Makna dalam veritas, probitas, iustitia

Semua anak UI yang membaca tulisan ini tentu sudah tahu tentang Slogan baru kampus kita ini; VERITAS, PROBITAS, IUSTITIA. Saya kurang tahu sejak kapan ketiga kata dalam bahasa latin tersebut diajdikan slogan Sejak itu, diberbagai sarana publikasi resmi kampus dan berbagai perhelatan yang diselenggarakan UI, ketiga kata tersebut selalu beriringan dengan lambang makara dan tulisan Universitas Indonesia.

Veritas, Probitas, Iustitia. Masing-masing kata tersebut berarti Kejujuran, Kebenaran, Keadilan. Tiga kata yang begitu “agung” untuk dijadikan sebuah slogan. Tiga kata yang menggambarkan tiga hal luhur yang (sebaiknya) juga dimiliki, dijunjung dan diharapkan setiap manusia.

Suatu kampus yang menjadikan ketiga kata tersebut menjadi slogan resminya, tentunya kampus yang sedemikian (atau akan) luar biasa. Para insan kampus tersebut, setidaknya para pemimpinnya tentu sudah menyadari potensi dan sumber daya yang dimiliki kampus. Kampus tersebut ingin menyatakan kepada dunia bahwa ketiga sifat tersebut adalah pilar-pilar utama berjalannya segala kegiatan di kampus. Mulai dari bapak rektor, para dosen hingga mahasiswa seperti saya.

Wah, saya pribadi merasa “keberatan” dengan pelabelan tiga sifat itu secara tidak langsung. Keberatan bukan dalam artian saya enggan, tidak mau memiliki ketiganya, namun keberatan dalam artian benar-benar merasa “berat”. Berat sekali rasanya mengemban sifat itu. Keseharian saya tidak banyak (sedikit sekali malah) menggambarkan penerapan ketiga sifat itu. Sudah pernah saya mengerjakan laporan praktikum dengan plagiat, sudah pernah saya mengerjakan tugas dosen dengan menyalin tugas dari teman, sudah pernah saya lebih memilih membolos kuliah untuk menghadiri kegiatan lain kampus. Jadi saya pasti malu sekali kalau dibilang sebagai salah satu pelaku “Kebenaran, Kejujuran, dan Keadilan” kampus ini. Semoga masih banyak mahasiswa lain yang jauh lebih baik dari saya ini. Amin.

Belum lagi saat melihat kondisi kampus UI akhir-akhir ini, Kisruh rektor, masalah laporan hasil audit keuangan, peringkat UI di dunia yang disalip kampus lain, dan perubahan lingkungan akibat pembangunan fisik kampus menghiasi banyak media yang kita dengar dan lihat. Terlepas bagaimana pemberitaan tersebut, atau bagaimana keberpihakan media atas berita tentang UI, rasanya tersentak sekali kita sebagai civitas academica UI.

Pertimbangan yang dilakukan petinggi kampus ini untuk menetapkan slogan ini pasti luar biasa ! .Apa ya yang menjadi pertimbangan petinggi kampus untuk menetapkan ketiga kata agung tersebut menjadi slogan ?. Tuhan berbaik hati untuk memberikan saya jawaban tersebut dari sumber utama. Penggagas slogan agung “ Veritas, Probitas, Iustitia “.

Saya yakin masih banyak yang tidak tahu siapa “ orang berani “penggagas slogan “Veritas, Probitas, Justitia” Universitas Indonesia. Saya yakin juga kalian pasti banyak yang tidak percaya kalau gagasan tentang slogan tersebut datang dari seorang yang mendalamai ilmu yang saya dalami di kampus ini. Iya, saya adalah seorang mahasiswa Departemen Biologi Universitas Indonesia. Slogan tersebut adalah hasil buah pikir salah seorang yang ada di departemen kami. “ Veritas, Probitas, Iustitia” adalah mahakarya dari salah satu guru besar kami. Beliau adalah bapak Professor Doktor Soekarja Somadikarta (Emeritus).

Fakta tersebut juga saya ketahui langsung dari beliau. Waktu itu dalam suatu kunjungan silaturahmi ke rumah beliau, kami berbincang banyak tentang perkembangan kampus UI dari masa kemasa. Kunjungan itu saya maksudkan untuk memberikan langsung piala penghargaan bidang “Life Achievement Scientist Award” (kontribusi seumur hidup) yang dianugerahkan untuk beliau oleh dewan juri MIPA Untuk Negeri 2011. Kebetulan saya saat itu adalah ketua pelaksana MIPA Untuk Negeri 2011. Sayangnya beliau tidak bisa hadir saat malam penganugerahan, sehingga kami langsung berinisiatif untuk mengunjungi beliau di kediaman.

Saat itu di kediamannya yang asri di daerah Bogor, beliau menceritakan bagaimana kampus UI mengalami berbagai masa pasang surut. Beliau bercerita betapa kampus UI belum memiliki identitas yang mencirikan jatidirinya. Dalam suatu forum resmi bersama rektor dan jajarannya, Prof. Soma, begitu beliau biasa disapa, kemudian mengutarakan keinginannya tersebut. Atas dasar pengabdiannya pada almamater selama ini, usul tersebut diterima peserta forum saat itu dan segera ditindak lanjuti. Saat itu beliau menjabat sebagai staf ahli rektor UI bidang lingkungan hidup.

Beliau memiliki keinginan besar agar Universitas Indonesia selalu menjadi yang terdepan sebagai kampus yang ikut membangun bangsa ini. Meluluskan alumnus-alumnus terbaik yang akan mengurusi berbagai persoalan di kampus ini. Beliau ingin sekali agar setiap orang yang ada di kampus ini memiliki nilai-nilai luhur yang layak diteladani. Membuat setiap orang yang ada dikampus ini mampu memberikan contoh kepada masyarakatnya.

“ Universitas Leiden, memiliki slogan Praesidium Libertatis , Benteng Kebebasan. Mereka mengedepankan kebebasan, liberalism dalam ilmu. Maka lahirlah orang-orang besar seperti Descartes dan Spinoza, lalu kita apa ? “ Ungkap beliau saat itu.

Beliau melihat diantara sekian banyak sifat baik yang perlu dimiliki setiap insan. Kebenaran, Kejujuran dan Keadilan adalah tiga sifat utama yang tidak tergantikan dan mampu mewakili yang lain. Sebagai lembaga akademis, dengan relatif sedikitnya kesempatan untuk mengenyam pendidikan tinggi, sudah selayaknya kita menjadi yang terdepan dalam membela nilai-nilai yang benar (kebenaran) di masyarakat

“ Belum tentu nilai yang kita percayai adalah nilai yang benar di masyarakat, lulus cepat, kerja baik, gaji besar itu benar. Tapi buat apa kalau kamu ga bermanfaat untuk masyarakatmu ? “ Kata beliau saat itu.

Kejujuran adalah cirri khas tersendiri yang dimiliki insan akademisi. Kita jujur akan prestasi kita. Jujur akan kegagalan kita. Jujur akan hal-hal yang telah kita manfaatkan.

“ Boleh punya prestasi. Itu harus. Tapi kalau gagal, itu juga harus diungkapkan. Selain itu, keberhasilan mu juga dalah keberhasilan orang lain yang terlibat didalamnya. Kalau kamu gagal, kalau itu memang karena kamu, maka kamu pun harus jujur akan itu!”

Keadilan, tentu begitu sulit dilakukan. Bagaimana kita menetapkan parameter akan keadilan ?. Kita menawar habis-habisan seikat buah yang kita beli dari seorang tua. Kita member sedemikian dikit untuk kerpeluan social atau agama kita, tapi dilain sisi, kita mengamburkan begitu banyak uang untuk makanan mewah, berbelanja, gaya hidup.

“ Coba kamu hitung, besar mana uang yang kamu amalkan dengan uang yang kamu gunakan untuk berbelanja di Mal ? “ tanya beliau.
“ Tapi, sebagai mahasiswa kalau kamu menghabiskan uang kamu untuk membeli buku, itu tidak salah lho. Itu kan investasi kamu. Asal jangan sampai lupa buat uang makan lho, itu adalah keadilan kamu untuk tubuh kamu” ralat beliau.

Sungguh suatu sore bulan Ramadhan yang inspiratif di kediaman Prof. Soma. Tidak hanya memberikan kita berbagai informasi dan petuah, kita juga belajar langsung dari beliau tentang perkembangan ilmu pengetahuan khususnya Ornitologi di Indonesia. Dan atas segala keteladanan yang terungkap dan tampak dari beliau, tidak heran kalau “ Veritas, Probitas, Iustitita” keluar dari pikiran beliau yang begitu tulus ini.

Soekarja Somadikarta, lahir di Bandung 21 April 1930. Beliau meraih gelar doktornya di Mathematisch- Naturwissenschaftliche Fakultat, Freie Universitat Berlin, Jerman Barat saat itu. Beliau adalah salah seorang Guru Besar di fakultas saya. Dahulu beliau adalah dosen mata kuliah bidang Ekologi di kampus saya. Ilmu yang ditekuni beliau adalah Ornitologi. Beliau adalah Ornitologis sejati yang sudah mendunia namanya. Bisa dibilang beliau adalah pelopor sekaligus panutan dalam bidang ilmu ornitologi di Indonesia.

Tahun 2008, namanya diabadikan sebagai nama ilmiah kacamata togian Zosterops somadikartai, spesies kacamata baru bagi ilmu pengetahuan asal Kep. Togian. Spesies tersebut dideskripsikan oleh tiga orang ornitologis kelas dunia lainnya; M. Indrawan, Pamela C. Rasmussen dan Sunarto dalam paper berjudul A new white-eye (Zosterops) from the Togian islands, Sulawesi, Indonesia dalam jurnal Wilson Bulletin of Ornithology.

“ Kita memiliki kekayaan alam yang luar biasa, dalam berbagai hal. Tidak semua hal itu kita kenali atau ketahui manfaatnya. Bangsa Indonesia layak berbangga, karena bangsa kita lah yang melakukan studi untuk ilmu burung ini secara mandiri “ kata beliau suatu saat mengutarakan kebanggaan nya atas kemajuan ornnithologi di Indonesia.

Professor Soekarja Smomadiakrta memang sudah sedemikian baik namanya. Atas dedikasi nya memajukan bidang ilmu ornitologi di Indonesia, dunia melalui The British Ornithologist Union mendaulat beliau sebagai Presiden Kehormatan seumur hidup. Mantan Dekan FMIPA-UI ini tahun lalu menerima Habibie Award ke XIII bidang Ilmu dasar (Sains). Berpuluh-puluh publikasi nasional dan internasional tercatat atas nama beliau. Sebuah hal luar biasa yang tidak bisa dilakukan oleh banyak orang. Sebuah ketekunan dan disiplin yang patut ditiru.

“ Kalau mau maju, Baca ! “ seru beliau dalam suatu kesempatan.
“ Sekali lagi, Anda harus banyak baca. Baca itu bukan baca buku aja, baca situasi. Baca. Kalau di lapangan itu juga baca sebenarnya. Catat semua yang Anda lihat, ya. Kalau Anda menemukan yang aneh, please, Anda harus catat.”
“ Setelah itu, publikasikan tulisan Anda. Apalagi penelitian yang menghabiskan berjuta-juta rupiah tapi tidak dipublikasikan, itu kan sayang sekali, Mubazir“

Itu adalah salah satu wejangan beliau yang saya dapatkan saat beliau menjadi narasumber dalam pertemuan grup menulis Meninting di Yogyakarta, Maret 2011 lalu. Saat itu, kabarnya beliau tidak bersedia dibayar sama sekali untuk datang ke acara di Yogyakarta tersebut. Beliau malah berterimakasih sekali banyak masyarakat umum dan mahasiswa yang menekuni bidang ilmu yang tidak mendatangkan banyak uang ini…

Kawan ku, sering melihat orang seperti ini ? sudah lama saya tidak.

Semoga cerita saya ini bermanfaat untuk kamu yang membacanya. Saya berusaha menceritakan pengalaman saya berbincang langsung dengan beliau apa adanya. Inilah gamabran pribadinya. Inilah beliau, orang yang gagasannya digunakan sebagai slogan kampus kita. Sebagai sebuah doa indah untuk kebaikan kampus kita ini. Inilah beliau, yang pengabdiannya untuk ilmu yang dia cintai, untuk almamater nya, dan untuk bangsa ini telah membuat namanya dan bangsanya tertorehkan dengan tinta paling baik di berbagai negara.

Semoga semangat “ Veritas Probitas Iustitita “ yang digagas beliau mampu kita serap dengan baik, Anak UI.

“ Saya jarang sekali memikirkan uang dalam hidup dan pekerjaan saya. Saya percaya semua itu sudah ada yang mengatur. Saya hanya perlu melakukan yang terbaik untuk ilmu dan profesi saya”
Terimakasih bapak Professor Soekarja Somadikarta. Veritas, Probitas, Iustitia ! .