengin. Yaudahlah. Padahalkan S2 juga mahasiswa?
—
Nah, gimana, berasa gak buat kamu perbedaan ‘minoritas’ dan ‘mayoritas’ S1 dan S2? Ayo share tulisan ini via Facebook, Twitter dan Line, siapa tau ada anak S2 yang mau jadi donatur acara kamu? #ngarep
Libur selesai! Wahai mahasiswa, selamat datang kembali ke rutinitas perkuliahan! Iya, iya, ngerti banget kok kalau semua pengin ada extra time buat liburnya.
Semales-malesnya males, gak ada yang lebih malesin dari menjejalkan diri dalam gerbong commuter line penuh manusia untuk mengikuti kelas pukul 8 pagi, hari Senin, setelah liburan kurang lebih seperempat tahun (pake tahun, biar dramatis).
Kenapa yang disebut mereka yang naik commuter line? Satu, karena emang yang paling sengsara perkara berangkat kuliah. Kedua, karena mau ngomongin stasiun UI.
Mungkin kamu gak sadar, meskipun kamu sudah sering lewat depan itu stasiun atau malah sering keluar masuk stasiun tanpa mengalihkan pandangan dari layar hp saking hafalnya, ada fakta-fakta tersendiri yang perlu kamu tahu tentang Stasiun UI.
Tempat Tersibuk Seantero UI
Ya, begini deh suasana Stasiun UI kalo pagi via depoknews
Yes, ini iya banget. Tahukah kamu kalau Stasiun UI adalah kawasan paling sibuk dan paling rame seantero UI? BMKG gak perlu turun tangan dan cari data soal ini, tentang apakah memang Stasiun UI itu lebih sibuk dan rame dari perpus dan rektorat (ya iyalah) sekalipun.
Kenapa gak perlu? Liat aja sendiri, ramenya kaya apaan. Pagi-pagi, yang mau berangkat kerja ngelawan arus yang baru sampe stasiun mau kuliah. Agak pagian dikit, yang telat bikin rame halte stasiun ditambah mereka yang lagi nunggu bikun atau anak kos yang emang berangkatnya nyantai. Sore, yang pulang kerja, sama yang mau pulang ke rumah.
Terus, emang sibuk? Iyalah. Ada yang jualan, ada yang dalam penantian, ada yang siap-siap nunggu penumpang (ojek), belum lagi yang jaga loket. Kadang, ada spectacle berupa bapak-bapak dengan wig, kostum aneh, dan nari gak jelas (mungkin BMKG akan mewawancari bapak itu… suatu hari). Gak bisa disangkal, stasiun UI lebih rame dari perpus. Tungguin aja Starbucks atau Seven Eleven melihat peluang pasar ini dan buka gerai di stasiun UI.
Kalau sekumpulan orang lalu-lalang mau kuliah atau kerja dan beberapa orang ngumpul untuk rendez-vous di depan stasiun masih kurang rame, silakan datang ketika lagi ada “unjuk rasa”. Mulai dari teriakan “informatif” tentang “pemerintah yang gak becus” (which everybody already knew), “ketidakadilan dalam sistem” (which everybody already knew) dan “kurang didengarkannya aspirasi” (yup, knew that one too).
Anything else we’ve knew?
Kantin stasiun UI
Biasanya di sini banyak penjual makanan via dimanabikun
Di Manggarai sih iya, ada sevel dan bahkan KFC. Tapi di stasiun UI, emang ada? Datanglah pagi-pagi (entah mulai pukul berapa, tapi yang jelas pukul delapan atau sembilan udah ada), maka kamu akan menyaksikan itu halte stasiun berubah jadi kantin, as in banyak yang jualan.
Menjelang sore, sekitar pukul empat, menu berubah. Bukan menunya yang berubah sih, tapi yang jualan ganti. Macam rolling gitu. Tadinya roti atau klapertart atau baked macaroni dan lasagna, berubah jadi angkringan dan otak-otak, dan pecel. Keren kan?
Special flow
stasiun UI ini semacam privilege buat anak UI via Niken Lestari
Buat yang sangat memperhatikan fasilitas yang ada, terutama di stasiun UI dan sekitarnya, pasti bisa mendukung statement ini. Bisa dibilang, stasiun UI ini semacam privilege buat anak UI. Gak percaya?
Dibanding halte Pocin dan halte universitas sebelah, halte UI ini langsung masuk wilayah UI (di stasiun Pocin gak begitu adanya, dan di halte universitas sebelah apalagi). Lalu, lihat flow-nya. Keluar dari stasiun dan butuh ojek, turun lewat tangga kanan. Mau jalan atau nunggu bikun, turun tangga kiri.
Anyway, spesial flow ini juga mendukung mahasiswa yang ngekos di daerah Kober dan Barel. Ada gerbang khusus dan hingga kini terus ada renovasi untuk memperbaiki kenyamanan, seperti lampu lalu lintas (yang sebenernya juga gak terlalu penting, tapi yasudahlah). Sudah sepantasnya mahasiswa UI bersyukur dengan adanya kenikmatan yang sering luput dari pandangan ini.
Ayo share tulisan ini via Facebook, Twitter dan Line supaya jumawa-nya staisun UI bisa tersebar dan banyak mahasiswa UI yang menyadari kelebihan stasiun UI dan banyak mahasiswa universitas sebelah yang mungkin iri. #ketawasetan
UI banget nih. Tiap tahunnya, UI menghasilkan ribuan sarjana dari berbagai cabang ilmu pengetahuan, meskipun UI juga, technically, menunda kelulusan ribuan sarjana yang nyangkut karena belum lulus beberapa matkul. Anyway, apa yang menarik sih dari wisuda sarjana UI?
Kemacetan di sekitar UI
Kawasan UI pastinya jadi macet via beritadaerah
Ini menarik? Sebenernya gak terlalu kalau kamu hanya melihatnya secara sederhana. Iya, UI ketika wisuda bikin macet. Macet banget. Karena banyak orang tua yang nganterin anaknya ke wisuda di Balairung, sampai parkir di sepanjang jalan yang masih ada space buat parkir. Mungkin bisa dibilang satu-satunya momen tempat parkir Balairung penuh adalah wisuda.
Lalu apa yang menarik? Yang menarik adalah banyak orang Depok dan sekitaran UI lainnya yang kadang merasa gak nyaman dengan kemacetan yang disebabkan oleh acara UI yang satu ini. Well, maaf deh kalau bikin macet, tapi bukankah kalau gak ada UI di Depok dan sekitarannya itu sekadar rawa-rawa dan hutan, yah? Semua udah sepakat akan hal itu loh.
Pak Dibyo
Selalu ada Pak Dibyo di Wisuda UI
Tentu saja ada Pak Dibyo. Pak Dibyo ini bukanlah lagi sekedar dateng loh, tapi udah jadi simbol kehidupan. Simbol awal dan akhir. Dulu zamannya masih maba, mereka yang diwisuda disuruh nyanyi sama Pak Dibyo, kini beliau mengiringi mereka wisuda dengan nyuruh maba nyanyi juga. It’s almost poetic, y’know? Seakan-akan beliau bilang ‘Go ahead and sing, until you’re stand there with everyone sing for you!’ MAA—HAAA-SIS-WAA!
Selalu lebih semangat dari yang nyanyi maupun yang diwisuda.
Epik.
Penjual Bunga
Balairung jadi wangi karena banyak yang jual bunga via sinarharapan
Entah mengapa ada tradisi ngasih bunga ke senior yang diwisuda. Meskipun gak ngerti kenapa, tradisi tetep dilakukan. Akhirnya banyak mahasiswa yang ikutan jual bunga di sekitaran balairung untuk mahasiswa lain yang mau menghadiahi si senior kesayangan dengan seikat bunga. Pastikan dulu senior yang bersangkutan memang gak alergi bunga.
Senior yang diwisuda
Wajah-wajah bahagia karena berhasil diwisuda via Agus Ramanda
Ya iyalah ada mereka. Merekalah yang jadi pusatnya. Wisuda adalah simbol selesainya perkuliahan mereka. Bau toga semerbak memenuhi udara. Senengnya gak ketulungan, berasa diangkat dari neraka dimasukin ke surga. Setelah 7, 8, 9, atau bahkan 10 semester bergulat, akhirnya lulus juga!
Padahal, menurut beberapa kesaksian dari mereka yang sudah alumni, itu adalah bentuk menyelesaikan neraka level 1 dan masuk ke neraka level 2. Tempat sarjana harus berkompetisi dengan sarjana lainnya untuk dapet kerjaan dan mempertahankannya meskipun gak sedikit kelar wisuda langsung nyebar undangan.
Yah, semiris apa pun kisah kamu, mau diwisuda setelah semester 9 atau 10, gak ada yang semiris senior yang mengantarkan dan merayakan kelulusan temen seangkatannya atau malah kelulusan juniornya, sementara mereka masih harus bertarung di bangku kuliah. Mereka tetep dateng, dengan harapan di kesempatan berikutnya, giliran mereka yang pake toga.
Ya, bermodalkan latihan padus bersama Pak Dibyo dan sekotak nasi + ayam, para maba dengan mengenakan jakun yang masih mereka banggakan karena baru dapet sehari sebelumnya, bahkan ada yang badge makaranya belum dipasang karena entah males, lupa atau akhirnya nempelin pake double tape, mengantarkan kelulusan seniornya dengan lagu Gaudeamus Igitur. Entah apa artinya, itu bahasa latin, yang penting nyanyi. Mau sopran atau alto, bas atau tenor, melengking-lengking atau cuma lip sync, harus nyobain deh tuh yang namanya nyanyi di Balairung.
—
Ayo share tulisan ini via Facebook, Twitter dan Line! Mudah-mudahan pada cepet ngerasain wisuda!
Berdasarkan rilis resmi dari UI, jenazah yang ditemukan terapung di Danau Kenanga UI (danau samping balairung) pada Kamis 26 Maret 2015 lalu sudah diidentifikasi. Korban bernama Akseyna Ahad Dori, mahasiswa S1 program studi Biologi, FMIPA UI angkatan 2013 yang berasal dari Yogyakarta.
Ketika Tuhan memutuskan untuk menciptakan bumi, Dia pun menciptakan wilayah-wilayah yang pada akhirnya menjadi negara-negara pengisi peta dunia. Tuhan pun menciptakan negara yang indah, memesona, dan hampir sempurna. Dia memberikan Sumber Daya Alam (SDA) yang … Baca Selengkapnya