5 Kesyahduan yang Bakal Kamu Dapetin Kalau Berkuliah di Fakultas Ini!

Alkisah tersebut pula sebuah balada hikayat tiga sejoli mahasiswa tingkat awal, Jona, Joni, dan Jono. Mereka lagi ngomongin sesuatu yang temanya berat banget, apalagi kalau bukan tentang ujian. Maklum, saat itu UI lagi pekannya UTS. Sibuklah Joni yang deg-degan sama Kalkulusnya dan Jono yang lagi ” kucing” tujuh keliling sama Epidemiologinya. Hmmm, cuman Jona yang kalem. Keduanya pun bertanya-tanya, kenapa Jona bisa sekalem itu??? Tak berapa lama, datanglah temannya Jona yang keliatannya habis borong buku dari Perpusat. Nah, baik Jono mau pun Joni udah pasti bisa nebak kalau keduanya bakal ngomongin ujian juga. Dan, berucaplah Jona ke temannya itu yang seketika bikin komuk Jono dan Joni seperti dapur yang ga pernah disapu. “Eh, eh ada acara apa hari ini di FIB?!”

Jreeng, Jreeng, Jreeng,

Hai hai para mahasiswa pecandu oksigen! Inilah dia, Fakultas yang diklaim sebagai  Taman Surgawinya UI!

Apalagi kalau bukan, FBI (baca: /ef/,/bi, /ai/) eh salah, FIB!

Fakultas yang dulunya punya nama Fakultas Sastra ini sejatinya adalah Fakultas yang paling banyak jurusannya di UI. Tercatat ada 15 jurusan mulai dari Arkeologi, Filsafat, Ilmu Perpustakaan, Ilmu Sejarah, Sastra Arab, Sastra Belanda, Sastra Cina, Sastra Jepang, Sastra Jerman, Sastra Jawa, Sastra Indonesia, Sastra Prancis, dan yang terakhir ada Sastra Rusia. Bisa dibayangin betapa ramai nan heterogennya kampus ini, kan? Dan bisa dibayangin lagi kalau gue nyebutinnya tadi sambil ngerap pake gayanya Osas?!

Nggak hanya itu aja, (tugas ngebayang-bayanginnya belum selesai nih)  bayangin lagi tiap-tiap jurusan punya acara besarnya sendiri yang tiap tahun wajib diadain dan dari acara besarnya itu punya sub-sub acaranya, seperti pre-event; main-event; after-event dan yang satu lagi afterlife event.

Dan belum cukup sampai di situ aja, lima kesyahduan ini yang bisa kamu temuin kalau kamu ngampus di fakultas ini!

 

1. Teater

Pekan Kreatif Prodi Sastra Indonesia

Hal nomor satu yang bakal kamu dapetin kalau kamu pilih FIB sebagai rumah keduamu (setelah rumah pribadi atau kosan ataupun rumah mertua) adalah Teater! Nggak peduli buat kamu yang asalnya dari jurusan IPA (Ikatan Pelajar Ah terlau serius!) atau yang dibilang introvert dan nggak terlalu nyaman dengan semriwing-semriwing ciutan berbau teater, kalau kamu sudah resmi jadi anak sini yang ditandai oleh lulusnya kamu dari rangkaian acara PSA-MABIM FIB UI, kamu bakal mempelajari arti dari menjadi anak teater. Kok bisa?! Yap bener banget karena  akhir dari perjalanan kamu sebagai MABA FIB adalah ikut sertanya kamu dalam event Petang Kreatif (PK)—acara bagian dari Festival Budaya (acara terbesarnya FIB) yang isinya pementasan drama dari 15 jurusan. Nah lho, ngapain tuh jadi anak teater?!

Selain bakal main di PK, dalam perjalanan semesteran kamu ngampus di FIB,  beberapa prodi, seperti halnya sastra Indonesia, sastra Jerman, sastra Rusia, sastra Jawa, sastra Inggris, sejarah, menjadikan pementasan drama (teater) sebagai nilai akhir dalam mata kuliah WAJIB program studinya. Itu artinya, mau nggak mau kamu harus bahu membahu merancang sebuah pertunjukan drama yang para pemain dan para krunya adalah dari angkatanmu sendiri! Bisa dibayangin, kan? Betapa syahdunya kamu pulang latihan sampai malem, belajar acting dari nothing to everything you can do, sampe ngatur anak-anak dari angkatanmu biar masuk ke dalam bagian-bagian yang tepat; seperti pemain, pemusik, ticketing, lighnting, dsb.

Yang jelas, dari beberapa komentar yang datangnya dari teman-teman penulis yang dulunya nggak ada pengalaman sama sekali dalam teater tetapi diharuskan menyelenggarakan pementasan demi terpenuhinya tugas sebagai nilai akhir mata kuliah,  hampir seluruhnya bilang nih kalau teater telah mempengaruhi hidup mereka. Pengaruh yang positif tentunya, ditandai oleh pikiran yang tertutup menuju terbuka dan dari yang sudah terbuka semakin terbuka serta kalau kamu tipikal pribadi yang tertutup, so pasti setelah ikutan teater maka kamu  tak lagi selalu menutup diri dari kejaran paparazzi. Ah apa si.

 

BACA JUGA: 5 Pandangan Orang tentang Anak Sastra (Ini Curhat Kami Anak FIB)

 

2. Filsafat

Anak FIB pasti familiar sama buku yang satu ini.

Apa yang terlintas dalam pikiranmu bila mendengar kata filsafat?

Atheis? Aneh? Bahaya?

Rasanya segudang kata-kata bermakna negatif langsung menyelubungi pikiran kamu. Sama kaya anak kosan yang udah kelaperan bukannya diajak makan nan dibayarin tetapi disuruh ngomongin soal politik. Pasti salah mulu bawaanya.

Akan tetapi, teman-teman marilah menjernihkan kembali pikiran kita agar dapat memahami dengan baik apa itu filsafat.

Sejatinya, tulisan ini bukan ngajak kamu mengetahui apa itu filsafat, tetapi sebagai anak FIB, pemikiran filsafat bakal kamu peroleh dalam sebuah matkul wajib fakultas yang bernama Pengantar Filsafat Pemikiran Modern. Di sinilah kamu bakal belajar bahwa ternyata filsafat nggak seperti apa yang sebelumnya kamu bayangkan, kamu pikirkan, dan dari bintang-bintang hanya kaulah yang kau sayang.

Sebenarnya begini mblo, ” Filsafat itu bukanlah sesuatu yang dapat kita pelajari namun barangkali kita dapat belajar untuk berpikir filosofis”, begitulah kutipan yang diambil dari gadis polos bernama Sophie Admundsen dari Novel Filsafat terkenal, Dunia Sophie. Jadi yang bilang itu Sophie Admundsen mblo, bukan Sophia Latjuba…

Lanjuuut,

Yang pasti keluar dari kelas ini, apalagi kalau dosen kamu seorang Bung James yang Legend, bakal bertingkah layaknya Socrates yang berucap, “Aku tahu bahwa aku tak tahu apa-apa” dan dengan gayanya yang cool serta semakin menjadi mahasiswa FIB UI yang kritis nan bijaksana!

 

3. RAKYAT MILITAN SASTRA (RMS)

“Jangan kembali pulang sebelum sastra menang!”

“Jangan kembali pulang, sebelum sastra menang.

Walau mayat terkapar di tengah lapang, sastra kami tetap cinta”

Gemuruh lapangan 3 in 1 membangunkan para bulu kuduk untuk berdiri. Sorak sorai dari mereka yang jenuh setelah seharian dikejar-kejar tugas dan laporan bacaan. Bersatu padu, nggak peduli akan warna kulit, ras, agama, asal, kalau di SIAK kamu tertulis “Fakultas Ilmu Budaya”, itu artinya kamu adalah bagian dari kami. RAKYAT MILITAN SASTRA.

Rakyat Militan Sastra adalah komunitas suporter fakultas pertama yang berdiri di UI. Dari RMS-lah kemudian fakultas-fakultas lain terinspirasi untuk membentuk komunitas suporter yang terorganisir dengan tugasnya untuk selalu dampingin atlet-atlet perwakilan dari fakultasnya masing-masing untuk berkompetisi pada ajang olahraga paling bergengsi di UI, yaitu Olimpiade UI. Sebenarnya nggak hanya Olim UI aja, tetapi juga ajang-ajang yang lain seperti Olimpiade Ilmiah Mahasiswa (OIM UI) sampai-sampai ke ajang UI-Art Wart. Tujuannya cuman satu, “Jangan pulang sebelum sastra menang”

Selain sebagai komunitas suporter yang paling disegani se-UI, RMS juga tempat bagi kamu untuk merasakan solidaritas yang tinggi sebagai mahasiswa. Bedanya dengan komunitas suporter yang lain, di RMS kamu bener-bener bisa mengekspresikan diri lewat chants yang nggak kenal batas. Selagi pita suara masih belum putus, segala ucapan bisa kamu lontarin demi nge-downnya mental lawan dan demi naiknya moral para pemain yang didukung. Oleh karena itu, nggak bisa dipungkiri lagi bahwa chants-chants dari RMS adalah chants-chants yang paling ditunggu setiap parade Olimpiade UI, yaitu hari di mana seluruh komunitas suporter dari semua fakultas di UI ramai-ramai parade ngelilingin UI sambil perang yel-yel. Hari syahdu yang paling ditunggu-tunggu sebab cuman CEHTAHOEN CEHKALEH!

 

4. Payung

“Aku ingin berpayung bersamamu menunggu jingga hingga lahir di awan yang tak lagi kelabu…”

Tempat favorit idaman anak-anak FIB, terkhusus penulis! Apalagi kalau bukan Payung!

Under my umbrella, ela, ela, ela…

Bukan bukan, bukan payungnya Rihana, tetapi payung yang ini nggak cuman buat nemenin kamu saat rintik-rintik hujan membasahi pipi tembem kamu, tetapi lebih dari itu! Dengan view yang ditawarin berupa keindahan alam dan sedikit suara-suara dari para lelaki teknik di gedung sebelah, penulis jamin stress kamu yang teramat sangat gara-gara mikirin tugas nggak habis-habis plus kepanitiaan dan organisasi, sekejap bakal hilang di sini. Bahkan, faktanya, payung merupakan salah satu tempat favorit bagi para anak sastra dapetin inspirasi buat nulis puisi. Tahu sendiri kan gimana puitsnya anak sastraaa, denger petir aja bisa langsung buat puisi dengan judulnya “Puisi Gledek”

Nggak cuman itu aja, colokkan juga ada di sini, si colokan yang bakal jadi penyuplai daya pacar-pacar kamu agar bisa nugas cantik sampe malem. Di deket payung ada sebuah kantin classy yang namanya KanHum, Kantin Humaniora. Abaikan bila kamu ternyata kategori mahasiswa yang nggak jajan. Oh iya, satu hal penting, payung juga jadi spot favorit kumpul bareng temen-temen loh.

 

5. KANSAS

Bukan juma USA aja yang punya, DEPOK JUGA!

Bayangin suatu hari pada tanggal tua kamu harus ngampus sampe malem dan cuman bawa doku goceng, apakah kamu masih akan bernapas atau jangan-jangan besoknya kamu malah muncul di koran Lampu Kuning…

KECUALI

Dia adalah anak FIB, maka masih hiduplah dia.

Selamat datang di kantin termurah sejagad UI. Dengan duit goceng tadi, kamu masih bisa makan. Ah percuma, palingan cuman dapet kuaci sama asep sate. Ahay, itu kalau bukan di FIB, tapi ini Kansas bozzz, dengan hanya bertemankan Tuanku Imam Bondjol, kamu bakal di-supply sama paket hematnya Mas Roni.

Apa tuh paket hematnya?

Nasi satu mangkok Ajinomoto, plus gorengan tiga, plus sambala sambala sambalado. Cihuy!

Ada banyak makanan kok di kansas, nggak cuman paket penyambung nyawa Mas Roni. Yang pastinya tergantung selera yaaa, tapi inget-ingetlah sama tanggal tua. Hohoho.

Kansas itu adalah FIB, begitu pula FIB adalah Kansas. Keduanya saling melengkapi seperti Lana Lang yang ngelengkapin hidup Clark Kent mblo… Segudang acara dan kegitan  kansas people ada di sini. Mulai dari musik, apresiasi sastra, main karambol, catur, ular tangga, sampe-sampe nonton bareng Final Liga Champions!

 

BACA JUGA: 4 Hal Ini Pasti Bakal Kamu Lihat Saat Berkunjung ke FIB UI Pada Malem Hari

 

Sebagai penutup, penulis ingin berucap jujur bahwa semakin penulis ngelilingin kampus semakin penulis merasa bersyukur yang teramat sangat bisa jadiin FIB sebagi rumah kedua. Rumah kedua yang selain untuk mengejar gelar Sarjana Humor eh Sarjana Humaniora (S. Hum), juga untuk lebih memaknai hidup ini sebab human without culture is nothing.