Rektor UI, Prof. Dr. Gumilar R. Soemantri, tampil sebagai tamu dalam acara televisi Beyond Marketing yang disiarkan di JakTV tadi malam, 3 September 2007. Beyond Marketing adalah acara televisi yang mengupas aspek pemasaran atau marketing … Baca Selengkapnya
Baru-baru ini di UI marak berita mengenai broadcast yang mengatasnamakan pimpinan UI, baik itu rektor, wakil rektor, direktur administrasi universitas, bahkan sampai dekan. Hal ini menimbulkan keresahan civitas academica dan mulai menimbulkan pertanyaan, “Bener gak sih, nih?” “Hoax gak, ya?” dan sebagainya, hingga menyebar ke seluruh media sosial dan akhirnya banyak orang yang tau.
Sebelumnya, kita harus tau dulu nih kira-kira model pesan yang dikirimkan penipu kepada target tuh kayak gimana sih? Nah, kayak gini nih contohnya.
“Saya Pak M. Anis (Rektor UI) bersama Ibu Agustin (Dekan FKM), anak Anda diundang oleh Dikti untuk mengikuti pelatihan di Bali tanggal 31 Oktober-1 November 2015. Uang sebesar 10 juta akan ditransfer ke rekening anak anda tapi perlu 3 juta untuk mencairkannya.”
“Selamat Siang, Saya, Prof. Adi Zakaria Afiff, (WR 2 UI), Ada Undangan Rakernas Peningkatan Kinerja Tenaga Pendidikan Dari Kemenristek Dikti Untuk Anda No.Peserta 09998879 Yg Akan Di Laksanakan Di Hotel Grand Hilton Semarang Pada Tgl 13-14 Agustus 2016, Seluruh Peserta Di Tanggung Untuk Biaya Transportasi Dan Akomodasinya Oleh Pihak Penyelenggara Yaitu Kemenristek Dikti Rp.7Jt. Utk Penjelasan Dan Penerimaan Dana Akomodasinya Harap Di Hbngi Skrng Jg Ke Bendahara Sekaligus Ketua Panitia Penyelenggara Yakni Prof.Suprapto,MM, Di ,08122505208, Di Hbngi Skrng Jg Sudah Di Tunggu, Maaf Hanya SMS, Soalnya Saat Ini Sy Msh Ada Acara Di Luar Kota, Jd Undangannya Bisa Di Ambil Hari Rabu Di Ruangan Sy,Tks.”
Sekilas sih kamu mungkin ngerasa takjub dan berharga karena dikirimin pesan oleh seorang pimpinan UI, tapi jangan sampai lengah dan gara-gara itu aja kamu langsung menuruti perintah si pengirim pesan ya!
Loh kok gak boleh langsung percaya sih? Kalo beneran gimana?
Nah ini dia, beberapa alasan kenapa kamu gak boleh percaya akan modus penipuan tersebut, yuk langsung dibaca!
Kan UI punya email
UI punya e-mail, aneh aja kalau rektor sampe ngeSMS kamu via BDCwire
Logikanya nih ya, pesan profesional nan resmi yang biasa dikirimkan oleh pimpinan UI itu adalah yang disampaikan melalui surat dan pernyataan resmi kalo kita memang dilibatkan dalam acara tersebut. Sepait-paitnya kamu gak dikasih surat dalam bentuk fisik, setidaknya kamu dapet dari email resmi dari domain @ui.ac.id atau website resmi kampus kita, www.ui.ac.id maupun www.uiupdate.ui.ac.id.
Kalo kamu dapet broadcast SMS dari yang bersangkutan, wah hebat sekali! Tandanya nih ya si pengirim ingin melakukan pendekatan secara personal ke kamu, apalagi kalo kamu gak pernah kenal atau ngobrol sama pimpinan tersebut. Kan lucu ya kalo pimpinan yang bersangkutan belum pernah kenal atau ngobrol sama kamu tapi udah ngirim personal message, apalagi lewat LINE, frecall aja sekalian atuh.
Seperti contoh di atas, biasanya si penipu meminta uang untuk mencairkan dana blablabla dalam waktu cepat, dengan harapan kita percaya dan kitanya juga udah berharap beneran bisa ikut serta dalam acara yang diinfokan. Kalo udah gini, kita akan transfer uangnya, lalu dia kabur deh. Ah kayak doi aja deh kamu singgah lalu pergi. Lha apaan.
Iya, gue yakin kalo acara-acara penting yang menyangkut delegasi universitas gitu pasti udah dikabarin dari jauh-jauh hari dan melalui perencanaan yang matang, itu pun pasti ada surat resminya, gak cuma broadcast SMS doang.
Bang, SMS siapa ini, Bang? Kok pesannya pake tipu-tipu?
Seseorang yang professional pasti juga memiliki gaya bahasa atau pengetikan yang baik, seenggaknya masih enak dibaca gitu, loh. Kalo kamu ngerasa janggal sama gaya bahasanya yang tiap awal kata dikasih capslock atau hurufnya gede kecil dicampur angka, kamu berhak untuk curiga.
Saya aja masih sering makan mie instan
Lah, kamu aja ngejaga kesehatan dompet pake mie instan via MerahPutih
Kepada yang terhormat pengirim pesan nan jauh di sana, aku saja masih sering bersusah payah untuk menjaga kesehatan dompet dengan mengonsumsi mie instan secara berkala, bagaimana dengan lancangnya kau meminta dan hendak merenggut nyawa dari dompet dan kartu debitku? Tega kamu!
Gimana caranya tolong kasih tau dong untuk mendapatkan uang tiga jokut dalam waktu setengah detik.
Kalo masih penasaran, temuin aja yang bersangkutan
Kamu bisa banget kok datenging dekan atau hubungin humas UI via MerahPutih
Ini bukan alasan sih, melainkan solusi kalo kamu masih percaya sama broadcast tersebut. Kan admin bisa aja khilaf ya, siapa tau broadcast tersebut beneran dari pimpinan UI. Cara yang paling simpel adalah kamu temuin aja dekan fakultas kamu dulu secara baik-baik, tanya deh kepada beliau apakah broadcast tersebut benar adanya atau tidak.
Problem solved.
Selain itu, kamu juga bisa menghubungi Kantor Humas dan KPI UI di nomor (021) 786-7222 atau menghubungi Layanan Informasi UI via email di humas-ui@ui.ac.id jika mendapatkan broadcast serupa untuk memastikan kebenaran informasi yang disampaikan. Sekian, semoga membantu dan gak ada yang kena tipu-tipu semacam ini ya!
Udah pada denger dong kalo UI meluncurkan 4 kendaraan mobil berbasis listrik pada perayaan ulang tahun ke-52 Fakultas Teknik UI? Nah, salah satu dari empat mobil yang diluncurkan tersebut adalah Bus Electric Vehicle (EV), yaitu bus yang memiliki kapasitas 60 penumpang dengan daya motor 120 kW dan 300 Ah. Bus ini berbahan bakar listrik yang akan menggantikan Bikun yang selama ini masih berbahan bakar solar.
Tim Molina yang melakukan riset mobil listrik UI tersebut melakukan penyerahan laporan akhir riset mobil listrik UI kepada pihak universitas pada Rabu (24/8/2016) di gedung Pusat Administrasi Universitas (PAU) lantai 2, UI Depok. Kegiatan serah terima ini dilakukan oleh Dekan FTUI Prof. Dr. Ir. Dedi Priadi, DEA, sebagai perwakilan dari Tim Molina kepada Rektor UI Prof.Dr.Ir. Muhammad Anis, M. Met. sebagai penanggung jawab kegiatan.
UI meluncurkan 4 kendaraan mobil berbasis listrik via news.okezone
Dalam acara ini dilakukan pemaparan ringkasan pelaksanaan riset yang merupakan kerja sama proyek dengan LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) ini dan dilakukan kegiatan uji coba bus listrik mengelilingi UI yang dilakukan oleh rektor, tim riset, dan mahasiswa baru UI 2016.
Nah, sebagai kelanjutan dari riset dan penggantian bikunnya gak jadi wacana, dalam waktu dekat bus listrik ini akan diujikan di Kementerian Perhubungan agar bisa menjadi kendaraan resmi angkutan mahasiswa UI di dalam kampus menggantikan bus kuning UI. Gak cuma itu, kita rencananya juga akan melakukan kerja sama dengan pihak industri agar bus listrik UI ini bisa diproduksi untuk kebutuhan angkut penumpang di luar sana.
Ke depannya, Tim Molina UI juga berharap agar dapat dibentuk Research Center for Advanced Vehicle UI (RCaVe-UI) sehingga nanti diharapkan FTUI dapat menguasai teknologi kendaraan listrik dengan sebaik-baiknya menggunakan komponen lokal Indonesia.
Iya, udah, gitu aja. Kita doain aja semoga inovasi dan karya anak-anak UI dapat diterima di masyarakat demi lingkungan yang lebih sehat serta kehidupan yang lebih baik!
Rabu, 27 Januari 2016 pihak rektor dan perwakilan mahasiswa UI atau disebut Tim 6 melakukan diskusi terkait kenaikan batas atas biaya pendidikan di UI. Tim 6 tersebut tediri dari Amanda Delia-FPsi 2012; Denny Yusuf-Fasilkom 2012; Hafizh Nuur-FISIP 2012; Khansa Asikasari-FKM 2013; Sandi Aria M-FISIP 2012; dan Massaid Bimo S-FEB 2012. Diskusi tersebut juga turut mengundang mahasiswa secara terbuka.
Hasilnya?
Katanya UI butuh duit? Ya, itulah salah satu alasan UI berencana menaikkan batas atas biaya pendidikan.
Padahal UI mendapatkan Biaya Operasional Pendidikan Tinggi Negeri (BOPTN) terbesar dibandingkan Perguruan Tinggi (PT) lainnya. Jumlah yang diberikan pemerintah untuk UI sejumlah Rp 245 M pada 2016. Jumlah memang sangat besar, tetapi ketika dimasukkan ke anggaran internal UI, presentasenya di bawah 50% dari rencana. UI mencari sisa anggaran penerimaan tersebut dengan mengandalkan unit ventura seperti denda perpustakaan untuk buku-buku yang telat dikembalikan, biaya parkir yang saat ini semakin meroket, proyek penelitian, dan ujungnya dibebankan kepada mahasiswa melalui sistem Uang Kuliah Tunggal (UKT).
Pihak rektorat menjelaskan sistem UKT sudah diterapkan sejak tahun 2013 dan PT di lingkungan Menristek DIKTI sudah melakukan penyesuaian biaya pendidikan sehingga mengalami kenaikan. Tetapi UI tidak menaikkan biaya pendidikan begitu saja. Alasannya, pada tahun 2013 sedang ada pembentukan Statuta UI dan UI dipimpin oleh seorang Pelaksana tugas (Plt). Tahun 2014, UI mengadakan pemilihan rektor dan masih dipimpin oleh seorang Plt. Tahun 2015, janji kampanye rektor terpilih untuk tidak menaikkan biaya pendidikan pada tahun 2015. Katanya tahun 2016 ini UI kehabisan alasan untuk tidak menaikkan biaya pendidikan?
Terlebih lagi fakta mengenai mayoritas mahasiswa yang berkuliah di UI adalah kalangan menengah atas. Fakta ini menjadi alasan yang cukup logis mengapa ujung-ujungnya mahasiswa yang harus membayar kekurangan anggaran tersebut. Tetapi perlu diperhitungkan kembali jumlah biaya yang dibayarkan mahasiswa kemudian diakumulasikan dengan biaya yang dihabiskan dan biaya yang dibayarkan, maka sisanya menjadi tanggungan pemerintah dan UI. Hal tersebut seperti apa yang diamanatkan oleh UU termasuk Peraturan Menteri, bahwa BKT adalah UKT ditambah dengan BOPTN.
Beredar pertanyaan “Perpusat hari Jumat pukul 1 siang buka gak, sih?” Pertanyaan serupa tersebar di banyak grup pada Kamis, 28 Januari 2016. Ternyata bukan tanpa arti pertanyaan itu dilontarkan. Pertanyaan itu sebaliknya justru memancing pertanyaan kembali pada kalangan mahasiswa, “Memangnya ada apa di Perpusat hari Jumat pukul 1?”
Gerakan “UI Bersatu”
Ilustrasi mahsiswa tidak terima biaya pendidikan dinaikkan via sayangi
Konsolidasi final yang dilakukan pada 27 Januari 2016 belum menyatukan suara rektorat dan mahasiswa UI. Kedua pihak belum menemukan jalan tengah mengenai kenaikan tersebut. Pihak rektorat sudah memutuskan untuk menaikkan biaya kuliah sejak diskusi publik pada 23 Desember 2015 lalu. Tetapi, beberapa permasalahan mengenai keputusan itu belum dapat teratasi.
Pada rapat tersebut kedua belah pihak belum bisa menyepakati apa pun karena perbedaan hitungan versi mahasiswa dan rektorat. Kenaikan batas atas pendidikan ini juga belum menemukan mekanisme yang jelas bagi mahasiswa agar dapat membayar UKT sesuai dengan kemampuan ekonomi. Sedangkan, kenaikan uang kuliah ini harus adil bagi semua pihak, terutama mahasiswa.
Jawabannya, Jumat, 29 Januari 2016 pihak rektorat dan Tim 6 kembali mengadakan konsolidasi mengenai kenaikan batas atas pendidikan di UI yang mengundang seluruh mahasiswa untuk berpartisipasi.
Berangkat konsolidasi yang dilakukan tidak membawakan hasil dan tidak mengubah keputusan Rektorat, maka mahasiswa pun turun beraksi. Seruan aksi yang berkoar di kalangan mahasiswa sudah beberapa kali dilakukan. Tuntutannya sama, “Mahasiswa tidak terima biaya kuliah dinaikkan!”
Seruan aksi tersebut dikuatkan dengan gerakan bernama “UI Bersatu”. Aksi dilakukan beberapa kali, yaitu pada Sabtu, 30 Januari 2016 dan aliansi mahasiswa pada Selasa, 2 Februari 2016. Seruan aksi tersebut masih akan dilakukan mahasiswa sampai pihak rektorat mengambil keputusan yang tepat.
Rancangan Biaya Pendidikan Mahasiswa 2016
Rancangan Biaya Pendidikan Mahasiswa 2016 via centuryrealtime
Konsep UKT yang akan diterapkan pada mahasiswa baru 2016, rencananya akan mengacu pada program studi. Berikut rancangan biaya pendidikan bagi mahasiswa baru 2016.
Biaya kuliah untuk program sarjana regular untuk Rumpun Humaniora, yang terdiri dari Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Fakultas Ilmu Administrasi (FIA), Fakultas Psikologi (Fpsi), dan Fakultas Hukum (FH), bertambah sebesar Rp1.100.000,00 dari yang awalnya Rp0—Rp5.000.000,00 menjadi Rp0—Rp6.100.000,00.
Untuk Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) dan Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom) memiliki batas atas antara Rp0—Rp7.800.000,00.
Kemudian untuk Rumpun Ilmu Kesehatan, yaitu Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) dan Fakultas Teknik (FT) memiliki batas atas antara Rp0—Rp10.700.000,00. Sedangkan Fakultas Kedokteran (FK), Fakultas Kedokteran Gigi (FKG), Fakultas Farmasi (FF), dan Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK) akan memiliki batas antara Rp0—Rp15.200.000,00.
Keputusan Rektor untuk menaikkan batas atas biaya pendidikan ini sudah direncanakan sejak 2013 tetapi terdesak oleh beberapa hal. Di sisi lain, universitas pun terdesak dengan keputusan pemerintah mengenai kenaikan UKT di Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Tetapi kacamata mahasiswa menyatakan lain. Kenaikan batas atas biaya pendidikan tersebut bisa dibatalkan dan alasan rektor “UI butuh duit” seharusnya tidak diimbaskan pada mahasiswa.
Oleh karena keputusan ini belum mencapai kesepakatan antara kedua belah pihak, maka pihak Rektor dan Tim 6 pun akan kembali mengadakan diskusi terbuka bersama seluruh mahasiswa. Diskusi publik ini akan berlangsung sampai pihak Rektorat dan Mahasiswa mencapai mufakat bersama yang adil. Sejauh ini, akan dilakukan penghitungan Student Unit Cost (SUC) sebagai langkah pertimbangan.
Halo civitas academica semuanya! Bagaimana kabar SIAKNG-nya? Menjulang setinggi langit SCBD, apa membumi seperti ilmu padi? Well, dari semua angkatan, gue yakin bahwa angkatan 2011-lah yang paling senang dengan keluarnya grafik di SIAKNG kali ini. Soalnya, kalo sesuai dengan jadwal, semester ini adalah grafik SIAKNG terakhir bagi angkatan 2011 yang telah melewati masa-masa sidang dan tengah revisi.
Sebagai salah satu bagian angkatan paling tua di program S1 saat ini, gue tergerak untuk merangkum apa saja yang udah dirasakan sama angkatan 2011 selama ngampus di belantara hutan selama empat tahun belakangan. Nah langsung aja, ini dia sebelas hal yang terangkum dalam KALE11DOSKOP!
Keuntungan pertama yang dirasakan oleh angkatan 2011 adalah bisa merasakan kemegahan Mall of Universitas IndonesiaCrystal of Knowledge yang menyandang predikat perpustakaan terbesar di Asia Tenggara di awal masa peresmiannya. Meski belum ada istilah check-in di social media, Perpusat saat itu menjadi titik favorit bagi para maba untuk saling kopdar, ngapalin yel-yel, atau sekadar berselancar di Kebun Apel tanpa perlu tawaf mencari PC mana yang connect internet. Setelah empat tahun kuliah di sini, kita pun merasakan perkembangan Perpusat yang sangat pesat, salah satunya ditandai dengan masuknya kapitalisme lewat keberadaan toko kelontong, warung popmie, juga warung-warung kopi. Tidak hanya itu. Demi mempertegas kesan go green, Perpusat juga menambahkan fasilitas air terjun temporer yang hanya muncul di saat hujan tiba. Yha… siapa tahu tahun depan ada wahana arung jeramnya.
Kita tunggu saja.
2. Saksi Hidup Dibangunnya Gedung-gedung Baru
Sekilas sih syahdu. Semua buyar pas perlintasan Pocin teriak tungtungtungtung. (sumber: ayosebarkan.com)
Nggak cuma soal Perpusat, sebagai anak yang masuk saat kampus ini sedang giat-giatnya membangun, angkatan 2011 juga menjadi saksi hidup betapa pesatnya pembangunan gedung baru di kampus kita. Meski nggak secepat cerita legenda Loro Jonggrang, masih lekat di pikiran kita gimana kondisi kampus saat pertama kali masuk. Gedung vokasi baru ada dua, wajah PKM masih sederhana, RIK yang segede gaban pun dulunya cuma berupa parkiran. Sayangnya, nggak semua bernasib baik seperti mereka. Pembangunan gedung baru Fasilkom dan Sekolah Seni dan Perancangan Lingkungan (pecahan Arsitektur dari Teknik) misalnya. Dari zaman desainernya masih kinyis-kinyis hingga sekarang menjabat Wali Kota Bandung, saat ini kedua gedung tersebut mangkrak dan semakin lumutan. Bahkan terakhir gue ke sana, Auditorium Fasilkom udah menjelma jadi kandang raksasa bagi kelelawar dan keluarga besarnya.
3. Lahirnya Fakultas Baru
Selain gedung yang terus bertambah, nggak ada angin nggak ada hujan, setahun belakangan kampus kita juga kedatangan keluarga baru yaitu Fakultas Farmasi (pecahan dari MIPA) dan Fakultas Ilmu Administrasi (pecahan FISIP). Nggak mau kalah, Fakultas Ekonomi juga ikut berganti nama dengan menambahkan embel-embel “Bisnis” di belakang nama fakultasnya. Sementara itu…. lagi-lagi Sekolah Seni dan Perancangan Lingkungan yang dari tahun 2008 direncanakan sebagai FSRD-SAPPK-nya Jakarta nasibnya kini masih hanya sebatas wacana.
Yha… Da aku mah apa.
4. Masa-masa Tanpa Rektor
Saat ramai-ramai hashtag #SaveUI (sumber: antarafoto.com)
Salah satu isu yang sempat dilalui oleh angkatan 2011 adalah hashtag #SaveUI yang semakin menyeruak ketika mantan rektor kita, Pakde Gumilar diperiksa dan ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus pembangunan dan tata kelola kampus UI. Kisruh soal transparansi ini berlangsung selama bertahun-tahun. Barulah mulai menemukan titik terang ketika posisi rektor dipegang oleh Pjs dan berakhir setelah Prof. Anis terpilih pada Pilrek tahun 2013. Selama masa-masa kekosongan itu pula, berdasarkan yang gue alami sendiri, kita selalu disodori pertanyaan menyudutkan dari orang-orang perihal kasus ini begitu tahu kalo kita anak UI.
5. Balada Kandang Rusa
Hanya yang beriman yang bisa melihat padang rumput ini (sumber: anakui.com)
Mungkin angkatan muda saat ini akan bertanya-tanya tentang sebidang tanah semak belukar yang dipagar di seberang Stasiun UI. Bukan, itu bukanlah tanah sengketa apalagi pagar ghaib yang dipasang oleh Ustaz Solehpati. Adik-adik, dulunya tempat tersebut merupakan kandang bagi belasan rusa yang dipelihara oleh kampus kita. Bisa dibayangkan betapa syahdunya kalo berjalan sendirian saat itu. Ditiup angin, kejatuhan biji kapas, mendengar kicauan burung dan suara ringkikan aneh dari rusa yang kabur dari kandangnya. Ya, mirip pemeran putri di film Disney rasa-rasanya.
Ternyata, mereka tidak sebahagia yang kita duga. Berdasarkan riset Santa’s Missing Deer yang dilakukan oleh sekelompok mahasiswa, ditemukan bahwa dalam kandang tersebut banyak ditumbuhi tanaman semak yang menjadi racun bagi mereka. Selain itu, kangkung, wortel, juga makanan yang biasa dijual setiap Sabtu-Minggu ternyata juga nggak baik buat rusa-rusa tersebut. Demi hidup yang lebih baik, akhirnya mereka diselamatkan ke penangkaran yang lebih layak di Cariu dan Cibarusah. Semoga mereka bahagia.
6. Metamorfosis Stasiun UI
Saksi sejarah dibumiratakannya surga-surga kecil langganan para mahasiswa (sumber: viva.co.id)
Ada yang masih inget, ada berapa loket masuk Stasiun UI beberapa tahun yang lalu? Ada yang masih inget deretan kios warung baso, somay, tempat ngeprint dan fotokopi, bahkan asesoris dan kunciran gemes yang ada di Peron arah Jakarta? Ya. Beberapa tahun yang lalu, peron stasiun UI ramai diisi parapedagang yang menjual segala macam kebutuhan dasar mahasiswa –sandang, pangan, papan, casan, kebetan ujian (Fotokopi perkecil, trims). Ketenangan tersebut berubah semenjak negara api menyerang. Rencana PT KAI yang hendak menertibkan pedagang langsung mendapatkan respons beragam dari mahasiswa. Ada yang setuju, tapi nggak juga sedikit yang menolak. Isu ini pun sempat menyita perhatian media nasional, hingga akhirnya jadilah Stasiun UI—yang menurut gue lebih tertib—seperti yang sekarang ini.
7. Eksklusivitas Kereta AC
Kereta bekas Crayon Shinchan, saat Misae saat belanja dari Kobe (sumber: viva.co.id)
Nggak cuma stasiun aja yang mengalami peremajaan. Mulai tahun 2013, PT KAI dan Commuter Jabodetabek juga melakukan penggantian armada kereta listrik mereka dengan yang menggunakan AC semua. Tapi, sebelum menggunakan sistem tiket elektronik yang mengandalkan cara tap and go, PT KAI membedakan layanan armadanya dengan dua kasta yang berbeda yakni Commuter AC dan KRL Ekonomi. Ada harga, ada rupa. Untuk mengejar kenyamanan, penumpang waktu itu dipatok tarif yang cukup mahal di awal-awal peluncurannya. Sebagai contoh, untuk pulang ke Planet Bekasi gue harus mengeluarkan kocek sebesar Rp16.500 cuma buat sekali jalan. Kalo dibandingin sama tarif yang sekarang dengan sistem hitungan elektronik per kilometer, uang segitu gue pake pergi pulang buat dua setengah kali jalan bolak balik Depok-Bekasi-Depok-Bekasi-Depok lagi.
Sampai gumoh, sampai pegel karena duduk terus hingga terserang ambeien.
8. Tangguhnya KRL Ekonomi
Senggol lagi Bang. Kurang dalem. Ntap. (sumber: sindonews.net)
Masih berbicara soal kereta, salah satu tujuh keajaiban dunia yang selama dua tahun sempat dirasakan sama angkatan 2011 adalah peninggalan artefak nenek moyang bernama KRL ekonomi. Seperti yang kita ingat, kereta ekonomi adalah salah satu jenis kendaraan umum berbasis rel yang sebagian besar penumpangnya pedagang asongan, spiderman, sisanya copet. Meski risikonya besar, kereta ekonomi menjadi alternatif bagi mahasiswa tahun-tahun pertama terutama angkatan 2011 untuk mengakali tarif karcis yang mahal buat sekadar bisa pulang ke rumah. Sayangnya, wahana praktik yang dapat mengajarkan kita menjadi ninja hokage nomor satu ini sekarang diistirahatkan di Dipo Purwakarta karena usianya yang kelewat tua.
9. One Stop Living Concept
Peninggalan sejarah Pondok Cina tempat mahasiswa membajak buku-buku murah (sumber: kaskus.com)
Sebelum Feni Rose menanggalkan profesinya sebagai penyiar infotainment dan menggemborkan konsep one stop living seperti di iklan properti, ternyata kampus kita udah lebih dahulu menerapkan konsep tersebut, di mana tempat makan, buku, hangout, dan hiburan campur aduk menjadi satu. Sebelum dilakukan penertiban oleh PT KAI, kawasan Kober dan Pocin menjadi tempat favorit bagi mahasiswa untuk mencari-cari kesenangan bersama teman sepermainannya. Selain jajanan yang bermacam-macam, anak-anak 2011 juga bisa dengan mudah mencari buku-buku cetak tahun pertamanya—seperti Kalkulus Purcell, Aljabar Liniernya…ah stahp- dengan harga yang miring ketimbang di toko buku konvensional.
Meski sekarang terkesan lebih tertata, sensasi belanja di Kober dan Pocin kini terasa tak lagi sama dengan empat tahun sebelumnya.
10. Inflasi Harga Mie Ayam FISIP-FIB
Siapa cepat dia dapat. Beli sekarang, Senin harga naik! (sumber: corelex09)
“Jangan ngaku anak UI kalo belum mencicipi mie ayam sengketa FISIP dengan FIB.” Begitulah petuah Plato yang langsung diamini oleh murid-muridnya di Athena. Percaya nggak percaya, mie ayam yang selalu murah hati dalam memberikan pangsit dan daun bawang ini pada tahun 2011 harganya hanya Rp5.000,00 saja. Dengan semangat Tuanku Imam Bondjol, kita sudah dapat mengganjal perut di kala Magrib tiba dengan semangkuk mie yamin yang terkenal endhang sembari mengobrol bersama teman di pinggiran jalan. Melihat lesunya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar serta rumah tangga Nassar dan Musdalifa yang tak kunjung menemukan titik terang, perlahan tapi pasti harga mie ayam ini pun merangkak naik hingga mencapai harga Rp8.000,00.
Udah ya, jangan naik lagi…. Tertanda. Pengagum mie yaminmu.
11. Ojek Goceng Pukul Rata
Perhatian. Ini bukan adegan Termehek-mehek apalagi Katakan Cinta (sumber: rimanews.com)
Nggak cuma bisa membuat perut kenyang doang. Duit lima ribu di masa empat tahun yang lalu juga bisa membuat kita berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan ojek kuning. Dengan tarif flat yang diterapkan di setiap pangkalan, penumpangnya dapat dengan pede memberikan duit goceng pada abang-abang yang telah mengantarnya. Berbeda dengan kondisi sekarang di mana tarif ngesot sedikit dari Stasiun ke Haltek aja bisa beragam dari Rp8.000,00 bahkan Rp10.000,00 antar kangojek. Iya. Semahal itu. Terlepas dari drama yang dilakukan ke layanan Go-jek yang merebak belakangan ini, tarif ojek kuning menjadi salah satu hal yang paling terasa mengalami kenaikan selama empat tahun terakhir.
***
Bagi gue, angkatan 2011 adalah angkatan kasihan.
Selain kasihan karena kita belum kenal istilah selfie, GoPro, drone—jangankan drone. Mengagung-agungkan pin Blackberry Messenger aja udah menjadi kebanggaan tersendiri saat empat tahun yang lalu, angkatan kita juga menjadi kelinci percobaan karena waktu angkatan kita lah untuk pertama kalinya diterapkan sistem penerimaan Jalur Undangan. Gara-gara satu undangan, seketika anak-anak kelas dua belas saat itu melakukan taubat nasional. Kita secara berjamaah menyesali angka rapot yang ngepas karena kebandelan di masa-masa kelas sepuluh dan sebelas, sembari mengharap belas kasih dari Yang Mahakuasa untuk mengizinkan kita nyangkut di pilihan pertama.
Enam tahun yang lalu, tepatnya bulan Juni 2009, 19 tokoh Indonesia dari berbagai bidang, terutama pendidikan, diabadikan namanya menjadi nama-nama jalan di dalam kompleks UI Depok. Dari 19 tokoh itu, kami ambil lima tokoh untuk dibahas pencapaian dan kontribusinya bagi UI dan Indonesia sehingga dijadikan nama jalan di UI.
Kalau kamu tahu Pusat Pendidikan Kelautan FMIPA (kalau nggak tau, sana sering-sering main sama bikun dan anak asrama) jalan yang ada di depannya itu dinamai dengan nama rektor pertama Universitas Indonesia, Ir. Raden Mas Pandji Soerachman Tjokroadisoerjo? Beliau merupakan sarjana teknik kimia lulusan Sekolah Tinggi Teknik bagian Kimia Delft, Belanda, tahun 1920. Tahun segitu, baru beliau, tuh, yang jadi sarjana teknik kimia. Selain menjabat sebagai rektor pertama UI pada tanggal 2 Februari 1950 (tanggal ini dijadikan hari kelahiran UI), beliau juga pernah menjabat menjadi Menteri Keuangan dan Menteri Kemakmuran Indonesia. Perannya juga signifikan dalam menasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda di Indonesia dan pembentukan UI.
Tokoh ini, featuring Moh. Yamin dan Ir. Soekarno, adalah perumus UUD 1945 yang tiap hari Senin waktu zaman kamu masih pake baju putih merah sampai putih abu-abu, dibacain pembukaannya dengan nada yang sama persis dari Sabang sampai Merauke. Tokoh ini juga muncul di buku-buku sejarah SD dengan nama Mr. Soepomo. Beliau juga merupakan Menteri Kehakiman pertama Indonesia, loh! Gimana nggak, orang dia ikut bikin UUD-nya?
Mr. Soepomo juga merupakan lulusan perguruan tinggi di Belanda dan dibimbing langsung oleh Cornelis van Vollenhoven, seorang profesor hukum yang juga merupakan konseptor PBB. Mr. Soepomo menjabat sebagai rektor UI periode 1951-1954 dan digantikan oleh Bahder Djohan.
Pernah main ke Kuningan? Bukan yang di Jawa, yang di Jaksel itu. Nah, kalau pernah, harusnya kamu tahu Stadion Soemantri Brodjonegoro di Kuningan situ, terus kamu pasti nggak asing dengan nama tokoh yang satu ini. Beliau adalah Menteri Pendidikan Indonesia ke-14 dan juga merupakan rektor ke-6 UI sekaligus rektor termuda UI sepanjang sejarah, umurnya baru 38 tahun sewaktu dilantik menjadi rektor. Menjabat selama hampir 9 tahun dalam dua kali periode (1964-1968 dan 1968-1973), Ir. Sumantri merupakan rektor UI dengan masa jabatan terlama sepanjang sejarah. Namanya dijadikan nama jalan yang melintas di depan Stadion UI.
Sama seperti Ir. R.M. Pandji Soerachman Tjokroadisoerjo, Ir. Sumantri Brodjonegoro juga merupakan lulusan teknik kimia dan juga salah satu guru besar teknik kimia ITB.
Merupakan sebuah dosa besar bagi mahasiswa FISIP jika tidak mengetahui tokoh ini, dosanya segede bikun. Prof. Dr Selo Soemardjan merupakan pendiri sekaligus dekan pertama Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UI. Ia mendapatkan gelar profesor dari Fakultas Ekonomi UI dan hingga akhir hayatnya mengajar di Fakultas Hukum UI.
Sebagai Profesor utama Sosiologi, beliau merupakan ‘penasihat’ sosial kemasyarakatan di bawah Sultan Hemengkubuwono IX dan X. Nama beliau diabadikan menjadi nama jalan yang menjadi pemisah antara FISIP UI dan FIB UI.
Dosa besar lainnya bagi mahasiswa FISIP UI, terutama mahasiswa jurusan Ilmu Politik, jika tidak mengenal tokoh ini. Beliau merupakan penulis buku wajib FISIP se-Indonesia, yaitu Pengantar Ilmu Politik dan Dasar-dasar Ilmu Politik. Beliau juga pernah menjabat sebagai dekan FISIP UI serta merupakan diplomat perempuan pertama Indonesia. Iya, itu buku tebel yang warna sampulnya biru itu. Tuh, ‘kan ada nama beliau.
Ahli politik, Prof. Dr. Miriam Budiardjo juga pernah bertugas di New Delhi dan di Washington D.C. sebagai diplomat. Nah, selain aktif di luar, tokoh yang akrab disapa Ibu Mir ini juga berperan pada peristiwa mundurnya Soeharto pada Mei 1998, yang mengakhiri Orde Baru. Berdasarkan biografinya yang ditulis di tokohindonesia.com, Ibu Mir sendiri yang menyampaikan hasil Simposium Kepedulian UI terhadap Tatanan Masa Depan Indonesia, yaitu meminta kesediaan Soeharto selaku Presiden RI saat itu untuk mengundurkan diri: “Menyambut baik kesediaan Bapak (Soeharto) untuk mengundurkan diri dari jabatan presiden…”
Keren nggak tuh? Kalo kata anak basket: In Your Face. Kalo kata anak 9gag: like a sir.
Wafat pada tahun 2007 pada usia 83 tahun, nama Prof. Dr. Miriam Budiardjo diabadikan menjadi nama salah satu jalan di dalam kompleks UI Depok.
—
Nggak nyangka kan, nama-nama jalan yang mungkin pernah kamu liat atau denger itu ternyata se-awesome itu? Kalau kamu baru tahu bahwa nama itu bukan nama tokoh sembarangan, yuk, buruan share artikel ini via Facebook, Twitter, dan Line, supaya temen-temen lain yang mungkin belum tahu soal ini. Ini penting loh!
Pemilihan rektor saat ini merupakan isu paling hangat di kalangan civitas academica di Universitas Indonesia. Pemilihan rektor bukan hanya menentukan siapa yang memegang jabatan tersebut, tetapi berhubungan dengan apa yang akan menjadi masa depan Universitas … Baca Selengkapnya
MWA UI terus bergerak untuk persiapan penyelengaraan Pemilihan Rektor UI, salah satu proses yang telah dilakukan adalah membentuk Panitia Khusus (Pansus) Pemilihan Rektor UI 2012. Pansus inilah yang akan menangani Pilrek UI sampai rektor baru … Baca Selengkapnya
Oleh: BEM UI 2012 Kebijakan pengenaan tarif terhadap pemasangan publikasi di UI menuai kontroversi karena dinilai memberatkan mahasiswa UI. Kebijakan ini sebenarnya telah dimulai sejak tanggal 1 April 2012 di mana pihak rektorat UI menerapkan … Baca Selengkapnya
Keberadaan tim transisi di UI adalah berdasarkan hasil kesepakatan bersama antara Rektor-MWA-Mendikbud yang dilaksanakan akhir tahun 2011. Pada saat itu, dua pihak berseteru yang dimediasi oleh Mendikbud menyepakati dibentuknya Tim Transisi yang terdiri dari semua … Baca Selengkapnya
Masih ingar kisruh UI yang cukup menggemparkan beberapa bulan lalu? Kini dengan berbagai solusi yang ada akhirnya dibentuk sebuah tim transisi yang sampai saat ini belum terdengar lagi gaungnya. Sebagai almamater saya sangat malu dengan … Baca Selengkapnya
UI sepanjang kepemimpinan Prof Gumilar Rusliwa Somantri memang mengalami banyak tranformasi dalam beberapa sektor, terutama dalam sektor keuangan. Kebijakan integrasi keuangan yang UI terapkan sejak tahun 2008 telah menimbulkan beragam dampak yang terjadi baik di … Baca Selengkapnya
Surat Permintaan Keterangan Kepada Rektor Universitas Indonesia BEM se UI Depok, 30 September 2011 Universitas Indonesia sejatinya adalah kampus perjuangan, mercusuar tempat bangsa ini seharusnya menengok ketika sesat di dalam gelap. Akan tetapi kini, mercusuar … Baca Selengkapnya
“UI memiliki visi yang besar, yaitu ingin membangun peradaban” Kalimat di atas berulang kali ditegaskan dalam presentasi seputar profil Universitas Indonesia (UI) di kegiatan mahasiswa baru UI 2011 oleh Gumilar Rusliwa Soemantri, Sang Rektor UI … Baca Selengkapnya
sumber: blog Riri Satria ADA APA DENGAN UNIVERSITAS INDONESIA? #saveUI Tadi pagi sampai siang (12 September 2011) saya mengikuti acara press release mengenai gerakan moral pembenahan tata kelola kampus Universitas Indonesia (UI) berlokasi di aula … Baca Selengkapnya
Dari berita di media online sampe timeline Twitter anak-anakUI (juga dosen) malem ini rame dengan kontroversi pemberian gelar Dokter Honoris Causa dari Universitas Indonesia ke Raja Arab Saudi. Karena itu, anakUI.com mengadakan polling pro-kontra ini. … Baca Selengkapnya
sumber : Dari Notes Facebook Rekanku Yang Mengirim Surat Terbuka. Dialah Muhammad Kholid. http://www.facebook.com/notes/muhammad-kholid/tanggapan-surat-terbuka-untuk-rektor-uiprofgumilar-rusliwa-soemantri-hasil-perte/401843027230 Rabu, 2 Juni kemarin pukul 08.00 , saya dipanggil oleh Prof.Gumilar Rusliwa Soemantri di ruang kerjanya. Dalam pertemuan itu, hadir beberapa … Baca Selengkapnya
sumber : http://www.facebook.com/note.php?note_id=400224257230&id=1552501398 Bapak Rektor UI Yang Terhormat, Sebenarnya, berat hati ini untuk menulis surat ini, karena saya tahu, saya bukanlah siapa-siapa. Saya hanyalah mahasiswa tingkat akhir yang sedang sibuk menyelesaikan skripsi dan beberapa mata … Baca Selengkapnya
Bagian ketiga (habis) dari tiga tulisan (tulisan pertama, tulisan kedua) Kalau semester sebelumnya kita suka santai saja tidak ambil slip gaji, sekarang sebaiknya buanglah pikiran itu. Saya yakin, dulu (sampai sekarang juga) kita datang mengajar … Baca Selengkapnya
second post of three posts series. (first post, third post) Dear friends who concern in education As you know, my last note was about the lecturer’s low salary at UI and also we’ve been unpaid … Baca Selengkapnya