UAS, Bisa Bagus Bisa Jelek?

Kita bisa tertawa dan bahagia ketika lihat nilai UAS kita “A” atau minimal baik, tapi ironi hati ini ketika melihat nilai yang sesungguhnya tidak kita harapkan muncul bahkan hati yang tegar ini akan bisa hancur dan menangis.

Pada dasarnya setiap manusia mempunyai ego atau emosi untuk selalu mendapatkan yang terbaik, tidak peduli apapun yang terjadi di dalam dan di luar diri yaitu lingkungan. Begitu juga dengan nilai UAS, kita tidak peduli sejauh apa kita berusaha atau sedalam apa kita berdoa kepada sang Ilahi tetapi kita berharap kita selalu mendapatkan nilai yang terbaik pada saat UAS.

Saya mencoba untuk membahas permasalahan ini dengan apa yang saya miliki. Apabila ada yang ingin menambahkan atau pun berkomentar dapat mengisi kotak komentar yang sudah tersedia. Saya mulai pembahasannya sebagai berikut:

Semua usaha yang telah kita lakukan selama masa belajar satu semester akan benar-benar teruji ketika UAS datang. Walaupun nilai UAS ini tidak mutlak menentukan lulus atau tidaknya seseorang, tetapi % yang diberikan UAS ini tergolong sangat besar sekali dari mulai yang terkecil 35% hingga mencapai angka 50%. Wauw proses kita belajar hanya dialokasikan dibawah 50% karena sisanya masih harus dikurangi dengan % UTS. Suatu hal yang menyakitkan jika kita gagal hanya karena test akhir yang kurang maksimal, padahal pada prosesnya kita bisa maksimal.

Orang beranggapan bahwa yang terpenting adalah proses. Namun, negeri ini telah mendokrin kita untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Saya tidak menyalahkan sepenuhnya orientasi nilai akhir karena itu memang penting sebagai tuntutan akreditasi diri kita tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah suatu proses pembelajaran di dalamnya. Sehingga, hasil akhir yang sesungguhnya akan seimbang antara proses dan hasilnya.

Di saat-saat tertentu kita juga akan merasakan sakit yang menusuk dalam ketika kita tau orang-orang yang menggunakan cara-cara negatif mendapatkan nilai tertinggi. Meskipun terkadang kita termasuk ke dalam golongan orang-orang tadi. Namun, dalam beberapa kasus yang pernah saya lihat sendiri tentang dosen-dosen gaib yang memberi nilai entah bagaimana caranya yang hasilnya berkebalikan, misalnya mahaiswa yang jarang ngumpulin tugas dan notabene ga rajin bisa dapet nilai yang aduhai tetapi mahasiswa yang luar biasa rajin dan nilai testnya pun bagus bisa jatuh tersungkur karena ga lulus. Entah benar atau tidak fenomena dosen seperti tadi, yang pasti saya tahu hal seperti itu tergolong tidak adil.

Bagaimana pun nilai yang akan kita hasilkan harusnya sejalan dengan apa yang telah kita usahakan dalam proses pembelajaran yang sudah kita lakukan. Jika tidak selaras, maka ada suatu faktor yang bisa dibilang sebagai faktor x yang takkan kita mampu bendung. Kita sebagai manusia hanya diwajibkan untuk berusaha dan berdoa saja, masalah hasil biar sang Ilahi yang menentukan.

Keselarasan proses pembelajaran yang baik dan hasil yang baik adalah hal yang seharusnya kita canangkan dalam diri kita masing-masing.

3 thoughts on “UAS, Bisa Bagus Bisa Jelek?”

  1. Kan banyak juga yang ngorbanin nilai demi kepentingan lain kayak politik ekstrakampus maupun intrakampus tu

    Makanya UAS itu penting, di luar negeri bahkan ada tanpa perlu dateng kuliah, tanpa perlu ngerjain tugas, tanpa perlu ikut UTS bahkan, asal UASnya 100, bakal dapet A

    Kan katanya mau jadi world class university

    Reply
  2. ehmmm iah sih emang….
    kalo di luar kayanya ga perlu proses soalnya setiap individunya bisa melakukan proses itu di luar kampus
    untuk sharing berkunjung yah
    berharapselalu.wordpress.com

    Reply

Leave a Comment