Mahasiswa UI udah tau dong pasti kalo Presiden Joko Widodo telah mengumumkan perombakan kabinet di Komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, pada Rabu, 27 Juli 2016 kemarin? Perombakan atau reshuffle kabinet ini dilakukan presiden dengan landasan bahwa tantangan yang dihadapi Indonesia selalu berubah dan diperlukan kecepatan dalam bertindak. Presiden Jokowi berusaha semaksimal mungkin agar kabinet bekerja lebih cepat, efektif, dan solid.
Temen-temen sendiri juga tau gak, satu hari sebelum dilantik Presiden Jokowi, Ibu Sri Mulyani yang sekarang menjadi Menteri Keuangan Republik Indonesia menyempatkan dirinya untuk bertatap muka dengan civitas academica Universitas Indonesia, tepatnya di Auditorium Djokosoetono, Fakultas Hukum UI, loh!
Dalam kegiatan tatap muka ini, Ibu Sri membawakan materi dengan tema “Peranan Pemuda Dalam Rangka Mensukseskan Pembangunan Berkelanjutan yang Inklusif”. Menurut beliau, pemuda adalah kunci keberhasilan pembangunan negeri ini karena saat ini anak muda merupakan sepertiga populasi jumlah penduduk di Indonesia.
Banyak tantangan-tantangan global yang harus dihadapi oleh para pemuda saat ini, yaitu melemahnya ekonomi perdagangan dunia, pelambatan struktural ekonomi Tiongkok, rendahnya harga-harga komoditas, menurunnya aliran modal ke negara berkembang, meluasnya konflik terorisme, serta perubahan iklim global.
Tenang, tantangan-tantangan itu pasti bisa kita selesaikan asal mau fokus dan berusaha membantu menyelesaikannya. Sebagai pemuda sekaligus mahasiswa di Indonesa, menurut Ibu Sri ada beberapa rekomendasi nih yang bisa kita lakukan untuk menghadapi tantangan-tantangan ini. Yuk, langsung disimak!
Pertama, jadilah bagian dunia yang berperan aktif
Indonesia sebenarnya mempunyai potensi yang luar biasa, terutama kaitannya sebagai bagian dari Masyarakat Ekonomi ASEAN. Namun, potensi ini juga harus didukung oleh infrastruktur negara yang memadai serta kualitas sumber daya manusia yang baik dan terbuka terhadap globalisasi. Potensi Indonesia yang sudah luar biasa ini juga didukung oleh fokus pemerintahan Jokowi-JK pada pembangunan infrastruktur yang merupakan salah satu langkah yang tepat. Sebab, integrasi pasar global menghendaki dukungan infrastruktur untuk konektivitas yang efisien dan kompetitif. Biaya perdagangan di Indonesia saat ini relatif tinggi, sekitar 130%. Sebagai pembanding Malaysia, Vietnam, dan Thailand hanya 90-110%.
Dalam tatap muka di UI kemarin, beliau juga mengapresiasi kebijakan-kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah untuk mengurangi hambatan investasi dan perdagangan. Menurut laporan Global Alert, Indonesia termasuk salah satu negara yang paling sering menerapkan hambatan perdagangan, dan ini merupakan perkembangan yang baik.
“Saya berharap ke depan, Indonesia akan terus memelihara dan memilih kebijakan keterbukaan, yang harus disertai upaya memperkuat kualitas sumber daya manusia, dan kualitas kelembagaan. Ini penting untuk menopang peran dan kepemimpinan Indonesia di kawasan Asia maupun di arena global,” pungkasnya.
Kedua, tunjukkanlah empati
Ketimpangan sosial dan ekonomi masih marak terjadi di masyarakat. Indikator ketimpangan tersebut meningkat tajam dari 30% pada tahun 2003 menjadi ke tingkat 41% pada tahun 2014. Menurut Ibu Sri, sepertiga dari ketimpangan di Indonesia disebabkan oleh 4 faktor, yaitu provinsi di mana seseorang lahir, apakah tempat lahir itu desa atau kota, apakah kepala rumah tangga perempuan, dan tingkat pendidikan orang tua. Hal ini pula yang perlu diperhatikan oleh pemuda, bahwa kita tidak boleh melupakan masyarakat yang tertinggal akibat ketimpangan sosial dan ekonomi.
Anak-anak Indonesia yang lahir dengan ketimpangan tersebut akan sulit mengatasi ketimpangan di masa depannya. Ketidakadilan ini harus diatasi segera. Oleh karena itu, upaya Indonesia untuk meratakan akses layanan kesehatan yang layak perlu ditingkatkan, bila ingin memiliki generasi masa depan yang lebih baik.
Beliau senantiasa mengajak generasi muda untuk melakukan yang terbaik dan memberikan yang terbaik bagi orang lain, “Carilah ilmu yang bermanfaat bukan hanya untuk diri sendiri. Mudah mencapai sukses sendiri tetapi lebih sulit untuk membangun sukses bersama. Tunjukkan empati kita. Kepemimpinan yang inklusif dan berlandaskan empati dan integritas yang bersih akan menghasilkan proses perubahan yang baik dan hasil yang lebih langgeng.”
Ketiga, bertindak dengan integritas dan terus belajar
Terakhir, dalam tatap muka kali ini Ibu Sri berpesan dan berharap agar para pemuda Indonesia dapat bertindak dengan dasar intergritas, jujur, adil, dan terus selalu belajar untuk menuntul ilmu dan kemampuan teknis.
“Karena belajar, pintar, dan menjadi sukses untuk diri itu sendiri itu mudah. Tetapi, untuk menjadi pintar dan sukses bersama-sama itulah yang sulit.”