Menambah Pengalaman dengan Ikut Kepanitiaan Pengabdian Masyarakat

Selain kegiatan akademik, salah satu opsi yang bisa dipilih mahasiswa untuk mengisi perkuliahan adalah mengikuti kepanitiaan. Kepanitiaan ini pun banyak pilihannya, mulai dari bidang seni dan olahraga, lingkungan, hingga sosial kemasyarakatan. Dengan mengikuti kepanitiaan, mahasiswa bisa mendapat pengalaman dan relasi baru.

bisa buat header (dokumentasi Baksos IKM FIB UI)

Sampai dengan semester lima, aku telah mengikuti beberapa kepanitiaan, mulai dari tingkat jurusan sampai universitas. Namun, kepanitiaan yang paling berkesan adalah kepanitiaan pengabdian masyarakat. Dari tujuh kepanitiaan yang pernah kuikuti, tiga di antaranya adalah kepanitiaan pengabdian masyarakat.

1. Kampung Sahabat Budaya

Salah satu momen foto bersama di PKBM Nurul Jannah (dokumentasi KSB FIB UI)

Kepanitiaan pengabdian masyarakat pertama yang kuikuti adalah Kampung Sahabat Budaya (KSB) FIB UI 2018. Kegiatannya adalah mengajar anak-anak dan memberdayakan masyarakat di suatu kampung. Tempatnya di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Nurul Jannah di Desa Susukan, Citayam. Rangkaian acaranya berlangsung mulai bulan September sampai Desember dan diadakan seminggu sekali.

Saat itu, aku berperan sebagai pengajar SD. Pada saat acara pembuka, kami disambut baik oleh warga di sana. Kami mengadakan senam bersama dan bincang-bincang ringan agar mahasiswa dan warga bisa saling mengenal. Anak-anak di sana pun selalu antusias menyambut kami. Mereka selalu mengajak kami bermain. Sayangnya, keantusiasan mereka tersebut tidak berlaku saat waktu belajar dimulai. Para pengajar dituntut kreatif untuk membujuk anak-anak agar mau belajar.

BACA JUGA: Anak Harusnya Dididik dengan Pertanyaan dan Kritisisme!

2. Bakti Sosial

Salah satu mata acara Baksos IKM FIB UI (dokumentasi Baksos IKM FIB UI)

Kepanitiaan selanjutnya yang kuikuti adalah Bakti Sosial (Baksos) IKM FIB UI 2018. Konsep acaranya hampir sama seperti KSB, tapi seluruh panitia harus menginap di tempat pengabdian selama tiga hari dua malam. Acara tersebut dilaksanakan pada tanggal 15—18 November 2018 di Desa Samudera Jaya, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi.

Bisa dibilang, kegiatan ini adalah kepanitiaan pengabdian masyarakat yang paling berkesan buatku. Karena harus menginap, aku harus bisa berbaur dengan masyarakat di sana, terutama dengan anak-anaknya. Aku yang saat itu jadi staf dokumentasi harus aktif memotret setiap momen yang ada di sana. Lucunya, setiap aku membawa kamera, anak-anak di sana selalu minta difoto tanpa malu-malu.

Tak hanya serunya saja yang aku rasakan. Karena desa tersebut berada di daerah muara, air di sana terasa payau. Selain itu, air juga termasuk barang langka di sana. Aku pun terpaksa mandi sehari sekali. Untuk kebutuhan wudhu, aku harus berjalan kurang lebih 500 meter ke sumur warga. Lelah memang, tapi semua itu hilang ketika melihat semangat belajar anak-anak dan warga yang mengikuti semua rangkaian acara Baksos.

BACA JUGA: Rekan Kerja di Kantor, Organisasi, atau Kepanitiaan Nyebelin? Ini Kiat-Kiat Menghadapinya

3. Rumah Belajar (Rumbel) BEM UI

Pengajar dan siswa kelas 4 Rumbel BEM UI (dokumentasi pribadi)

Kepanitiaan pengabdian masyarakat terakhir yang kuikuti adalah Rumah Belajar (Rumbel) BEM UI 2019. Sebenarnya, ini bukan literally pengabdian masyarakat, sih. Kegiatannya adalah mengajar anak-anak SD, paket B, dan paket C di Pusat Kegiatan Mahasiswa (Pusgiwa) setiap hari Sabtu. Bisa dibilang, sistemnya seperti les atau bimbingan belajar (bimbel), tapi gratis. Selain belajar, anak-anak SD juga dilatih untuk menari dan bermain mini drama. Kegiatan ekstrakulikuler tersebut akan ditampilkan pada acara Pagelaran Bocah (Pagecah) yang merupakan acara penutup dari Rumbel.

Di Rumbel aku jadi guru Bahasa Indonesia kelas 4 dan 5. Aku berpasangan dengan Farhan, mahasiswa FT UI. Bisa dibilang ini adalah pengalaman pertama aku mengajar anak-anak dengan serius alias nggak boleh main-main. Kenapa? Karena pada akhir masa belajar, anak-anak tersebut harus mengikuti Ujian Akhir Semester (UAS) dan mendapat laporan hasil belajar. Bahkan, aku harus membuat soal UAS-nya sendiri. Jadi, selama kegiatan belajar mengajar aku harus mengontrol murid-muridku untuk tetap fokus pada materi yang diajarkan. Tentunya ini menjadi hal yang tricky karena mereka berasal dari latar belakang yang berbeda.

BACA JUGA: Siapa Bilang UAS Cuma Bikin Stress Doang? Nih, Hikmah Tersembunyi di Balik UAS!

Itu tadi pengalamanku selama mengikuti kepanitiaan pengabdian masyarakat. Buat kalian yang mau mengisi masa-masa kuliah dengan kegiatan yang bermanfaat sekaligus mendapat pahala, kalian bisa ikut kepanitiaan seperti ini. Kepanitiaan pengabdian masyarakat bisa melatih social skills kalian, loh. Selain itu, dengan berada di tengah masyarakat dan melihat berbagai problematikanya, secara tidak langsung kalian diajak untuk merefleksikan diri agar lebih mensyukuri hidup yang kalian punya.

56 Tahun FKGUI, “Bersatu Mengabdi Sehatkan Negeri”

Tepat 21 Desember 1960, Surat Keputusan Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan RI Nomor 108049 dikeluarkan sebagai maklumat pendirian Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, yang resmi menjadi rumpun ilmu pendidikan Kedokteran Gigi Negeri keempat di Indonesia. Usaha yang dilakukan Prof. Dr. Ouw Eng Liang (alm) bersama rekan-rekannya dari bagian Gigi dan Mulut FKUI sejak 1959 itu, akhirnya berdiri dengan Prof. Ouw Eng Liang sebagai Dekan pertama.

Setahun setelah berdiri, FKGUI praktis hanya memiliki dua staf pengajar tetap, 37 staf luar biasa, dibantu tujuh orang tenaga administrasi. Di tahun 1961, FKGUI membuka peluang pertama kali bagi para calon mahasiswa baru untuk mendaftar dan menjadi pencatat sejarah pertama perkuliahan FKGUI. Dulu, FKG nggak punya gedung dan fasilitas sendiri, alias masih numpang di ruang pinjaman yang diberikan Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo bagian Tata Usaha Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut RSCM.

Semakin banyaknya mahasiswa yang ingin mencatat sejarah emas sebagai mahasiswa kedokteran gigi kampus makara, membuat UI banyak menerima bantuan, guys. Eh jangan salah loh, itu juga berkat banyaknya partisipasi FKGUI dalam membangun masyarakat untuk peduli terhadap kesehatan giginya. Seperti pada tahun 1976, FKGUI ikut berpartisipasi dalam Proyek Pedesaan UI melalui Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Serpong. Dua tahun setelahnya, UI dihibahkan gedung baru berlantai empat. Ini semua berkat kegigihan dan kontribusi FKGUI dalam melakukan pengabdian bidang kesehatan gigi dan mulut untuk masyarakat Indonesia!

 

BACA JUGA: Pendidikan Dokter Gigi dalam Jeruji Uang

 

Semua itu sejarah singkat FKGUI yang hingga kini masih dan akan terus mengukir sejarah untuk berkontribusi langsung kepada masyarakat guys! Di tahun yang sudah berkepala lima ini, FKGUI terus menelurkan alumni-alumni yang berkualitas di bidang kesehatan gigi. Salah satunya adalah kumpulan alumni FKGUI yang mendirikan sebuah klinik spesialis gigi di Jakarta Selatan, yang menjadi salah satu klinik gigi terbaik seantero Jakarta. Palapa Dentist yang dikembangkan lebih maju oleh anak sang pendiri drg. Sholhah Busro, Dr. drg. Anggraeni Sp. KG (drg. Rani) itu menjadi profesional dentist clinic terkemuka di Jakarta.

drg. Rani merupakan salah satu alumnus terbaik Fakultas Kedokteran Gigi kampus makara. Palapa Dentist bahkan memiliki 16 dari 17 dokter gigi profesional yang berasal dari UI! Wah, ternyata klinik gigi terbaik di Jakarta itu berkembang atas tangan dingin dokter profesional yang belajar di UI!

Bentuk pengabdian FKGUI kepada masyarakat dalam Kersos 2016: Bersatu Mengabdi Sehatkan Negeri (via seputarkampus)

Itu masih beberapa di antara banyaknya alumni FKGUI yang sukses mengabdi di masyarakat. FKGUI juga sering banget ngadain event-event bakti sosial perawatan gigi tiap tahunnya. FKGUI juga menjadi salah satu dari tujuh Fakultas Kedokteran Gigi terbaik yang berakreditasi A di Indonesia. Nggak cuma itu, pada 2006, Fakultas Kedokteran Gigi UI tercatat menjadi penyelenggara pertemuan ilmiah Lembaga Kedokteran Gigi se-Asia Tenggara (South East Asia Association Dental for Education/SEAADE XVII) di Jakarta Covention Centre.

Dengan ulang tahun yang ke tujuh windu ini, FKGUI bakal tetap melakukan pengabdian dan berkontribusi secara nyata untuk masyarakat di Indonesia. Tema yang dijunjung juga sama persis dengan apa yang sudah mereka lakuin selama ini untuk kesehatan gigi masyarakat. Salah satu contoh pengabdian masyarakat yang telah dilakukan adalah melalui Kerja Sosial FKGUI, “Bersatu Mengabdi Sehatkan Negeri”, tema yang nggak cuma ditujukan khusus bagi FKGUI tapi juga fakultas Rumpun Ilmu Kesehatan lain yang ada di kampus berjuluk “The Yellow Jacket”.

 

BACA JUGA: FKG UI Raih 4 Prestasi Tingkat Internasional

 

Bagi kalian para penerus dokter gigi, mari tunjukkan kepedulian terhadap negeri dengan berpartisipasi dan berkontribusi langsung di lapangan! Tunjukkan kedewasaan FKGUI dengan kontribusi nyata dan terus mengabdi, bersatu untuk menyehatkan! Mari kita bagikan beramai-ramai artikel ini di akun Facebook, Twitter, dan Line kalian biar semua orang bisa ikut bergabung untuk bersatu mengabdi dalam kesehatan bangsa! Karena UI nggak sekedar Universitas Indonesia, tapi juga untuk Indonesia!

Di Manakah UI? Mana Pengabdianmu …

Ya, ini hanya pendapat pribadi saya. Saat itu, saya melihat sebuah spanduk di jalan yang menghubungkan antara Jalan Raya Margonda sampai gerbang UI Pondok Cina, dekat PLK. Pertama kali saya mengira UI terlibat dalam proyek … Baca Selengkapnya