Kawasan Ijen terkenal dengan blue fire-nya yang merupakan suatu fenomena alam yang hanya ada di Indonesia dan Islandia. Meski begitu, keindahan yang terdapat pada Kawah Ijen hanyalah satu dari sekian banyak keindahan lain yang masih … Baca Selengkapnya
DEPOK – Jum’at, 20 Januari 2017 32 calon anggota BKP Mapala UI 2016 dan 11 anggota Mapala UI berangkat menuju Bondowoso, Jawa Timur untuk melaksanakan Jelajah Pegunungan Ijen yang akan dimulai pada tanggal 22 Januari 2017 – 3 Februari 2017.
Jelajah Pegunungan Ijen merupakan salah satu rangkaian perjalanan yang dilakukan calon anggota Mapala UI sebagai syarat pelantikan menjadi anggota. Dalam Badan Khusus Pelantikan tahun ini, calon anggota melakukan perjalanan ke Pegunungan Ijen, Kab. Bondowoso, Jawa Timur selama 12 hari. Penjelajahan yang seluruh persiapan dan pelaksanaannya dilakukan oleh calon anggota ini bertujuan untuk menerapkan materi dan menguji keahlian teknis maupun non-teknis yang telah diajarkan sebelumnya selama masa pendidikan dasar.
Persiapan perjalanan dilakukan selama 1 bulan sebelum keberangkatan. Persiapan yang dilakukan oleh calon anggota meliputi pemetaan rute perjalanan, mengasah keahlian rescue dan medis alam bebas, menyiapkan alat komunikasi perjalanan, serta latihan fisik yang porsinya disesuaikan dengan tingkat kesulitan medan pegunungan.
“Harapannya calon anggota Mapala UI bisa menerapkan materi-materi yang telah didapat, bisa belajar baik bergaul dengan masyarakat setempat maupun dengan alam, dan calon anggota bisa mencintai kekayaan alam negeri sendiri untuk kemudian menularkannya pada orang lain” ujar Kawkab Barralimara selaku Ketua Pelaksana Jelajah Pegunungan Ijen di Sekretariat Mapala UI pada tanggal 18 Januari 2017.
Selain melakukan penjelajahan, calon anggota juga mengadakan kegiatan bakti sosial dengan tema “Bersama Mapala UI Memberi Manfaat” pada tanggal 22 Januari 2017 di Desa Rejoagung, Kec. Sumber Wringin, Kab. Bondowoso, Jawa Timur. Bakti sosial ini mencakup penyuluhan hidup sehat, program peduli pendidikan, dan perlombaan.
Wahai para mahasiswa UI, siapa sajakah di antara kamu yang tidak mengikuti organisasi di kampusmu?
Gak salah sih kalau kamu hanya ingin fokus dalam akademik perkuliahan. Namun, tahukah kamu dengan mengikuti ragam kegiatan organisasi di kampus, kamu juga dapat menambah teman dan meningkatkan kemampuan personal kamu, loh! Gak cuma itu, dengan berorganisasi, juga memungkinkan kamu untuk berpeluang dapet beasiswa atau bahkan lapangan pekerjaan.
Meski memang mendapatkan beasiswa bisa juga didapatkan tanpa berorganisasi, portfolio keorganisasian tak jarang dipertimbangkan oleh pemberi beasiswa atau bahkan yang menginterview kamu saat nanti bekerja.
“Oh, IPK-nya bagus. Coba lihat, pernah ngapain aja dia di kampus? Oh, ikut organisasi X, oh menjabat sebagai X. Wah, boleh juga nih dasar kepemimpinannya. Okelah, cocok.” kira-kira beginilah yang ada di benak orang-orang yang akan mempertimbangkan kamu di masa depan.
Selain itu, apa saja manfaat berorganisasi? Yuk intip.
Kemampuan manajemen diri maupun melakukan manajemen terhadap orang lain dapat dilatih melalui kegiatan keorganisasian. Bagaimana kita mengatur waktu, bagaimana kita berdisiplin, bagaimana kita mengatur target yang luar biasa tapi realistis, bagaimana kita bekerja sama dengan rekan sepantaran maupun mengelola sebuah tim, semua itu akan terlatih dengan pengalaman berorganisasi.
Kenapa? Karena setiap organisasi selalu menyimpan edukasi soft skill yang sama baiknya. Di semua organisasi kita akan bekerja dalam tim, kita akan mendapat tugas dari pengurus organisasi, dan kelak kita akan menjadi pengurus organisasi dan memberi tugas pada anggota baru.
Dalam berorganisai, kita akan terlatih untuk memanusiakan diri sendiri dan memanusiakan manusia lainnya.
Memperluas Relasi
Memperluas Relasi via ukmcenter
Saya sudah ikut organisasi X, selanjutnya apa? Selanjutnya adalah menyadari bahwa setiap anggota dari organisasi yang kamu ikuti, mulai dari ketua hingga ke anggota yang keliatannya jarang bekerja dan sering tidak hadir adalah investasi relasi kamu hingga di masa yang akan datang.
Bagaimana bisa? Anggaplah kamu saat ini mahasiswa Jurusan Sastra Jepang, setelah tergabung dalam suatu organisasi, kini kamu punya teman dari Jurusan Kesehatan Masyarakat, Jurusan Teknik Mesin, Akuntansi, Peternakan, dan bahkan Jurusan Politik. Hidupmu tiba-tiba lebih berwarna karena kamu punya teman diskusi yang topik pembicaraannya variatif.
Bayangkan di saat kamu kuliah, ada temanmu yang Jurusan Hubungan Internasional membutuhkan referensi tentang kebudayaan Jepang. Temanmu kebingungan karena ia tidak punya teman yang berasal dari jurusan sastra. Bantuan kecil yang kamu berikan padanya hari ini, akan terus diingatnya hingga 10 tahun yang akan datang.
Setelah 10 tahun yang akan datang, tiba-tiba ia bekerja di Kedubes Indonesia di Jepang dan membutuhkan seseorang untuk bantu menerjemahkan dokumen berbahasa Jepang, tentu namamulah yang akan muncul pertama kali di benaknya. Karena ia telah menjalin hubungan relasi yang baik denganmu selama 10 tahun sejak pertama kali bersama-sama tergabung dalam organisasi.
Beginilah investasi relasi bekerja. Membuka peluang yang mustahil menjadi memungkinkan.
Gak sedikit lho, anak UI yang abis lulus masih gak bisa jawab passion-nya apa. Bisa jadi ia amat mahir dalam suatu bidang tertentu tapi ternyata ia hanya melakukannya untuk bekerja. Sebuah pepatah mengatakan Choose a job you love and you don’t have to work a day in your life, karena jika mengerjakan sesuatu yang kita cintai, gak akan kerasa kayak kerja. Bahkan mungkin saking cintanya bisa lupa waktu.
Nah, gimana caranya menemukan pekerjaan yang kita cintai? Yang pertama harus dilakukan adalah cari dulu cintanya. Ada beragam organisasi yang dapat kamu temukan di kampus. Beberapa diantaranya ada yang mengasah kecintaan kamu terhadap bisang tertentu, seperti UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa), organisasi kejuruan (HIMA) dan MAPALA (Organisasi mahasiswa pecinta alam).
Jika kamu senang main bola, asah skill kamu bermain bola melalui UKM sepak bola. Jika kamu senang menggambar, carilah UKM yang sesuai dengan bakat kamu. Dengan bertemu teman baru yang memiliki kecintaan yang sama, kamu dapat memperdalam pemahaman kamu akan bidang yang kamu cintai dan bahkan memperdalam pemahaman kamu akan cinta lokasi, eh salah ya, duh, abaikan.
Dengan bakat dan kemampuan yang kamu asah melalui organisasai bakat yang kamu ikuti secara konsisten, suatu saat kamu benar-benar dapat menjadi seorang yang expert di bidangnya. Steve Jobs, Walt Disney, Hayao Miyazaki, Shakira, Anggun, dan semua tokoh dunia yang kamu ketahui ahli dalam bidangnya, semuanya memulai saat mereka masih cupu dan baru kenal sama yang namanya bau keringat.
Bukan, bukan praktik jual-beli suara atau praktik-praktik aneh lainnya, ya. Maksudnya, setelah berkutat dengan buku dan teori-teori di kelas, di kosan dan di kantin, kita pasti akan sampai pada suatu titik “Gimana ya cara bikin produk x dengan benar?” atau “Gimana ya cara melakukan ‘anu’ dengan benar?” dan organisasilah tempat kamu mempraktikannya.
Memang tidak bisa digeneralisir bahwa semua mahasiswa dari semua disiplin ilmu bisa mendapatkan praktik yang nyata dari organisasi di kampus. Namun, tidak jarang ada organisasi yang bekerja sesuai dengan sebuah disiplin ilmu, seperti organisasi himpunan mahasiswa Jurusan (HIMA), Persma (Pers Mahasiswa) atau Kopma (Koperasi Mahasiswa).
Di organisasi Pers Mahasiswa yang bergerak di bidang jurnalistik, mahasiswa Jurusan Komunikasi bisa menyalurkan ilmu mereka tentang media dengan memproduksi media yang nyata. Semua teori pun terpakai: teori penulisan berita, desain komunikasi visual, desain grafis, fotografi jurnalistik, jurnalisme presisi, periklanan, manajemen keuangan media, dan sebagainya.
Kemudian di Koperasi Mahasiswa (Kopma), mahasiswa Jurusan Akuntansi bisa mempraktikkan ilmu mereka untuk mengatur keuangan, mahasiswa Jurusan Komputer bisa membantu merancang software untuk operasional kasir di swalayan koperasi, mahasiswa Jurusan Kearsipan bisa mengurus perpustakaan dan dokumen lembaga, dan lain sebagainya. Bahkan mahasiswa Jurusan Sastra Jepang bisa menyalurkan pengetahuannya di Kopma dengan cara – cara seperti, membuka jasa penerjemah film berbahasa Jepang khusus pelanggan Kopma, atau memperjualbelikan produk-produk yang berhubungan dengan kebudayaan Jepang. Tentunya akan terasa lebih seru daripada memperjualbelikan perasaan, eh, salah lagi. Duh.
Memilih Organisasi yang Baik
Memilih Organisasi yang Baik via ukmcenter
Setelah mempertimbangkan latar belakang dan manfaat berorganisasi, kita tentu akan dihadapkan dengan ragam pilihan organisasi mana yang akan kita ikuti. Organisasi mahasiswa, pada umumnya terbagi 2 kategori, organisasi internal kampus (yang berada dalam cakupan civitas akademika) dan organisasi eksternal kampus (diluar cakupan civitas akademika).
Kedua kategori ini jenisnya nantinya masing-masing akan terbagi lagi sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Organisasi internal akan terbagi dalam jenis organisasi jurusan/HIMA, UKM, BEM, BPM, Senat, dan Kopma serta Persma. Sementara organisasi eksternal tidak terbagi dalam jenis, namun langsung terbagi atas nama organisasinya masing-masing.
Memilih organisasi internal biasanya akan lebih mudah, karena setiap organisasi sudah memiliki domainnya tersendiri yang spesifik. Seperti Himpunan Mahasiswa Komunikasi, merupakan organisasi yang menyatukan semua mahasiswa dalam jurusan komunikasi. Sedangkan UKM, Kopma dan Persma adalah organisasi yang biasanya dipilih berdasarkan kecintaan atas hobi, bakat atau kesamaan minat.
Dalam memilih organisasi eksternal diperlukan ketelitian. Pasalnya, tidak sedikit lho ada oknum-oknum tertentu yang mendirikan suatu organisasi yang katanya organisasi eksternal, namun ternyata MLM, organisasi tipu-tipu atau bahkan jaringan terorisme. Lalu bagaimana mengetahui organisasi mana yang baik?
Salah satu caranya adalah dengan mengetahui terlebih dahulu track record dan sejarah organisasi tersebut. Seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang sudah berdiri sejak 1947, melahirkan alumni yang beberapa diantaranya menjadi pemikir bangsa dan tokoh nasional seperti Nurcholish Madjid, Drs. Agus Salim Sitompul, Ahmad Wahib, Pejuang HAM – Munir, Azyumardi Azra, hingga menteri pendidikan kita sekarang, Anies Baswedan.
Beberapa organisasi eksternal yang dapat dipertimbangkan antara lain Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Himpunan Mahasiswa Buddhis Indonesia (HMBI), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Perhimpunan Mahasiswa Katolik Indonesia (PMKI), Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI), Tangan Di Atas (TDA Kampus), HIPMI Muda, Junior Chamber International (JCI), Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), Rotaract Club, Akademi Berbagi, dan masih banyak lagi.
Nah, sudahkah kamu berorganisasi? Yuk, share tulisan ini di Facebook, Twitter dan LINE kamu untuk menginspirasi teman-teman lainnya!
Yang namanya trend itu selalu ada. Dulu, satu orang suka Justin Bieber, semua suka dan dia jadi trend. Terus ketika ngata-ngatain Justin Bieber jadi trend, semua juga ikutan. Trend itu identik dengan yang namanya ikut-ikutan tanpa ngerti esensi dari kegiatan yang dilakukan. Nggak bisa disalahin juga sih mereka yang ikut-ikutan itu, namanya juga berusaha eksis.
Yang belakangan masih jadi trend adalah naik gunung. Naik gunungnya udah ada dari zamannya Soe Hok Gie, tapi belakangan baru nge-trend lagi setelah banyak orang posting-posting keberhasilan mereka naik gunung sambil foto bareng kertas. Nah buat kamu yang baru mau ikutan naik gunung, entah ikut-ikutan atau emang mau nyicip, evaluasi diri kamu sendiri dulu dengan hal-hal di bawah sebelum kamu benar-benar memutuskan untuk ikut naik gunung.
Preparation
Apa aja yang dibawa saat hiking? (Sumber: schiffner)
Kamu udah siap? Pasti bilangnya siap, udah kaya Spongebob. Tapi siapnya di sini adalah apa kamu udah siap-siap? Preparation sebelum naik gunung itu nggak main-main, loh. Kamu sendiri tahu nggak apa yang harus dibawa? Kalau kamu sendiri nggak tahu atau kamu sendiri masih ngandelin temen kamu untuk bawain hal-hal penting macam suplai P3K dan tenda gegara kamu males bawa, mending jangan naik gunung, deh.
Ketika kamu ikut-ikutan naik gunung dan nebeng sama temen-temen mulai dari peralatan masak sampai ke obat-obatan dan air minum, kamu malah nyusahin mereka. Sekali kamu naik gunung bareng mereka dan nyusahin mereka, ada kemungkinan ketika kali kedua dan mereka kesel, kamu bakal didorong jatuh dari gunung. Mungkin nggak sejahat itu sih, but you get my point.
Ego juga termasuk sama penjelasan di atas tentang persiapan, tapi ego di sini adalah ketika kamu melakukan pendakian. Memang persiapan dilakukan sendiri-sendiri, tapi ketika mendaki, kalian bareng-bareng. Nah, mendaki gunung itu agak mirip sama pacaran, kalo bukan kamu yang ninggalin, ya kamu yang ditinggal. Kalo kamu nggak bisa keep up sama yang lain dan maksa minta ditungguin tapi kamu nggak mau usaha, kan nyusahin yang lain. Kalo kamu egois dan buru-buru mau sampai puncak supaya bisa selfie dan ninggalin yang lain, nggak bagus juga. Nah, kalo kamu masih egois gitu, mending ditunda dulu naik gunungnya.
Ini salah satu yang paling penting. Kamu siap nggak secara fisik? Jangan nanti belum sampai puncak udah asma. Atau belum sampe puncak udah minta digendong karena nggak kuat lagi. Kamu harus tahu batas kemampuan fisik kamu sendiri sebelum naik gunung, karena naik gunung itu tantangan. Kalo kamu ga siap secara fisik, yaa…tunda dulu, deh.
Ini satu paket sama kondisi fisik. Let’s be generous and say kamu udah siap secara fisik. Kamu kuat dan stamina kamu bagus. Tapi, lagi-lagi harus dibilang, naik gunung itu tantangan. Kamu akan berada di alam terbuka, jauh dari comfort zone kamu. Kalau kamu masih manja-manja nggak bisa makan makanan yang nggak dimasak sesuai standar kamu, kamu masih manja dan nggak mau lanjut kalo udah capek, kamu masih bingung perkara buang air dan kamu nggak bisa jauh-jauh dari handphone, mending ditunda dulu naik gunungnya. Bukannya menaklukan alam, yang ada kamu ditaklukan oleh alam.
Cek kondisi alam. Ini ambigu, loh. Ini bisa berarti kamu harus cek kondisi alam yang artinya kondisi cuaca. Kalau lagi musim penghujan, bahaya kalau naik gunung. Kamu bisa-bisa naik, terus langsung turun gegara longsor. Cek kondisi alam bisa berarti juga cek kondisi pegunungan yang kamu daki, mereka yang mendaki untuk eksistensi di dunia maya atau untuk seneng-seneng outdoor aja, udah menimbun sampah di pegunungan.
—
Kalau kamu punya tujuan yang sama dengan mereka, hanya perkara eksistensi sampai mau nyampah dan memperparah kondisi di pegunungan, mendingan nggak usah dulu naik gunung. Naik Gojek gih ke mall, terus naik lift, makan tuh di food court. Banyak tempat sampah, pun kalau kamu nggak beresin makanannya bakal ada tukang bersih-bersih yang nyuciin piring.
Kalau kamu lolos evaluasi ini, bagus. Silahkan naik gunung. Oh iya, sebelum naik, share dulu tulisan ini via Facebook, Twitter, dan Line supaya mereka yang mau naik juga evaluasi diri dulu, penting nggak sih mereka ikutan naik?
WARNING!!! Tulisan yang satu ini hanya diperuntukkan buat kamu, kakak-kakak alumni UI yang udah kece dan siap untuk berkeluarga.
Ish. Sombong banget! Mau ngomongin apa, sih?
Bukan apa-apa Masbro, kalau yang baca ini mahasiswa yang masih jomblo-jomblo unyu nanti sakit ati. Percaya deh.
Karena oh karena, kita bakal ngomongin seputar PER-NI-KAH-AN! Yup! Pernikahan haha.
Bagi kakak-kakak alumni, setelah lulus kuliah tantangan hidup berikutnya yang harus dihadapi adalah dunia kerja dan dunia pernikahan.
Pernikahan adalah upacara pengikatan janji nikah yang dirayakan atau dilaksanakan oleh dua orang dengan maksud meresmikan ikatan perkawinan secara norma agama, norma hukum, dan norma sosial. Upacara pernikahan memiliki banyak ragam dan variasi menurut tradisi suku bangsa, agama, budaya, maupun kelas sosial. Penggunaan adat atau aturan tertentu kadang-kadang berkaitan dengan aturan atau hukum agama tertentu pula.
Bagi sebagian orang, pernikahan tidaklah menjadi hal yang diutamakan. Namun, bagi sebagian lainnya, pernikahan bagaikan ultimate satisfaction of life yang harus dicapai demi mendapatkan kebahagiaan tertinggi. Hati siapa yang tak ‘kan tergoyang di saat orang tua udah membisikkan kalimat sakti, “Kapan ya, bapak/ibu bisa nggendong cucu? Kalau kamu kerja bapak/ibu kan kesepian di rumah.”
Ingin sih nikah, tapi sama siapa? Itu pertanyaan yang sering bergemuruh di hati kita. Namun, bagi kamu yang memang mempersiapkan diri untuk menikah, ada baiknya kamu mempertimbangkan bahwa pendamping hidup yang akan kamu nikahi adalah alumni dari Universitas Indonesia. Bukan, bukan bermaksud sombong. Namun ada beberapa hal baik yang bisa kita petik bersama dari karakter pribadi seseorang yang telah menjalani 3-4 tahun atau bahkan lebih di komplek kehidupan Universitas Indonesia yang mungkin akan sangat jarang didapatkan di lingkungan kehidupan lainnya.
Sounds too good to be true, tapi bisa dicek. Tak sedikit mereka yang telah menghabiskan waktu untuk memperjuangkan hidupnya di lingkungan civitas akademika Universitas Indonesia, memiliki jiwa kepemimpinan yang tidak biasa. Sifat kemandirian yang telah terlatih secara tak sadar, sejak pertama kali menjejakkan kaki di kos-kosan pertama, sifat tak mudah menyerah saat mengerjakan tugas dan mengejar dosen pembimbing. Atau bahkan sifat yang membuat dirinya percaya bahwa setiap mimpi adalah hal yang sangat mungkin untuk diwujudkan, mampu membentuk jiwa setiap insan di Universitas Indonesia memiliki jiwa kepemimpinan yang tidak biasa.
Benar saja, udahlah seleksi masuknya susah, tiap hari ketemu manusia dengan beragam karakter bahkan tak sedikit ketemu orang yang bilang “Kamu yakin punya cita-cita jadi pilot? Udahlah fokus aja sama mata kuliah kamu.” Hal-hal seperti ini membuat para mahasiswa UI semakin memegang teguh mimpi yang mereka peluk erat-erat sedari hari pertama mereka melewati gerbang utama Universitas Indonesia. Mereka percaya pada mimpi. Dan ingatlah, ada kata “Pemimpi” di dalam kata “Pemimpin”
Pernah main ke kosan teman kamu yang kuliah di UI? Coba lihat rak bukunya, apa saja yang mereka baca? Coba lihat dinding kamarnya, apa saja puisi-puisi yang mereka tuliskan? Dan coba lihat koleksi musisi idolanya, siapa saja yang mereka idolakan?
Kemampuan untuk mengelola mimpi hingga menjadi nyata, bukan satu-satunya potensi alumni UI yang patut diacungi jempol. Perlu diketahui, untuk berpegang teguh pada mimpi, seseorang memerlukan role model yang juga berpegang teguh pada cita-citanya. Dan tak sedikit, dari sekian banyak role model tersebut, muncul dari kalangan seniman dan penggiat budaya. Orang-orang seperti Pramoedya Ananta Toer, Soe Hok Gie, Chairil Anwar, hingga Steve Jobs, Adolf Hitler, Leo Tolstoy atau Hayao Miyazaki, adalah sebagian dari tak sedikit deretan role model yang selalu memotivasi anak UI dari generasi ke generasi.
Hal ini membuat tak sedikit dari anak UI yang memiliki kemampuan berimajinasi dan kreativitas yang tak kenal batas. Ditambah lagi, lingkungan yang sarat dengan tenggang rasa dan saling apresiatif terhadap suatu karya semakin membuat mereka aktif dalam berkreasi. Mewujudkan karya dan ide-ide yang tak banyak orang lain pikirkan.
Percaya atau tidak, tak sedikit pula dari anak UI yang dalam kehidupan sehari-harinya berkomunikasi menggunakan bahasa asing. Bukan, bukan karena mereka tidak mencintai bahasa dan budaya Indonesia, melainkan sebaliknya. Di dalam hati sanubari mereka yang paling dalam, sungguh, mereka ingin tidak hanya memperkenalkan Indonesia namun juga berkeinginan keras untuk menunjukan produk dan karya Indonesia kepada dunia.
Karena itu, tak sedetik pun, anak UI melewatkan kesempatan emas ketika ketemu native speaker dari berbagai bahasa yang juga menuntut ilmu di kampus kuning ini. Tak heran, ketika mereka lulus kuliah, mereka dapat dengan mudah menguasai bahasa asing. Semudah mengenali adanya dialeg bahasa Belanda yang janggal pada film “Merah Putih”. Atau semudah mereka bisa membantu bule Perancis yang kesasar dan nanya arah jalan di depan rumah makan ‘Es Pocong’. Tentunya ini akan menjadi modal utama dalam meraih cita-cita.
Karena berada di lingkungan yang mengapresiasi karya, dan memicu kreativitas dan imajinasi mereka, tak sedikit alumni UI dapat mengidentifikasi problem apa yang saat ini tengah melanda Indonesia dan tak sedikit pula dari mereka yang kini tengah mengerjakan berbagai project yang tentunya akan menyelesaikan problem-problem tersebut.
Kemampuan mereka dalam ‘melihat’ masa depan menjadi kelebihan tersendiri yang kemudian mereka tuangkan dalam berbagai karya cipta. Seperti Najwa Shihab dengan ‘Mata Najwa’-nya, Rhenald Kasali dengan Rumah Perubahan-nya, Tompi dengan musikalitasnya, Garin Nugroho dengan berbagai karya filmnya atau bahkan Alm. Ibu Ainun Habibie dengan berbagai kegiatan sosialnya.
Cinta Alam
Mapala UI
Apa yang membuat Soe Hok Gie akhirnya mencetuskan ide untuk mendirikan organisasi Mahasiswa Pecinta Alam (MAPALA)? Tak lain dan tak bukan karena kecintaannya pada alam dan kemampuanya dalam berimajinasi yang disertai dengan aksi nyata.
Tak berhenti di sana, jika kamu perhatikan, mari kita hitung, ada berapa banyak kegiatan mahasiswa UI yang berkaitan dengan alam namun juga di waktu yang sama menyelesaikan problem sosial? Ambil contoh, jika kamu ke stasiun Depok Baru, kamu akan menemukan bilik menyusui khusus ibu hamil yang diprakarsai oleh teman-teman kedokteran UI. Hanya kepekaan terhadap alam sekitar dan kepekaan sosial yang tinggi mendorong terjadinya ide tersebut menjadi nyata.
Poin-poin di atas hanyalah sebagian kecil dari sekian banyak kelebihan alumni UI yang patut kamu pertimbangkan untuk dijadikan pendamping hidupmu. Mungkin kamu dengan mudah berfikir, “Ah masa iya kampus lain nggak nemu yang kayak gitu?”
Namun, satu hal yang pasti, mereka yang memiliki tingkat kepekaan sosial dan kemampuan intelektual yang saling melengkapi bukanlah tipe manusia yang dapat kamu temukan dengan mudah. Tidak ada salahnya, jika kamu mencoba mencari dari lingkungan terdekat, salah satunya lingkungan civitas akademika Universitas Indonesia.
Sama alam aja cinta, gimana sama kamu? Eaaa~
Buang sampah sembarangan aja nggak mau, apalagi buangin perasaan kamu sembarangan. *makin Eaaa~~*
Jika kamu merasa setuju dengan ulasan kali ini, jangan lupa untuk bagikan ulasan ini melalui Facebook, Twitter, dan LINE kamu ya! Jika kamu punya hal lain yang perlu kami tambahkan, kami tunggu komentar terkini kamu di comment box! 😉