Usai Festival Budaya UI 2011: Mau Membuat Tapi Belum Mau Merapikan

Festival Budaya UI 2011 yang diselenggarakan oleh Ikatan Keluarga Mahasiswa Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) terhitung telah beberapa hari berlalu. Kegiatan yang berlangsung sangat meriah ini adalah berkat kerjasama yang totalitas antara panitia penyelenggara dengan seluruh komponen IKM FIB UI dan berhasil menumbuhkan optimisme mahasiswa FIB untuk untuk lebih giat lagi menampilkan eksotisme kebudayaan dunia ke depan.

Namun sayang, ada saja yang terlewatkan, yaitu kepedulian untuk kembali merapikan partisi-partisi maupun atribut yang digunakan oleh masing-masing jurusan. Saat ini masih banyak tersebar berantakan dibeberapa tempat: samping ruang gamelan gedung 9 dan sekitarnya, dan di dalam sekretariat HMJ gedung 9.

Suasana di samping ruang gamelanSuasana di samping ruang gamelan

(gbr. 1 dan 2: Suasana di samping ruang gamelan)

Seusai kuliah ± jam 11:00 WIB, seperti biasanya saya hendak mampir ke samping ruang gamelan, setelah seminggu saya libur mampir ke tempat ini dikarenakan sudah dipenuhi atribut-atribut beberapa jurusan untuk menyambut Festival Budaya 2011. Minggu lalu saya memaklumi keadaannya karena memang saya mendukung totalitas teman-teman mempersiapkan FesBud. Saya pikir hari ini atribut-atribut yang minggu lalu sudah singgah disini sudah dirapikan, namun ternyata belum, bahkan lebih berantakan dari semula. Lebih-lebih emosi saya memuncak setelah melihat karya prasasti saya yang hancur diterjam kayu-kayu partisi.

Prasasti tampak sebelum Prasasti tampak sesudah

(gbr. 3: Prasasti tampak sebelum, gbr. 4: Prasasti tampak sesudah)

Saya berdiri, berpikir sejenak apa yang harus saya kerjakan. Tanpa membuat waktu lagi, saya berpesan kepada teman saya yang sudah sibuk bermain laptop, “sebentar, gue mau ke sekre cari palu sama tang”

Siap dikerjakan di lapangan panjat pinang

(gbr. 5: Siap dikerjakan di lapangan panjat pinang)

Saya kembali, tanpa ba-bi-bu saya lepas T-shirt saya sampai hanya memakai kutang, mengangkat beberapa partisi ke lapangan panjat pinang. Mungkin beberapa mahasiswa FIB yang tadi sempat melihat pekerjaan saya, berpikir saya aneh dan gila. Saya mulai mengetok-ketok sampah sialan ini menjadi beberapa potong kayu yang masih layak digunakan kembali.

Tapi saya mengerjakan dengan sangat gembira dan tertawa karena saya menemukan pengerjaan partisi ini yang asal-asalan. Kalau boleh saya memberi komentar, anak muda jaman sekarang sepertinya sudah tak ada lagi yang tahu-menahu soal menukang. Mereka terbiasa membeli jadi furniture kayu yang serba mewah. Saya jadi teringat nostalgia dulu jaman SMA. Mengisi waktu luang setelah pulang sekolah bersama pesuruh sekolah saya belajar menukang, membuat altar baru untuk digunakan saat misa ekaristi.

Pengerjaan asal-asalan, bahaya terinjak kaki orangPengerjaan asal-asalan, bahaya terinjak kaki orang

(gbr. 6 dan 7: Pengerjaan asal-asalan, bahaya terinjak kaki orang)

Pukul 12:00 WIB setelah dua partisi selesai saya rombak, saya istirahat sejenak. Teman saya akhirnya membeberkan fakta bahwa kemarin (selasa), salah satu karyawan yang sering terlihat di gedung 9 sempat ngedumel soal sampah yang berantakan ini.

Dari semula saya memang sudah berpikir bahwa sampah ini seharusnya bukan tanggungjawab karyawan kebersihan, tetapi tanggungjawab kita masing-masing. Mereka tidak diupah untuk pekerjaan ini. Memang sampah yang saya bersihkan ini bukan hasil karya saya ataupun jurusan saya, saya hanya mengerjakan ini dengan sukarela.

Sedang asik-asiknya memberi komentar pribadi kepada teman saya, ternyata ada yang aneh di lengan saya. SIALAAAN! Saya kena biduran (penyakit). Pekerjaan saya akhirnya harus berhenti disini tapi tidak dengan pikiran saya. Saya tuangkan pikiran saya di tulisan ini, menganjak seluruh mahasiswa FIB untuk kembali bertanggungjawab terhadap lingkungannya, terutama kepada moralitas kita sebagai pelajar yang menjunjung tinggi Tri Dharma Universitas. Salam, GOTONG ROYONG!

Oleh: Venansius Raditya Benito Sinaga

(di copy dari blog pribadi, http://kameradbenito.blogspot.com/2011/12/usai-festival-budaya-universitas.html)

 

3 thoughts on “Usai Festival Budaya UI 2011: Mau Membuat Tapi Belum Mau Merapikan”

  1. ayo teman-teman peduli terhadap lingkungan, setelah mengadakan acara kita wajib membereskan seperti semula. mungkin lingkungan, tanaman tak dapat berteriak akan tingkah kalian tapi malaikat tetap mencatat perilaku kalian.

    Reply
  2. Waduh bertanggungjawab saja susah
    Acara2 seperti festival budaya ini memang bagus utk diadakan
    Seharusnya begitu acara selesai jgn lupa utk membereskannya
    Krn kl berantakan seperti itu kan tdk elok utk dilihat
    Jika ada orng luar yg kebetulan berkunjung serta melihat kejadian itu, maka kesan mereka ttg universitas kita itu jelek
    Inget lho kalian ini sdh mahasiswa, bukan lg anak SMA
    Jadi harus bisa lebih bertanggungjwb

    Reply

Leave a Comment