Wawancara Orang Terakreditasi – Tim Medis Formasi 21 FIB UI
Ibnu Maroghi: Antara Kata Hati dan Tanggung Jawab
Mengikuti kata hati. Dewasa ini mengikuti kata hati seringkali diabaikan oleh sebagian orang, mungkin karena takut dengan resiko yang muncul, seperti dianggap “berbeda” atau kurang percaya dengan kata hatinya sendiri. Akan tetapi, bagi insan yang satu ini hal tersebut tidak berlaku, dialah orang yang rela melawan arus demi mengikuti kata hatinya. Siapa sangka, Ibnu Maroghi, lulusan STM/SMK jurusan arsitek ini merupakan bagian dari keluarga besar Program Studi Indonesia angkatan 2010, FIB UI.
Tentu, keputusannya ini dianggap sebagai suatu tindakan melawan “kodrat” oleh teman-temannya. Bahkan, dari pihak keluarga pun timbul keraguan tentang jalan hidup yang dipilihnya. Mahasiswa yang sudah berkerja selama setahun di bidang arsitektur pembangunan ini malah condong ke arah sastra. Walaupun demikian, lelaki yang akrab disapa Ogi ini membuktikan kesungguhannya dalam mengikuti kata hati dengan membiayai kuliah melalui usahanya sendiri. dia bekerja part time dalam bidang arsitektur.
“Keluarga sendiri merasa aneh, janggal, pecicilan, karena punya kerja udah, punya penghasilan udah, kan tinggal dikembangin, malah pindah ke sastra. Tapi karena gue merasa mampu untuk membiayai sendiri akhirnya orang tua setuju dan bukan dengan restu orang tua itu yang menjadi pertimbangan gue untuk maju. Karena ini pilhan gue, gue harus pertanggungjawabkan.”
Setelah diterima masuk di UI, ternyata kemudahan pun seolah menyertainya. Ia menerima beasiswa yang sangat membantu kuliah yang dibiayai sendiri itu, mengingat usahanya mengikuti ujian masuk dengan soal jauh di luar basic pembelajarannya serta berbagai kemudahan yang diterimanya, dia berkata, “Gue seakan ngerasa dituntun oleh tangan yang gak keliatan,” candanya.
Mahasiswa yang bercita-cita menulis sebuah buku dengan semangat menceritakan perjalanan hidupnya ke arah sastra. Dimulai ketika dia membaca novel Harry Potter, sesuatu yang pada mulanya tidak begitu disukainya, tetapi mulai dari situ ia sadar bahwa buku-buku dan dunia baca bukanlah sekadar formalitas. Dari membaca buku itulah sumber-sumber inspirasi dan ilmu bermunculan.
Hobi membaca inilah yang melahirkan keinginan menulis dalam dirinya. Menurutnya, menulis itu adalah apa yang telah kita baca, jadi itu bukanlah suatu kebanggaan telah membuat suatu karya sendiri, tapi itu adalah suatu usaha kita untuk mempelajari apa yang ada di dunia ini. Tujuannya adalah demi pengabdian, seperti apa yang telah dikatakannya: “Menulis itu adalah pengabdian, bukan profesi. Jadi dengan menulis ini kita dapat memberikan suatu wawasan baru kepada pembaca, sehingga pembaca itu bisa merasa, ‘oh jadi seperti itu ya! Oh jadi begitu ya!’.” Karena ia percaya segala sesuatu yang tertulis itu akan terus abadi sedangkan yang lisan akan hilang.
Begitulah cerita mengenai Ibnu Maroghi, seorang yang mengikuti kata hatinya tanpa keraguan. Melalui kata hati itulah dia berhasil mempertanggungjawabkan keinginannya. “Bagi gue segala sesuatu yang ada di depan mata atau apa yang kita punya itu adalah baik, hanya masalah pola pikir aja. Kalo itu adalah baik jadi apapun yang terjadi nikmatin aja sebagai suatu perjalanan. Dan entah sampainya kapan tapi kita harus yakin bahwa kita akan sampai ke tempat yang terbaik, jadi nikmati aja perjalanan itu.”
Written by Zero – Japanology ’10
Nama : Ibnu Maroghi
Prodi : Sastra Indonesia 2010
TTL : Jakarta, 17 Juli 1990
Blog : http://marogi.wordpress.com